Adelia merasa begitu positif malam ini. Ia baru selesai perkuliahan pada pukul 8.30 dan membawa 3 kabar baik. Ia mendapatkan kabar dari portal kampusnya, bahwa 3 tugas yang ia kumpulkan dalam 3 minggu terakhir ini mendapatkan nilai di atas 80. Tepatnya, 81, 89 dan 93. Adelia tidak menyangka dengan memindahkan energy negative yang penuh dengan emosi berkoar-koar menjadi produktif, ternyata bisa benar-benar membawa hasil yang positif. Hem, bagaimana kalau ia lebih sering patah hati saja?
Ketika Adelia berjalan menuju pintu keluar dari toilet, ia berpapasan dengan Bastian. Ia kaget, dan refleks celingak celinguk ke kiri kanan depan dan belakang.
"Gak ada, dia lagi sakit dateng bulan katanya. Jadi skip kuliah", kata Bastian santai. Cowok tinggi besar itu menyanggah tubuhnya di dinding samping toilet, seakan-akan dia sudah lama disitu. Apakah mungkin Bastian tau Adelia tadi masuk ke toilet dan sengaja menunggunya?
"Fiuh, syukurlah. Kalo enggak aku kayaknya malam ini bakal di jambaki dan dipukuli oleh seseorang dehhh", kata Adelia sambil membuat senyum kekanak-kanakan. Bastian tersenyum melihat tingkah Adelia. Ia mengucek-ucek rambut yang sepertinya sudah tidak di cuci setidaknya 3 hari itu. Adelia merinding membayangkan sekarang tangan Bastian pasti sudah berselemak minyak dan ketombe. Hiiiiiiii
"Pulang bareng yuk. Aku bawa mobil", kata Bastian. Sebenarnya di musim yang masih hangat ini, Bastian jarang sekali membawa mobilnya ke kampus. Toh jalan juga tidak begitu jauh. Namun ketika ia tahu kalau Maretha akan skip ke kampus hari ini, Bastian tiba-tiba ingin menyapa Adelia. Ia Cuma sedikit prihatin melihat gadis itu sudah seperti tengkorak hidup yang berjalan tertatih-tatih dari flat- kampus – flat. Setidaknya, biarlah malam ini Bastian mengantarnya pulang.
O..okey yuk", kata Adelia setelah melihat ke kiri dan kekanan. Ia ingin memastikan Maretha benar-benar tidak ada. Namun ia lupa, bahwa ada sepasang mata yang saat ini sedang memandanginya. Hisyam yang baru saja selesai diskusi kelompok, dan sedang berjalan menuju mobilnya. Ia melihat Adelia dan Bastian berjalan menuju parkiran juga. Ingin ia menghampiri mereka berdua, tapi cowok itu lantas berfikir lebih panjang. Ini masih di lingkungan kampus, dan terlalu banyak orang dan satpam. Lagian Adelia berkata, Bastian itu sepupunya. Baiklah.
"Kamu kurus banget sekarang Del. Kata Maretha kamu gak makan-makan ya", tanya Bastian penuh selidik sambil mengemudikan mobilnya keluar dari parkiran kampus. Ia melihat penampilan Adelia jauh berubah dari beberapa bulan yang lalu. Saat ini gadis itu memakai jaket hoodie yang terlihat terlalu kedodoran, celana jeans yang juga terlihat kebesaran, sepatu kets, dan membiarkan rambutnya tergerai begitu saja tanpa sisiran yang rapi atau aksesoris rambut. Ketika Bastian menatap rambutnya, Adelia refleks mengambil jepitan dan mencepol rambut itu asal-asalan.
"Makanya kasih aku makan donk", kata Adelia sambil nyengir. Ini mungkin senyuman tulus pertamanya dalam 3 minggu terakhir.
"Beneran yaaaaa, aku bawa kamu makan nih. Tapi janji dihabisin ya. Kalo nyisa, kamu yang bayar. Deal?", Bastian kontan mempercepat laju mobilnya, dan tidak mengarah ke KV. Ia keluar dari kompleks Curtin dan menuju coles. Ia memarkirkan mobilnya di depan Waterford. Adelia terperanjat. Ini bukan Rabu malam, dan juga bukan Sabtu malam. Mana ada malam karaoke!
