Dan dengan serius Daniel mulai membaca setiap kalimat pada halaman buku ini. Jadi Daniel memiliki penyakit yang seperti ini.
________________________
_____________________
___________________
_________________
______________
"Aku mau membeli buku ini." Langsung ku rebut buku ini dari tangan Daniel.
Karena secara tiba-tiba aku menarik buku ini, maka dengan spontan Daniel langsung melepaskan buku yang tadi di baca olehnya. Dengan membeli buku ini, aku bisa mengetahui nama penyakit yang di deritanya. Sekalian aku bisa membantu untuk mengobati atau pun mengurangi rasa sakitnya. Zee kau memang pintar. Daniel menolehkan kepalanya ke arah ku.
"Kau yakin ingin membeli buku ini?" Daniel bertanya tanpa melepaskan rangkulan tangan ku.
"Tentu saja. Kebetulan ini adalah buku yang aku cari-cari selama ini." Bohong ku pada Daniel sambil mendekap erat buku ini.
"Baiklah. Ada lagi yang ingin kau beli?" Daniel bertanya sambil mulai berjalan menuju kasir.
Aku hanya menggelengkan kepalaku. Kami harus mengantri untuk membayar buku ini. Ada dua pembeli lagi di depan kami yang masih mengantri. Aku penasaran dengan buku ini. Saat aku mulai akan membaca judul buku ini, aku mendengar suara wanita berbicara.
"Gadis itu bukan agresif, tapi posesif." Ucap seorang wanita yang tidak aku kenal sambil cekikikan
Sepertinya mereka adalah dua wanita yang tadi. Tapi kali ini yang bicara adalah temannya. Ada apa dengan mereka, memangnya salah kalau aku menggandeng pacarku sendiri?
"Pantesan saja dia posesif, coba kau lihat wajah pacarnya." Itu suara wanita yang terlebih dahulu mengatakan aku agresif.
"Wah tenyata pacarnya tampan sekali." Balas temannya.
Sepertinya temannya melihat wajah Daniel. Aku tidak berani menatap mereka. Walaupun sebenarnya posisi mereka ada di dekat ku. Mereka berada di rak-rak buku yang menghadap ke kasir. Aku hanya bisa menundukkan kepala ku. Aku tidak mau mempermalukan Daniel untuk yang kedua kalinya hanya kerena omongan mereka. Bagaimana jadinya, kalau aku meladeni mereka, lalu terjadi keributan di toko buku ini. Setelah itu Daniel akan benar-benar memutuskan ku. Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala ku.
"Yah walaupun begitu, dia tidak sepantasnya secara terus-menerus menggandeng pacarnya dari awal masuk ke toko ini sampai akan keluar." Aku sudah tidak bisa membedakan suara dari mereka berdua.
Entah wanita pertama atau yang kedua yang kali ini bicara. Aku sudah gelisah ingin keluar dari toko ini. Aku sudah tidak ada niat untuk membaca buku ini lagi. Nanti aku akan baca di kamar kost ku saja.
"Kau benar, tadi saja aku melihat pacarnya kesulitan saat sedang memilih buku." Ucapan dari seorang diantara mereka.
Apa benar sedari tadi Daniel kesulitan? Perlahan ku tarik keluar tangan ku dari lengan Daniel. Mungkin aku sudah keterlaluan kepada Daniel.
"Apa yang kau lakukan?" Daniel memegang tangan ku.
"Aku hanya tidak ingin membuat mu kesulitan." Kataku pelan, berharap kedua wanita itu tidak mendengarkan ucapan ku.
Tapi Daniel malah mencegah ku untuk melakukan itu. Dia membawa tanganku kembali ke dalam lengannya.
"Kau tidak ingin kau hilang dari pandanganku. Jadi jangan kau dengar kan perkataan orang lain." Daniel berbicara cukup keras.
Saat berbicara, Daniel juga menoleh ke arah rak buku tempat dua wanita tadi berdiri. Aku tidak tahu ekspresi wajah para wanita itu. Yang pasti, perkataan Daniel tadi cukup untuk membungkam ke dua mulut wanita itu. Karena setelah itu aku tidak mendengar suara-suara mereka lagi.
"Ini ambillah." Daniel menyerahkan lima lembar uang kertas kepada ku.
"Untuk apa ini?" Tanya ku bingung tanpa menyentuh uangnya.
