Chereads / Mengejar Cintamu / Chapter 32 - 32. Aku Ingin Keluar

Chapter 32 - 32. Aku Ingin Keluar

Elvano kembali ke hotel setelah bertemu dengan Sandy, dia sungguh sudah muak dengan orang itu. Dia tidak mengerti dari mana orang itu tahu tentang pernikahannya dengan Alekta.

"Kau harus memperketat penjagaan terhadap Alekta," perintah Elvano pada Arda.

"Baik, Tuan. Saya akan menyuruh beberapa pengawal untuk melindungi, Nona Alekta." Jawanya sembari membukakan pintu kamar hotel.

"Kau boleh kembali ke kamarmu!" Elvano berkata pada Arda karena sudah tidak ada yang diperlukan lagi.

Arda mengangguk lalu dia berjalan meninggalkan kamar setelah melihat sang tuan memasuki kamarnya. Dia berjalan menuju kamarnya yang tidak jauh dari kamar sang tuan.

Di dalam kamar Elvano melihat Alekta yang masih terlelap. Dia berjalan mendekatinya lalu duduk di tepat di sampingnya.

Elvano teringat apa yang diteriakkan oleh Sandy, yang mengatakan jika dirinya akan menyakiti Alekta bahkan membunuhnya. Dia tahu pasti dengan Sandy, apa yang sudah diucapkan pasti akan dilakukan.

Sekarang dia benar-benar harus melindungi wanita ini, meski Alekta tidak pernah menganggap dirinya sebagai suaminya. Karena di hatinya masih ada pria itu tetapi dia akan berusaha untuk membuat Alekta ingat akan dirinya.

Entah sampai berapa lama Alekta akan ingat tentang dirinya. Namun, yang pasti Elvano akan selalu berada di sisinya, meski dirinya setiap hari hanya bisa bersikap dingin pada Alekta.

Dia menghela napasnya, beranjak lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan juga untuk mendinginkan otaknya. Elvano memikirkan kembali apa yang terjadi di malam pertama pernikahan mereka.

"Apakah semua itu harus aku lakukan demi kebahagiaannya? Meski pada akhirnya aku akan kehilangan dirinya?" gumam Elvano.

Elvano tersenyum tipis, dalam hatinya berkata ini semua harus dilakukan olehnya. Apa pun akan dilakukan untuk kebahagiaan Alekta, meski dirinya akan menderita seumur hidupnya.

Dia pun selesai dengan rutinitas membersihkan diri, diambilnya jubah handuk lalu berjalan keluar. Tanpa berpikir panjang dirinya merebahkan tubuhnya di atas sofa.

Perlahan kedua matanya memasangi Alekta yang terlelap di atas tempat tidur. Dia hanya bisa melihat wanita yang sudah menjadi istrinya itu tetapi tidak bisa memilikinya seutuhnya.

***

Alekta terbangun saat alarm di ponselnya berbunyi, dia melihat langit-langit kamar hotel. Dirinya mulai terbiasa dengan melihat itu di saat terbangun di pagi hari.

Dia mengubah posisi tidurnya menjadi posisi duduk, kedua matanya tertuju pada seorang pria yang masih tertidur pulas di atas sofa. Ada sedikit rasa bersalah pada dirinya karena melakukan semua ini pada Elvano. Meski Elvano selalu membuatnya kesal dengan sikap dinginnya itu.

Dia beranjak lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Agar tubuhnya menjadi segar setelah terkena air.

Saat Alekta masih melakukan rutinitas membersihkan diri, Elvano terbangun karena mendengar ponselnya berdering. Dia langsung mengambil ponselnya yang tepat ada di atas meja di dekatnya.

Dia langsung mengangkat teleponnya tanpa melihat siapa yang menghubunginya. Elvano mendengar suara seorang pria yang sudah dikenalnya. Pria itu adalah yang diperintahkan untuk mencari seseorang.

"Bagaimana, apakah kau sudah menemukannya?" tanya Elvano pada pria yang berada di seberang telepon.

Pria yang berada di seberang telepon mengatakan belum bisa menemukan orang itu. Karena selama ini orang yang dicarinya sering berpindah-pindah tempat tetapi dia akan berusaha dengan semua kemampuannya untuk menemukannya.

Apabila sudah menemukannya dia akan langsung menghubunginya. Setelah melaporkan semuanya dia pun langsung menutup sambungan teleponnya.

Elvano beranjak dari sofa, dia berniat untuk mengambil air putih yang berada di atas nakas. Saat dia berjalan mendekat nakas, Alekta baru saja ke luar dari alamat mandi.

