Adelia sangat menikmati bangun tidurnya pagi ini. Ya, pagi pertama di negeri orang. Ternyata tidurnya cukup nyenyak, berkat bantal, guling, dan seprei yang ia bawa dari rumah. Tapi ia melupakan 1 hal, Selimuttt!!! Untung sekali di dalam kamarnya terdapat pemanas yang cukup efektif. Ia membuka jendela kamarnya, yang sukurnya sudah dilengkapi oleh teralis. Pemandangan dari jendela kamarnya adalah sebuah green house yang cukup besar, yang sepertinya "tempat bermain" para mahasiswa pertanian. Bila ia bertelanjang di kamar ini, akankah menjadi tontonan gratis bagi mereka? Hehehehe
Adelia berjalan keluar untuk memakan sarapan pertamanya di negara itu. Ia masih menggunakan piyama super nyamannya: Sebuah jaket hoodie putih bergambar beruang, dengan celana piyama super nyaman dan longgar berwarna putih garis-garis abu. Ia menyusuri lorong, dan ketika ia sampai di common room atawa ruang makan atawa dapur, ia tidak percaya yang dilihatnya. Tiga orang cowok dengan dresscode yang sama: kaos putih dan celana boxer dengan santai menguasai meja makan.
"Hi girl from Indonesia. Meet my friends!", kata Pat. Ia melambaikan tanyannya ke arah Adelia. Mereka bertiga sedang sarapan dengan sebuah cereal atau semacam produk gandum dengan kotak yang sangat besar. Adelia ingat, itu adalah produk sarapan termurah yang ada disitu. melihat dari ekspresi mereka makan, sepertinya rasanya seperti kapas. Ada sebuah botol susu berukuran 2 liter di meja makan.
"Halo everyone, you can call me Adel. Do you guys live here?", tanya Adelia. Ia ingat kalau flat ini isnya hanya 2 cowok dan 4 cewek. Lantas siapa para cowok-cowok beringas ini?
"Hi Adel, I'm Dave. I'm from Norway. I'm also exchange student like Pat. I'm in the same major as Pat", kata cowok itu. Rambutnya superrrr duper pirang, dan matanya sebiru laut di Maldives. Hidungnya langsing dan mancung. Kulitnya...kulitnya...warna putihnya sangat rata, tanpa bintik-bintik. Adelia menganga. Ganteng maksimal, tapi sikapnya sangat goofy dan kekanak-kanakan.
"Hi Adel, I'm Josh, I'm from Austria. And like them, I'm an exchange studentI'm also from Engineering school. Sorry to bother you. We don't live here. Me and Dave, we live in flat 25 over there", katanya sambil menunjuk gedung di sebelah flat Adelia. Tampaknya dari mereka bertiga, Josh yang paling sopan dan lebih kalem.
"So Adelle, don't be surprise to find these stupid guys having breakfast, lunch and dinner here. We are tyring to save money by eating for 3", jelas Pat sambil menunjukkan seluruh gigi di mulutnya dan menggerakkan tangannya dengan gaya memutar sambil menunjukkan menu sarapan mereka. Ok, I get it, mereka adalah mahasiswa kere.
"Yes Adelle, we are going to travel the world while we are hereeee", kata Dave antusias dan matanya melotot. Mungkin maksudnya travel all over Australia dan Asia kali ya? Kapan mereka sempet travelling coba? Jadi mereka irit-irit makan agar bisa travelling keliling Australia. Hemmm menarik.
"Don't panic if we like to have lots of party in the flat and invite my friends", kata Pat sambil diikuti oleh senyum jahil teman-temannya. Adelia tertawa dan mengangguk-angguk,.
"You wanna try some?", tanya mereka ramah ke arah cereal yang sangat tidak menyelerakan itu. "No thanks, kata Adelia dan mengeluarkan roti gandung dan selai coklatnya. Sepertinya menarik juga nih flat bila banyak hiburan seperti ini hahahaha. Mereka berempat menghabiskan sarapannya dengan canda tawa yang menyenangkan.