Sekarang hari sudah malam. Setelah keluar dari toko buku tadi, kami singgah ke food court. Disana tadi kami memesan beberapa makanan. Setelah menghabiskan makanan kami, akhirnya Daniel memutuskan untuk pulang. Dan di sini lah kami sekarang, kami berada di luar mall.
"Untuk ongkos taxi." Daniel berkata sambil meletakkan uang-uang ini di atas telapak tangan ku.
Sekarang aku sudah tidak menggandeng tangannya lagi. Aku tidak mau kejadian di toko buku tadi sampai terulang lagi. Banyak orang-orang yang iri di luar sana, padahal mereka tidak mengenal satu sama lain. Terkadang mereka terlalu banyak mengomentari hal-hal yang bukan menjadi urusan mereka.
"Kau tidak mengantarkan aku pulang, sayang?" Tanyaku dengan bingung.
Walaupun tadi Daniel membelaku di hadapan para wanita-wanita usil itu, setelah itu dia berubah menjadi dingin kembali kepada ku. Apalagi setelah ku lepaskan rangkulan tangannya, dia menjadi jarang bicara dengan ku.
"Tidak. Aku masih harus mengurusi sesuatu lagi. Kau pulang lah duluan." Sepertinya Daniel kelelahan, mungkin itu karena penyakit yang di deritanya.
Aku tidak boleh membantahnya, aku harus menuruti permintaannya. Lagi pula dia sudah terlalu lelah, setelah menemui rekan bisnisnya, dia masih harus menemaniku seharian.
"Baiklah. Ini sudah lebih dari cukup." Aku hanya mengambil selembar saja uang darinya.
Sisanya aku kembalikan lagi kepadanya. Sambil meletakkan di dalam telapak tangannya, aku mengecup pipi kirinya. Ada taxi yang baru saja menurunkan penumpang di dekat ku. Aku langsung meminta supir untuk berhenti sebelum ia melajukan kembali taxi-nya.
"Bye, sayang. I love you." Ku kecup lagi pipi sebelah kanannya, lalu aku melambaikan tangan ku padanya sebelum masuk ke dalam taxi ini.
Setelah sampai di kost-an ku, aku mulai mencari kunci di dalam tasku. Setelah masuk, aku segera menutup kembali pintu kamar ku. Aku masih memegang kantong plastik yang berisikan sebuah buku. Ku letakkan tas ku di atas kursi. Aku duduk di tepi ranjang. Masih ada bingkisan dari Daniel di atas ranjang ku. Aku mulai membuka kantong plastik ini. Tapi ternyata, mulut pada kantong plastik ini di jepit oleh staples. Dengan sedikit tenaga aku menarik ujung pada kedua sisi kantong plastik ini. Setelah terlepas aku mulai mengeluarkan isi dari kantong plastik ini. Padahal aku hanya baru saja menatap sampul hitam pada buku ini, tapi kenapa aku merasa merinding saat menyentuh buku ini? Ku letakkan kembali buku ini diatas ranjang ku beralaskan kantong plastik tadi. Apa sebaiknya ku baca saja buku ini besok siang. Paling tidak kan aku bisa membaca di waktu cuaca siang hari yang terang benderang, bukan dengan suasana yang mencekam seperti malam ini. Lebih baik aku mandi saja dulu. Ku ambil perlengkapan pakaian ku, lalu ku bawa ke dalam kamar mandi ku. Akhirnya segar juga, sambil ku usap-usap kepalaku menggunakan handuk, aku berjalan mengambil air mineral di atas meja belajarku. Dari meja belajarku aku memandang ke atas ranjang ku. Kenapa berantakan sekali ranjangku. Bagaimana aku bisa tidur dengan kondisi seperti itu? Sebaiknya aku memindahkan bingkisan itu dari atas ranjangku. Setelah sampai di ranjang ku, mata ku masih tertuju pada buku hitam ini. Aku perasaan takut dan penasaran yang aku rasakan sekarang di saat yang bersamaan. Lebih baik sekarang saja aku baca buku ini. Aku penasaran penyakit apa sebenarnya yang di derita oleh Daniel. Karena gambar pada sampul buku tebal ini cukup menakutkan, maka aku hanya cukup menutup kedua mataku. Setelah berhasil membuka halaman pertama, aku kan bisa kembali membuka mata ku. Aku menutup mataku, lalu ku raba ranjangku. Berhasil, aku sudah mengangkat buku ini dari atas ranjang. Aku hanya perlu membalikkan halaman dari buku ini, lalu aku bisa membuka mata ku.
*ToBeContinued*