"Wajahmu memerah, Al." Ucapan Adrian mengembalikan pikiran Alisha ke jalan yang lurus. Alisha mengerjap beberapa kali.
"Badanmu bagus, Ian." Alisha spontan menutup mulutnya yang begitu jujur menyuarakan isi hatinya. Tentu saja hal itu membuat Adrian tertawa.
"Kita lanjutkan nanti, aku janji." Adrian melewati Alisha, mengenakan pecinya dan keluar kamar menuju masjid di depan gedung apartemennya.
Alisha duduk termenung di ranjangnya. Ya, Tuhan! Semalam mereka melakukannya! Begitu juga tadi, andai saja tidak terpotong panggilan untuk beribadah, mereka pasti akan melakukannya lagi beberapa kali, seperti semalam.
Alisha menutup wajahnya. Terlintas kejadian semalam. Ini memalukan sekali. Bisa-bisanya mereka berduel sebelum melakukannya. Apa yang ada di pikiran Alisha semalam?
Alisha menggeleng cepat, mengusir bayang-bayang semalam di kepalanya, dan langsung mengenakan mukenanya.
Pukul tujuh pagi, Alisha dan Adrian masih betah berada di kamar mereka.