Alekta menunggu jawaban dari Elvano, dia ingin tahu apa yang terjadi dengannya dan Sandy. Namun, Elvano tidak memberikan jawaban atas pertanyaannya.
"Apa dia kekasihmu?" Alekta kembali berbisik pada Elvano.
Elvano sangat kesal dengan apa yang dikatakan oleh Alekta, dia menatap wanita yang sudah menjadi istrinya itu. Entah apa yang sudah ada dipikirkan wanita itu.
"Apa kau sedang mengujiku?" Elvano berbisik pada Alekta dengan nada menekan.
Alekta terdiam sejenak saat mendengar nada bicara Elvano, dia merasa jika yang dikatakannya benar. Ada hubungan antara mereka berdua dan entah apa itu.
Orang yang berbicara di atas podium sudah selesai, dia pun langsung berjalan menuju Elvano berada. Dia juga dengan penuh hormat berbicara dengannya.
"Apakah ini istri Anda, Tuan Elvano?" tanya pria itu sembari menatap ke arah Alekta.
"Iya. Dia adalah istri saya," Elvano menjawab dengan tegas seraya menekankan pada seseorang tentang status Alekta.
Pria itu pun berbicara sebentar dengannya, setelah itu dia kembali ke kursi di mana dia duduk. Pandangannya kembali tertuju pada Alekta lalu tersenyum.
Alekta pun tersenyum saat pria yang tadi bicara dengan Elvano tersenyum padanya. Dia tidak ingin membuat masalah bagi pria yang ada di sampingnya itu.
Namun, tatapan mata Alekta kembali tertuju pada orang yang duduk di sampingnya. Orang itu terlihat sangat tidak tahu diri dan tidak bisa menempatkan posisinya.
"Kau terlihat cantik tetapi kau tidak cocok bersanding dengan, Elvano!" ungkap Sandy dengan nada menghina.
Alekta menatap Sandy dengan lekat, dia ingin tahu seperti apa orang yang duduk di sampingnya itu. Serta orang itu mengatakan jika dirinya tidak cocok dengan Elvano.
Entah mengapa mendengar perkataan seperti itu membuat hatinya geram. Dia tidak pernah berkata buruk tentang orang itu lalu kenapa orang itu berkata seperti itu padanya.
"Sayang, apakah kamu merasa aku tidak cocok denganmu?" tanya Alekta pada Elvano sembari mendekatkan tubuhnya pada tubuh Elvano.
Elvano sedikit terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Alekta, dia menatap wanita yang sudah sangat dekat dengannya. Sehingga dia merasakan deru napasnya yang menabrak kulit wajahnya.
Dia melihat Alekta terus mendekat padanya lalu berbisik, "Bantu aku membalasnya."
Senyum Elvano timbul, dia tidak mengira jika Alekta ingin membalas perkataan Sandy. Dia pun akan membantu wanita yang sudah menjadi istrinya itu.
"Kamu sangat cocok denganmu, Sayang. Bahkan aku sangat mencintaimu," imbuh Elvano sembari mengecup pucuk kepala Alekta.
Kedua mata Alekta membulat, dia merasa terkejut bedengan apa yang dilakukan oleh Elvano. Dia tidak mengira jika pria itu akan berlebihan dalam bersandiwara.
Sandy terlihat sangat kesal melihat apa yang dilakukan Elvano pada Alekta. Dia merasa hanya dirinyalah yang pantas mendapatkan perhatian dan kasih sayang Elvano bukan Alekta.
Melihat kekesalan di wajah Sandy membuat Alekta merasa senang begitu pula dengan Elvano. Mereka berdua saling melirik seraya mengatakan untuk melanjutkan sandiwaranya.
Mereka berusaha pun kembali memperlihatkan kemesraan di depan mata Sandy. Mereka tidak menyadari jika sandiwara yang dilakukan itu dilihat oleh banyak orang.
Sehingga menimbulkan rasa iri bagi para wanita yang hadir di acara itu. Para wanita itu ingin sekali diperlakukan dengan lembut dan hangat oleh pasangannya.
"Aku tidak percaya dengan apa yang kalian perlihatkan ini! Karena aku tahu bahwa kau tidak mencintai Elvano!" ujar Sandy dengan nada menekan.
Alekta tertegun sejenak sebab Sandy bisa berkata seperti itu, dengan cepat Elvano menyentuh tangan Alekta untuk menyadarkannya. Alekta tersadar tatkala merasakan sentuhan Elvano.