---
Adelia sudah berdiri di ujung cluster asramanya. Sesuai janji, hari ini Lien akan mengantarkannya ke kantor administrasi kampus untuk mengurus segala daftar ulang dan lain-lain. Ia berusaha untuk memberikan kesan pertama yang baik kepada siapa saja yang mungkin akan di temuinya. Ia terlihat imut dengan rambut coklatnya yang ia ikal-ikal sejam lebih, make-up tipis dan outfit cetar: Gaun putih selutut dan coat kulit yang tingginya sama dengan gaun putihnya. Ia mengenakan sepatu boot semata kaki berwarna hitam juga. Sebuah investasi yang sangaatttt layak. Tas kulitnya yang berwarna hitam dengan model remaja tersanding di bahunya. Ia terlihat muda tapi mahal hihihi.
"Pagi-pagi tuh jangan pake rok, nanti masuk angin. Masi dingin tauuuuu", kata seorang cowok dengan bahasa Indonesia yang sangat fasih. Adelia menoleh ke arah cowok itu. Jelas aja fasih! Ternyata Bastian. HUHHH. Adelia langsung bisa menebak, ia pasti juga menunggu Lien. Ia mengacuhkan cowok itu dan berpura melihat ke kiri dan kekanan. Tapi dalam hatinya, benar juga. Udara dingin, dan Lien lama sekali datangnya. Pahanya mulai dingin. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam coat kulit itu. Ia juga lupa membawa sarung tangan.
Akhirnya Lien datang dengan mobil jingganya itu. "You wait long? Come... come let's walk to admin office", ajaknya. Setelah ia memarkir mobilnya, ia menuntun Adelia dan Bastian berjalan keluar dari cluster asrama mereka. Ada jalan setapak yang gampang terlihat, yang membawa mereka memasuki kawasan kampus. Ada pohon-pohon tempat para mahasiswa bersandar ketika mereka membaca buku atau bercengkrama dengan teman-temannya.
"Adelia, that is the Linguistic building, you will be there for Bridging classes", kata Lien menunjuk sebuah gedung berlantai 4. Adelia mengangguk-angguk. Mereka terus berjalan lurus,dan menyusuri lebih banyak gedung-gedung kampus dengan aneka ragam bentuk. Seakan-akan tidak ada satu ciri khas. Setiap gedung diberi nomor dan nama-nama orang terkenal. Kontur kampus sangat bervariasi. Ada datar, sesekali mereka harus menaiki tangga, permukaan miring, sungguh menarik. Lien terus menjelaskan dimana kantin-kantin berada, perpustakaan dan dimana kampus Business school tempat Adelia dan Bastian nantinya akan kuliah S2.
Ketika mereka sampai di meja administrasi, dengan sigap Lien menyelesaikan segala urusan mereka sambil akhirnya Adelia memiliki kartu pelajar impiannya! Yeayy! Lien juga menjelaskan tata cara untuk mendapatkan kartu perpustakaan dan mereka juga harus mendaftar ke Guild, atau semacam senat mahasiswa yang memiliki banyak keuntungan. Adelia mendengarkan super seksama, sementara Bastian kelihatannya sudah bosan dan cepat-cepat hengkang dari tempat itu. Baguslah.
Sekilas, Adelia melihat lagi cewek yang sepertinyaia temui di acara makan malam asramanya. Cewek dari Japan house. Ia memegang formulir yang sama dengannya. Bridging program! Sang cewek juga memperhatikannya. Ia berjalan mendekat, dan menatap Adelia, seakan-akan bertemu saudara jauh. "Dari Indonesia?", tanyanya. Adelia mengangguk kegirangan. Sedetik kemudian mereka saling berpelukan dan berteriak-teriak. Yeayy Yeayy. "Semoga kita sekelas ya!!!", katanya mereka kompak.
