Chereads / A Love That Branches Out. / Chapter 6 - Chapters Six: His Disease.

Chapter 6 - Chapters Six: His Disease.

Sepertinya, itu sebuah notifikasi. Daniel menatap layar ponselnya. Seketika dia melotot. Lalu dia menatapku bergantian dengan ponselnya secara berulang-ulang.

________________________

_____________________

___________________

_________________

______________

Itu pasti pesan dari si penelepon tadi. Apa Daniel merasa bersalah, karena harus meninggalkan ku hanya untuk memenuhi permintaan pria di telepon tadi.

" Kau tidak bermaksud untuk membatalkan kencan kita, kan? Aku mau ikut dengan mu, sayang." Berharap Daniel mengiyakan permintaan ku.

Tidak ada jawaban dari Daniel. Dia memandang ku sambil berpikir. Sedari tadi Daniel belum ada berbicara pada ku sepatah katapun. Raut wajahnya juga berbeda daripada biasanya. Tidak ada senyuman di bibirnya. Biasanya dia selalu tersenyum setiap kali bersamaku. Apa Daniel sedang ada masalah? Ku lihat Daniel mengetik sesuatu di layar ponselnya. Dia mengetuk sisi samping ponselnya menggunakan jari telunjuknya, mungkin dia tidak sabar menunggu balasan dari ponselnya. Daniel memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celananya. Mungkin dia sudah mendapatkan balasan.

"Kau mau kemana, Zee?" Daniel bertanya.

"Aku akan kemana saja, asalkan selalu bersamamu." Aku tersenyum manis, berharap dia tidak meninggalkan ku.

Mungkin saja dia bertanya untuk mengantarkan ku ke tempat yang aku katakan. Kemudian dia akan meninggalkan ku sendirian. Sedangkan dia akan mengurusi permintaan pria di telepon tadi. Tidak bisa, aku harus meyakinkan Daniel agar aku tetap bisa ikut bersamanya. Tidak masalah kalau kencan ku di habis di tempat kerjanya, yang penting aku bisa bersama dengannya seharian.

"Sepertinya tidak bisa. Masih ada yang harus aku urus." Suara Daniel terdengar tegas.

Tidak ada nada yang manja seperti biasanya. Raut wajahnya dan suaranya terdengar serius. Seolah-olah Daniel menganggap ku adalah orang asing. Apakah dia marah padaku? Apa karena masalah di cafe tadi? Atau karena aku tidak memakai dress yang dia berikan tadi. Kenapa aku menjadi sedih melihat perubahannya. Ini bukan berarti kalau dia akan segera memutuskan kan ku, kan? Aku memang baru mengenalnya beberapa bulan. Tapi aku sudah jatuh cinta kepadanya terlalu dalam. Aku belum siap untuk berpisah darinya. Bagaimana aku lewati hari-hari ku tanpa mendengar suaranya. Chat-chat darinya juga selalu mengisi hari-hari ku.

"Hei, kenapa kau menangis?" Daniel mulai melangkah untuk mendekati ku.

"Kalau aku ada salah, aku minta maaf. Tolong beri aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahan ku." Ucapku sambil tersedu.

Daniel kelihatan panik, dia melihat ke arah sekitarnya. Ada banyak orang yang mulai berbisik-bisik.

"Baiklah, tolong berhenti menangis." Katanya sambil menepuk pelan bahu ku.

"Aku akan berhenti menangis, kalau kau mengizinkan aku ikut bersama mu." Aku menunduk kan kepala ku sambil terus meneteskan air mata.

Daniel menarik tangannya yang tadi berada di atas bahuku. Aku tidak mendengar suaranya, dia hanya diam saja. Aku mengangkat kepalaku untuk melihat Daniel. Terlihat dia sedang mengusap-usap keningnya. Apakah Daniel pusing? Apakah perubahannya karena dia sakit. Apakah Daniel memiliki penyakit yang cukup parah? Bisa saja dia bersikap dingin padaku agar aku mau memutuskan hubungan kami. Aku akan tunjukkan kepada Daniel kalau aku bisa menerima dia apa adanya. Bahkan bila di saat-saat terakhirnya, aku akan tetap mendampinginya. Aku harus kuat menjalani semua ini demi Daniel.

"Baiklah. Bagaimana kalau kau menemaniku ke toko buku yang berada di mall ini?" Putus Daniel akhirnya.

"Aku mau, sayang." Ku rangkul lengan kiri Daniel sambil mengikutinya berjalan.

"Bisakah kau lepaskan tangan mu?" Tanya Daniel padaku.