"Ayo turun. Selain Rabu dan Sabtu, Waterford ini paling sepi dari mahasiswa. Kalo kamu mau makan tanpa gangguan dari temen-temen kampus, ini saatnya", jelas Bastian. Adelia mengangguk. Mereka berdua memasuki bar Waterford. Benar kata Bastian. Suasana sangat lenggang. Hanya ada beberapa pria dewasa yang duduk di kursi bar sambil mengobrol dan minum. Beberapa pasangan tampak duduk di meja-meja yang biasanya tidak ada pada Rabu malam dan Sabtu malam. Mereka tampaknya menikmati makan malam yang romantis. Ada sebuah lilin yang menghiasi meja mereka. Lagu-lagu bertema cinta tahun 80-an bergema di seluruh ruangan.
"Ini memang bukan tempat paling romantis yang ada di sekitar ini, tapi aku jamin, steaknya lumayan enak! Cobain deh", kata Bastian lagi. Adelia mengangguk. Boleh juga nih Waterford, pikir Adelia. Walaupun mungkin saat ini mereka adalah pasangan termuda yang berada di bar ini. Beberapa pria dewasa yang sepertinya baru pulang kerja, tengah bermain di 2 meja bilyar. Sukurlah tidak ada pekerja konstruksi yang kemarin. Mereka pun memesan makanan, dan tak lupa Adelia memesan 3 botol alkohol yang biasa ia minum bersama Lisa dan Diva.
"Ada sesuatu yang ingin aku rayakan", kata Adelia sambil terkikik.
"Biar aku tebak…hemm… cowok baru lagi?" tanya Bastian dengan wajah usil. Adelia kontan menginjak kaki cowok itu. Tentu saja rasanya tidak sakit, ketika size 38 menginjak size 46.
"Aouucchh sakit tauuuu", keluh Bastian berpura-pura.
"Nilai tugas-tugas aku meningkat Tian, Akhirnya aku jadi ngerti tentang sistem pendidikan di kampus ini", kata Adelia sambil menggenggam tangannya sendiri dan menempelkannya di rahangnya sambil mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Kemana aja kamu selama ini hah? Makanya kalo ada waktu tu belajar, fokus, pelajari, jangan main muluuuu", kata Bastian sambil melempar serbet kertas ke muka gadis itu. Adelia hanya membalasnya dengan ejekan.
"Eh Tian by the way ya, pacar kamu itu kok norak dan nyebelin banget sih! Aku rasa dia tuh ngelunjak banget deh mentang-mentang pacaran ama kamu. Sebel aku", tiba-tiba Adelia membuka topic. Bastian terkekeh melihatnya.
"Lagian apa sih yang menarik banget ama dia sampe kamu mau ama dia. Ada banyaaaakkkk cewek yang lebih cantik dan lebih sexy dan lebih pinter dari dia Tian. Why her? Why?", cerocos Adelia lagi, seakan-akan ini sudah lama ingin ia curhati.
"Ah sama aja kayak kamu. Kenapa sampe sekarang itu tukang kembang belon kamu putusin juga? Hayo, sejak kejadian terakhir, kamu uda ngomong gak ama dia", tanya Bastian. Adelia menggeleng.
"Belon. Takut aku Tian…", jawab Adelia. Bastian tidak tega untuk meneruskan diskusi ini lagi. Mungkin juga Adelia belon siap. Sudahlah. Pas sekali makanan mereka akhirnya tiba, begitu juga dengan alkohol. Adelia langsung menegak setengah botol alkohol itu, sebelum mencicipi makanannya.
"Minum alkohol sebelum mengisi perut bakal bikin kamu cepet mabuk", protes Bastian.
"Justru itu rencananya. Eh ini kamu yang bayar kan? Aku udah 3 minggu nih gak ke maya masalah. Aku lagi cuti", kata Adelia. Bastian menggeleng-gelengkan kepalanya. Ya, Adelia mungkin berhasil mendapatkan nilai yang bagus untuk tugas-tugasnya. Tapi hidup gadis ini sedang tidak normal. Dia jauh dari bahagian, dan bukan itu rencana mereka ketika datang di Perth. Hidup sehappy mungkin karena mereka akan segera pulang ke penjara, eh maksudnya Jakarta.
Adelia melahap makanannya dengan begitu semangat. Ia lupa kapan terakhir kali ia makan sesuatu dengan benar. Selain roti isi keju, beberapa kali memang ia pernah mendapat makanan booster seperti sushi, nasi dan kari, kue, jus buah, dan salad dari Kotoko dan Diva. Bahkan Marvin pernah mengantarkan 2 potong pizza ke kamarnya langsung karena terlalu prihatin.