"Aku Adelia dari Jakarta. Kamu?", tanya Adelia. "Aku Lisa Pohan, aku dari Medan!", jawabnya. Mereka kembali melanjutkan berpegangan tangan dan membuat keriuhan. Reaksi mereka ternyata mengundang seorang antusias lainnya. Seorang cowok dengan tinggi 180, berbadan agak gempal, sangat putih dan tampangnya agak-agak mirip orang Arab gitu.
"Kalian orang Indonesia??? Benerrr?! Yeaay Alhamdulillah!!! Bridging juga kan?", tanyanya super antusias. Adelia dan Lisa mengangguk keras sambil tertawa. Dan akhirnya mereka berpegangan tangan bertiga dan mulai bersorak-sorak menimbulkan kegaduhan. Ketika mereka sadar telah mengganggu ruang administrasi, mereka langsung saling menyeret diri sendiri dan keluar, melanjutkan reuni mereka. Ternyata seantusias inikah bertemu dengan orang senegara?
"Aku Malik, dari Jakarta. Aku sebenarnya jurusan Finance. Tapi aku harus ikut bridging dulu. Kemaren test IELTS aku ga lulus. Kurang dikit doank pas writing test. Kayaknya aku cuma lupa ngasi 1 titik doank itu", katanya sambil mengikik. Adelia dan Lisa tidak mampu menahan tawanya. Sepertinya Malik ini orangnya asik.
"Manada pulak kau lupa satu titik, teros dibuat tak lulus. Memang dasar kau bodoh aja itu", kata Lisa yang ternyata logat Medannya belon terkontaminasi.
"Berarti lu lu pade juga pada bego donkkk", kata Malik sambil menunjuk 2 gadis itu dan tertawa. "Eh, mumpung kita belon mulai kuliah, explore kampus dulu yuk! Mumpung masih pagi nih, bikin kartu perpus, kartu Guild, trus liat-liat ruang kelas kita nanti, biar ga nyasar", ajaknya. Adelia dan Lisa setuju. Mereka bertiga pun mulai berjalan menyusuri jalan setapak menuju gedung perpustakaan yang tinggi menjulang.
---
Ketika mereka mengunjungi kelas yang akan menjadi tempat mereka belajar, mereka sangat antusias karena mengetahui bahwa mereka bertiga akan sekelas, berdasarkan nama di papan pengumuman gedung linguistik. Kembali mereka berpegangan tangan dan bersorak-sorak gembira. Sorakan mereka akhirnya diperhatikan oleh (yang sepertinya) akan menjadi teman sekelas mereka juga. Sepertinya nih, mereka juga dari Indonesia!
"Haii haiii kalian dari Indo juga kan?", tanya Malik dengan penuh antusias. Dua orang cewek dan satu orang cowok itu tersenyum malu-malu sambil menggelang. "We from Thailaaaaand", katanya sang cowok agak kemayu. Sontak Lisa dan Adelia tersenyum tawa melihat Malik yang panik karena malu.
"Not Indo? Really? Thai… Thailand?",katanya masih tak percaya sambil menirukan gerakan tari Sri Nuan dari Thailand. Gimana sih? Lisa dan Adelia akhirnya tergelak dan memukul-mukul punggung Malik. Teman-teman Thailandnya itu tersenyum sambil menutup mulut mereka.
"Hi, I'm Adelia from Indonesia", katanya
"I'm also from Indonesia, I'm Lisa. And this stupid guy here, is Malik. Also from Indonesia", jelas Lisa sambil melambai ramah kepada teman-teman barunya itu.
"Hello Friends, I'm Phimonphan Khamchareon, but you can call me Tam", kata cewek ramah dengan tinggi 165cm itu. Kulitnya putih, dan tubuhnya langsing nyaris kurus sebenarnya. Rambutnya di cat highlight pirang dan coklat. Wajahnya sangat oriental. Ia melambai-lambai dengan malu-malu.