Dia melihat wanita yang begitu cantik, wanita yang sudah menjadi istrinya itu. Namun, dia tidak bisa menjadikan Alekta sepenuhnya sebagai seorang istri dari Elvano Mahardika.

"Apakah hari ini kau masih melarangku untuk keluar?" Alekta bertanya sembari berjalan menuju almari dan mengambil pakaiannya.

"Kau ingin ke mana? Biar Arda yang mengantarku," Elvano menjawab sembari bertanya pada Alekta yang sudah terlihat bosan ada di dalam kamar.

"Terserah. Intinya aku ingin menikmati tempat wisata di Austria," jawabnya sembari kembali berjalan memasuki kamar mandi dengan membawa pakaian di tangannya.

Elvano duduk di atas tempat tidur sembari memikirkan tempat mana yang bisa dikunjungi oleh Alekta. Namun, tempat itu harus aman untuknya meski Arda menemaninya.

Beberapa saat kemudian Alekta ke luar dari kamar mandi. Dia melihat Elvano yang sudah berada di depan pintu kamar mandi lalu berjalan masuk kedalam tanpa mengucapkan sepatah kata.

"Menyebalkan ...," gerutu Alekta saat melihat Elvano melewatinya begitu saja tanpa mengucapkan apa-apa.

Alekta duduk di depan meja rias, dia memoles wajahnya dengan polesan yang sangat natural. Jika tidak menghadiri pesta dia hanya menggunakan pemulas bibir, ayeliner, ayebrow.

Tidak berapa lama Elvano ke luar dari kamar mandi dan mengambil pakaian yang berada di almari lalu kembali memasuki kamar mandi. Dia tidak memedulikan wanita yang sedang memperhatikan dirinya.

Terdengar suara ketukan pintu kamar, Alekta berjalan mendekati pintu melihat siapa yang ada di depan kamarnya. Dia melihat Arda yang sedang berdiri di sana, dia pun membuka pintu kamarnya lalu menyuruhnya untuk masuk.

Arda memasuki kamar, matanya tertuju ke arah sofa di mana sang tuan selalu sudah duduk di sana. Alekta memperhatikan asisten Elvano, dia yakin jika Arda sedang mencari Elvano.

"Dia masih bersiap. Kau duduk dan tunggulah dia," ujar Alekta pada Arda dan menyuruhnya untuk duduk.

Arda mengangguk tetapi dia tidak duduk dan masih tetap berdiri. Melihat sikap Arda membuat Alekta sedikit kesal karena pria itu tidak menuruti perintahnya untuk duduk.

"Apakah kau tidak akan mendengarkan ucapanku? Atau kau hanya akan mendengarkan ucapan tuanmu itu?" kata Alekta dengan nada kesal.

"Duduklah. Ikuti perintahnya," Elvano berkata sembari berjalan menuju sebuah cermin.

Arda pun terpaksa duduk untuk menunggu apa yang akan diperintahkan Elvano padanya. Meski dirinya sudah tahu jika sang nona menginginkan pergi untuk menikmati liburannya di Austria.

Namun, ada seseorang yang tidak menyukai sang tuan, sehingga sang nona bisa dalam bahaya jika tidak dilindungi. Arda belum tahu dengan pasti siapa orang yang hendak mengacau kali ini.

Elvano sudah selesai bersiap, dia hendak menuju sebuah pertemuan di ballroom. Di mana semua para pengusaha hadir di sana, dia tidak bisa membawa Alekta karena wanita itu pasti lebih menyukai menikmati suasana yang membuatnya menjadi lebih fresh.

"Arda, kau ikuti ke mana saja Alekta pergi. Itu tugasmu untuk hari ini," ujar Elvano pada Arda.

"Tuan, bukankah seorang seharunya saya ada bersama dengan Anda?" Arda bertanya kesakitan lagi karena di ballroom pasti sang tuan membutuhkan bantuannya.

"Tidak apa-apa. Masih ada orang yang bisa membantuku dan aku hanya percaya padamu untuk menjaga Alekta," jawab Elvano dengan datar.

Alekta mendengarkan apa yang dikatakan oleh Arda dan Elvano, dia merasa jika dirinya membuat kedua orang itu kesulitan. Dia hendak mengatakan jika dirinya bisa pergi sendiri tetapi dia kembali teringat jika Elvano pasti tidak akan mengizinkannya keluar.

"Jika kalian sibuk pergi saja. Aku tidak jadi keluar meski sebenarnya aku ingin keluar," ujar Alekta yang memang benar-benar ingin keluar dari hotel untuk menghirup udara di luar sana.

"Bersiaplah. Kau akan pergi bersama Arda," ucap Elvano pada Alekta.