"Bastian ini enak. Lain kali kamu ajak…", belum selesai Adelia berkata, HP milik Bastian bergetar. Ketika ia melihat tulisan di layar, ia meletakkan HP itu kembali ke meja. Nama Maretha tertulis disitu, dan sepertinya Bastian enggan menjawabnya.
"Kamu mau bilang apa sama nenek sihir itu nanti? Nyariin kamu pasti kan?Hayo cepetan makan, kalo kelamaan kita berdua bisa disantet disini", kata Adelia dengan mulut penuh. Bastian mengangkat-angkat bahunya sambil memotong steaknya. Dia kemudian terkikik, diikuti oleh Adelia. Biarlah saat ini mereka berdua menikmati keadaan ini. Seperti seorang adik-kakak, sepupu, teman-sahabat yang sedang ingin melarikan diri dari dunia yang pelik. Dunia Adelia yang pelik, tepatnya.
---------------------------------
Seperti perjanjian, Bastian menurunkan Adelia dipagar yang memiliki akses langsung ke kompleks KV, sedangkan Bastian akan memutar memasuki kompleks asrama mereka dengan mobilnya. Mereka berusaha untuk meminimalisir kejadian aneh-aneh dan dituduh macam-macam oleh Maretha. Pastilah gadis itu sekarang, yang pastinya sedang sewot datang bulan, menunggu pacarnya di parkiran. Adelia masih tersenyum geli mengingat percakapannya dengan Bastian tentang Maretha. Baru kali ini ia menemukan seorang cowok curhat begitu banyak tentang pacarnya yang kocak-kocak.
Ketika jarak Adelia dengan flat 27 hanya tinggal beberapa meter…
"Adelia, bisa kita bicara bentar…", seseorang yang suaranya sangat familiar, memanggil Adelia. Walau suasana agak gelap, Adelia tau itu siapa. Justin.
"Bang Justin, gak ada lagi bang yang bisa kita bicarain disini. Kita udah selesai. Aku menghargai perasaan Lisa. Udah ya", kata Adelia sambil terus berjalan kea rah flat 27. Namun pergelangan tangannya di cekal oleh Justin dengan kasar.
"Justin, lepasin!", kata Adelia dengan tidak kalah kasarnya.
"Adelia kamu mabuk?", tanya Justin. Ia dapat mencium bau alkohol dari nafas gadis itu. Adelia mendelik menatapnya dengan berani. Memangnya kenapa kalau mabuk?
"Adelia, maafin aku. Tapi aku juga ga bisa bohongin perasaan aku Del. Aku ternyata masih suka sama kamu, aku gak bisa jauh-jauh dari kamu. Aku mungkin udah jatuh cinta sama kamu Del… Kamu juga kan? Aku tau kamu sama Hisyam sekarang udah gak ada apa-apa lagi. Aku mohon Del, ayo kita coba lagi…," kata Justin sambil berusaha memeluk tubuh Adelia. Gadis itu memberontak. Ia hanya sedikit tipsy karena pengaruh alkohol. Ia tidak mampu melawan Justin bukan karena ia mabuk, namun karena memang tubuhnya sudah terlalu lelah.
"Justin lepasin. Lepassiinnn kita udah gak ada mmmppph…", tepat ketika Adelia ingin berkata kasar, Justin sudah membekapnya dengan ciumannya. Ciuman yang dirindukan oleh Adelia. Gadis itu kontan mengumpulkan seluruh tenaga yang ada dari seluruh tubuhnya, dan mencoba melawan Justin. Tapi ia kalah. Kalah oleh energy cowok itu, dan juga hasrat yang muncul dari tubuh Adelia sendiri. Ia tidak berdaya.
Ciuman itu berlangsung selama bermenit-menit, sehingga Adelia lupa bila walau mereka sedang ada di kegelapan malam, siapa saja yang berlalu lalang di flat 26, 25 atau menuju parkiran, dapat melihat sepasang kekasih yang sedang berciuman. Ya…flat 25.
"Braaakkk!!!!", sebuah tongkat baseball menghantam punggung Justin! Kontan cowok tinggi besar itu terduduk dengan sikunya. Ia tidak siap dengan pukulan tiba-tiba itu. Tepat ketika Justin oleh, badannya di tendang, dan pukulan kayu itu mendarat di pinggang dan pundaknya. Justin mencoba menutupi kepalanya agar terbebas dari pukulan.
"Hisyaammm!! Stop!! WHAT ARE YOU DOING!!!", teriak Adelia panik melihat cowok itu terus saja menendangi Justin dan memukulnya dengan tongkat Baseball.