"Hello Friends, I'm Samarangkasut Juengprasert, but you can call me Tum", katanya tidak kalah ramah. Cewek ini seimut Adelia. Rambutnya hitam pendek, wajahnya kecoklatan dan fiturnya miriiiip sekali orang Indonesia! Ia mengatupkan kedua tangannya dan menekukkan lututnya seperti memberi hotmat kepada Malik, Adelia dan Lisa.
"Hello my Friends, my name is Rattanavichai Arayatham, but you can call me...",
"Don't tell meeee... doooooon't tell me.....", kata Malik memotong kata-kata cowok gemulai itu, sambil berpura-pura berfikir keras, menutup matanya dengan tangan kanannya. Kemudian ia membuka matanya dan menunjuk cowok Thailand itu. "Should I call you....Tem???", tanya Malik bercanda. Cowok itu tertawa malu-malu dan semakin terlihat kemayu.
"No...no... you can call me Tom", katanya tersenyum dan menyembunyikan giginya yang agak sedikit nongol.
Sontak Malik, Lisa dan Adelia tertawa dan saling mencubit satu sama lain. Ada berapa kemungkinan mereka akan sekelas dengan teman-teman yang namanya begitu susah, tapi nama panggilannya justru lebih membingungkan. Tam, Tum, Tom. Bahkan nama panggilannya tidak ada kaitannya sama sekali dengan nama panjangnya. "Whhyyyyy", tanya Malik sambil merentengkan kedua tangannya dengan lebay.
"It's... it's.... it's... what you call....", Tom tidak dapat mencari kata-kata yang tepat.
"Complicated?", tanya Adelia. "Yessss yessss Compli cated", ulangnya sambil tertawa lagi dengan logat kental bahasa Thai. Kali ini Tam dan Tum juga ikut tertawa. Mereka akhirnya memutuskan untuk duduk di meja piknik persis disamping gedung tempat mereka akan berkuliah. Tidak berapa lama, mereka kedatangan yang sepertinya calon teman sekelas mereka nanti.
"Hi gaez, are you going to study Bridging class A too?", tanya seorang gadis oriental yang posturnya mirip dengan Lisa. Tinggi 170 dengan tubuh proporsional. Rambutnya panjang sepunggu dan berwarna sangaatttt pirang. "I'm Kylie", katanya memperkenalkan diri.
"Hello guys, I'm Tim", kata sang cowok yang posturnya mirip sekali dengan Malik.
Kontan Malik melotot ke arahnya, "Are you from Thailand too???". Kontan Tam, Tum, Tom, Adelia dan Lisa tertawa ngakak sampai sepertinya pengen ngompol. Why oh Why ada kebetulan seperti ini??
Sang cowok dan Kylie menatap mereka bingung. "No, We are from China", katanya. Mereka belum bisa move on dari tertawa dan memutuskan untuk menceritakan kenapa mereka tertawa. Mereka saling memperkenalkan diri, dan ikut tertawa.
"Tim, why your father give you name Tim. Don't your father give you Chinese name? Like Lee Min Ho?", tanya Malik yang akhirnya dibalas dengan pelototan para gadis dari 3 negara, dan diikuti dengan tawa yang lebih meriah.
"Itu Koreaaaa pak. Makanya lo sih begaulnya ama orang Betawi ajeee", hardik Adelia sambil memukul kepada Malik memakai segulungan kertas.Mereka semua masih riuh tertawa.
"Yes yes yes. My father gave me name, Chu Ming Tian. When I am teen, I can choose my own English name. I like the name Tim", jelasnya. Jawaban sang cowok juga di anggukin oleh sang cewek dari Cina.
"Yes my name is Tang Zi No. I choose Kylie because I love Kyle Jenner", jawabnya mantap. Adelia, Malik dan Lisa saling berpandangan sambil menggeleng-gelengkan kepala mereka. Ya ampun keren banget. Baru juga duduk sejam, sudah terlalu banyak pertukaran informasi antar negara. Padahal mungkin ini baru sepertiga dari isi kelasnya. Bagaimana sisanya? Pasti ini akan menjadi kelas yang super asik dan ngakak. Adelia tidak sabar.