Kami baru saja memasuki mall, dia sudah mau berjalan meninggalkan ku. Tak akan aku lepaskan sebelum kami sampai ke toko buku. Ku pandangi wajahnya, karena Daniel terlalu tinggi, maka aku mendongak kan kepalaku. Seketika aku mulai berakting seolah-olah akan menangis. Melihat ekspresi wajah ku membuat Daniel segera kembali berjalan dan membiarkan tangan ku melingkari lengannya.

"Kau lihat gadis itu. Kenapa terlihat begitu agresif?" Suara wanita yang tidak ku kenal mencapai pendengaran ku.

Maka aku meliriknya melalui punggung Daniel. Dua orang wanita sedang berdiri di sisi kanan tempat Daniel berdiri. Kami sudah berada di toko buku, tapi Daniel sudah tidak meminta ku untuk melepaskan tangannya. Maka ku rangkul terus saja lengannya. Daniel memilih buku menggunakan tangan kanannya. Aku hanya diam melihatnya membaca setiap judul pada sampul buku-buku ini. Daniel tampan sekali. Aku baru menyadari bentuk dagunya sedikit terbelah. Dia juga memiliki sorot mata yang tajam di balik bola matanya yang bewarna coklat terang. Dia memiliki hidung yang tinggi dari pangkal hingga ujung. Wajahnya seratus kali bertambah tampan saat sedang serius membaca. Aku baru tahu kalau Daniel memiliki hobby membaca buku.

"Kau tidak ingin melihat-lihat buku juga?" Tanya Daniel saat kami mulai berjalan berputar ke sisi rak buku lainnya.

"Tidak. Aku lebih suka untuk melihat-lihat wajah mu saja, sayang." Daniel yang tadinya serius membaca buku, seketika menatapku.

"Berhenti menatap ku, kalau kau tetap ingin bersama ku." Daniel berkata dengan suara datar, itu membuat hati ku menciut.

Apa Daniel masih ingin mengusirku? Oh, mungkin saja dia ingin memilih buku tentang kesehatan. Barangkali dia bisa menemukan petunjuk mengenai penyakit yang di deritanya. Jadi dia tidak ingin aku khawatir, makanya dia menyuruhku berkeliling melihat-lihat buku agar aku bisa meninggalkannya sendirian. Apa yang harus aku lakukan? Apakah lebih baik aku meninggalkannya sendirian? Seketika aku menemukan ide.

"Dan, kenapa kita tidak melihat-lihat tentang buku kesehatan?" Ajakku padanya.

Daniel menatapku sekilas, lalu dia meletakkan kembali buku yang ada ditangannya ke rak ini. Aku ikut bergeser karena Daniel menggapai buku yang terletak di atas rak menggunakan tangan kanannya. Sementara aku masih merangkul tangan kirinya. Setelah membaca judul pada sampul buku tersebut, Daniel meletakkannya kembali. Benarkan dugaan ku, Daniel pasti sedang mencari informasi tentang penyakitnya. Itulah sebabnya mengapa Daniel tidak jadi membeli satu buku pun yang sedari tadi di baca olehnya.

"Baiklah, ayo kita ke sana!" Daniel mulai berjalan bersama ku menuju rak-rak buku kesehatan.

Nah, sekarang aku harus memperhatikan buku apa yang akan menjadi pilihannya. Dengan begitu aku akan mendapatkan informasi tentang penyakitnya. Daniel mulai mengambil buku mengenai organ jantung. Jadi jantung Daniel sedang bermasalah? Daniel bisa sembuh kalau melakukan tranplantasi jantung. Tapi dia meletakkannya kembali. Jadi bukan itu? Lalu Daniel mengambil buku yang sampulnya bergambar sel-sel darah. Apa Daniel menderita penyakit kanker? Leukemia? Tanpa membuka lembar halaman buku ini, Daniel sudah menaruhnya kembali. Aku baru sadar, sedari tadi Daniel sama sekali tidak membuka lembar halaman pada kedua buku kesehatan ini. Berbeda saat kami berada di rak buku-buku tadi, paling sedikit Daniel membuka dua sampai tiga halaman pada setiap buku. Jadi saat ini Daniel hanya sedang membaca judulnya. Daniel masih belum menemukan buku yang di cari olehnya. Ada buku bersampul hitam yang sudah berada di tangan Daniel. Gambar pada buku ini terlihat sangat menakutkan. Buku ini bersampulkan wajah seorang manusia, tapi yang membuatku seram adalah pada sisi wajahnya ada bayangan buram yang terlihat sama pada gambar wajah yang pertama. Aku bergidik ngeri melihat buku ini. Tapi tidak dengan Daniel, dia dengan tangan kiri yang masih ku rangkul mulai memegang buku ini. Lalu tangan kanannya mulai membuka halamannya. Dan dengan serius Daniel mulai membaca setiap kalimat pada halaman buku ini. Jadi, Daniel memiliki penyakit yang seperti ini?

*ToBeContinued*