"SHUT UP BIT*H!! Siapa suruh kau selingkuh dengan budak ni!", teriaknya sambil terus menendangi pinggul Justin. Adelia kontan berlari menjauhi keduanya. Ia berlari ke sebuah titik, dimana penerangan paling jelas, dan sebuah cctv menyorot langsung ke arah itu. Adelia sudah memperhitungkannya.
"Bukan dia yang salah. I kissed him! I LOVE HIM! I KISSED HIM FIRST!", teriak Adelia, seakan-akan memancing kemarahan Hisyam kepadanya. Dan Adelia benar, Hisyam langsung naik pitam dan lari mengejar Adelia. Ia menendang badan gadis kurus itu sehingga Adelia jatuh terpental. Adelia sudah memperhitungkannya. Sukurnya bagian yang bersentuhan langsung dengan sepatu Hisyam adalah tangannya. Bila retak, tak mengapa. Asalkan organ-organ vital di dalam butuhnya aman.
"Dasar kau perempuan J*l*ng! Kau rasakan ini!", Hisyam langsung menjambak rambut gadis itu dan menampar pipirnya. Adelia berusaha agar ia menghadap ke cctv, ia tidak mau adegan ini luput dari rekaman agar ia memiliki bukti kekerasan cowok itu.
"Adelia!! Stop!", tiba-tiba Justin berdiri dari tempatnya bersimpuh, dan berlari menuju tempat Hisyam dan Adelia bergulat. Hisyam baru saja kembali menendang kaki Adelia tepat setelah gadis itu jatuh terduduk. Hati Justin remuk melihat gadis yang ia cintai di sakiti tepat di depan matanya!
Justin langsung menerjang tubuh Hisyam, dan pergulatan pun terjadi. Mereka saling pukul, saling tendang, dan saling menjatuhkan. Adelia merebut tongkat baseball itu dan mulai berteriak.
"HELPPPPP HELPPP! SOMEBODY CALL SECURITYYYYY!!!", Teriaknya. Tidak berapa lama, beberapa mahasiswa yang tinggal di flat 25, 26 dan Japan house pun berkeluaran. Tidak terkecuali Lisa.
"Adelia!! Ada apa?!", teriaknya melihat Adelia yang bentuknya sudah tidak karuan. Ada darah yang keluar dari bibir dan hidungnya. Rambut gadis itu acak-acakan, sementara buku-buku dan tasnya berhamburan di rumput.
"Lisa, bawa Adelia pergi", teriak Justin. Lisa kemudian terperanjat! Ia tidak menyangka bahwa pihak yang sedang berkelahi, salah satunya adalah pacarnya! Adelia kontan panik ketakutan. Tidak di dalam rencananya bahwa Lisa akan memergokinya seperti ini.
"Kau gila mencium Adelia. Dia akan menjadi istriku! M*mp*s kau!", kata Hisyam sambil terus memukuli muka Justin. Namun saat ini Justin sudah tidak berani membalas. Ia justru menatap nanar kea rah Lisa dan Adelia.
"Mencium… maksudnya apa Hisyam? Siapa yang mencium Adelia?", tanya Lisa dengan suara bergetar. Hisyam menghentikan serangannya. Ia berdiri hoyong karena lelah dan hampir tepar.
"Ia have the right to be angry. Hi kissed my future wife! He asked her to start again with her! (Aku memiliki hak untuk marah. Ia mencium calon istriku. Dia meminta Adelia untuk memulai lagi dengannya!)", kata Hisyam sambil menunjuk ke arah Justin, yang saat ini sudah berlutut dan memandang ke bawah. Ia terlalu lelah, terlalu sakit dan terlalu malu untuk memandang semua orang.
"He what?" tanya Lisa sambil memandang Justin dan Adelia. Hisyam tertawa terkekeh-kekeh.
"HE KISSED HER! They are having an affair! She is cheating with him!", teriak Hisyam lagi sambil menunjuk Justin dan Adelia! Terima kasih, berkat penjelasan yang begitu gamblang oleh Hisyam, beberapa mata yang memandang mereka mejadi paham bahwa perkelahian ini disebabkan oleh cinta segitiga. Atau tepatnya cinta segi empat. Justin kembali berdiri dan hendak membungkam mulut Hisyam. Ia tidak terima semua mata memandang rendah ke arah Adelia. Karena sesungguhnya bukan itu yang terjadi tepatnya!
Beberapa mahasiswa melerai keduanya, dan tidak berapa lama mobil satpam kampus datang dengan kecepatan tinggi. Dua orang satpam kampus yang bertubuh besar segera mendatangi tempat kejadian.