"Dari mana kau tahu jika aku tidak mencintai pria di sampingku ini?" tanya Alekta untuk membuat dirinya kembali tenang.
"Itu terlihat sangat jelas karena kau tidak mungkin berani melakukannya," jawab Sandy dengan senyum yang menyebalkan bagi Alekta.
Tanpa beradu argumentasi lagi, Alekta langsung menarik dari Elvano. Dia menatap sekilas pria itu lalu mengecup bibirnya sekilas. Kedua mata Elvano sekarang membola, dia begitu terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Alekta di tempat seperti ini.
Saat Alekta hendak menjauhkan bibirnya, dengan cepat Elvano menyentuh tengkuk lehernya lalu mencium kembali bibir Alekta dengan lembut. Dia tidak peduli lagi dengan tatapan orang-orang terhadap dirinya.
Kedua mata Alekta terbelalak, dia tidak bisa melepaskan ciuman yang dilakukan oleh Elvano. Karena dia tahu jika dirinya melepaskan diri maka Sandy akan tahu sandiwara yang sudah mereka lakukan.
Tanpa disadari Alekta terhanyut oleh ciuman lembut dan hangat Elvano. Sehingga dia pun mengikuti permainan yang dilakukan oleh pria yang sudah tidak bisa menahan hasratnya untuk mencium Alekta.
Elvano menutup kedua matanya karena dia begitu menikmati ciumannya pada Alekta. Karena Alekta pun tidak menghentikannya malah ikut bermain juga.
Semua orang kembali menatap mereka berdua, Elvano mendengar suara orang yang berdeham. Dia tersadar lalu membuka kedua matanya begitu pula dengan Alekta.
Elvano merasa tidak enak karena sudah membuat kekacauan di acara ini. Dia pun menarik tangan Alekta lalu berjalan meninggalkan ballroom. Dirinya tidak ingin jika apa yang dilakukan olehnya membuat masalah bagi Alekta.
Alekta hanya bisa mengikuti langkah Elvano yang terasa begitu cepat. Arda pun mengikuti sang tuan dan nonanya yang sudah berjalan lebih awal.
"Arda ... Katakan pada tuanmu aku tidak akan menyerah dan akan semakin menyakiti Alekta!" tukas Sandy sembari menegak minuman yang ada di dalam gelas.
Arda menghiraukan apa yang dikatakan oleh Sandy, dia tidak peduli dengan ancaman orang itu. Jika orang itu benar-benar melakukannya maka dirinya atau tuannya akan memberikan hukuman yang lebih berat.
Sandy belum tahu apa yang bisa dilakukan oleh Elvano saat dia sedang marah. Karena selama ini Elvano tidak pernah memperlihatkan sisi gelapnya jika sudah tidak bisa mengontrol emosinya.
Elvano menggenggam erat tangan Alekta sembari terus berjalan meninggalkan ballroom. Dia tidak menyadari jika saat ini salah satu kaki Alekta terluka.
Alekta menahan rasa sakit di kakinya karena dia pun ingin segera meninggalkan ballroom. Dia merasa malu dengan apa yang sudah terjadi.
Arda terus mengikuti langkah mereka berdua, dia melihat ada yang aneh dengan langkah sang nona. Dia mempercepat langkah kakinya untuk melihat apa yang terjadi dengan salah satu kaki sang nona.
"Tuan ... bisakah Anda memperlambat langkahnya?" tanya Arda dan itu menghentikan langkah Elvano.
"Kenapa?" Elvano balik bertanya pada Arda.
Arda tidak menjawab tetapi dia menunjuk pada salah satu kaki Alekta yang terluka. Betapa terkejutnya Elvano saat melihat luka di kaki wanita yang ada di sampingnya itu.
"Kapan kau terluka?" tanya Elvano pada Alekta.
"Tadi sewaktu mengganti pakaian," Alekta menjawab sembari menahan rasa sakit di salah satu kakinya.
"Apa kau masih sanggup berjalan?" Elvano kembali bertanya pada Alekta.
Alekta mengangguk tetapi sebenarnya dia tidak sanggup lagi berjalan karena kakinya terasa begitu nyeri. Dia berusaha untuk melangkah kakinya tetapi tidak bisa.
"Merepotkan!" ujar Elvano lalu menggendong Alekta dan kembali berjalan menuju kamarnya.