Chereads / Change To Life / Chapter 24 - 24. Poor Erlan

Chapter 24 - 24. Poor Erlan

Erlan mengangkat tubuh Manda, "Kayaknya emang bener deh Aku harus banyak olahraga. Manda berat banget sekarang, astaga," batin Erlan.

Erlan merebahkan tubuh Manda pelan-pelan di atas kasur agar tak membangunkan istrinya yang tertidur karena lelah menangis. Erlan meretangkan tangannya dan meluruskan punggungnya.

Erlan merebahkan tubuhnya di atas kasur sebelah Manda. Manda menyampingkan posisi tidurnya memeluk Erlan yang ada di sampingnya. Erlan menjadikan satu tangannya sebagai bantalan kepalanya dan tangannya yang satu menepuk-nepuk tangan Manda yang memeluknya.

Sejujurnya tadi di kantor sangat membuatnya sibuk. Tak hanya sibuk tapi beban pikiran. Reno datang ke kantor dan memberitahu pertunangannya dan juga perkembangan tentang peneror Manda dan dirinya.

Anehnya semua bukti mengarah pada Gerlan dan salah satu musuh Papanya. Erlan justru curiga jangan-jangan pelaku tahu kalau Erlan sedang mencari dia dan pelaku mengubah semua bukti agar terarah ke dua orang itu. Pasalnya Sam dan Daniel berani menjamin bahwa dua orang itu tidak sama sekali terlibat. Ditambah Erlan sudah meminta orang untuk memantau terus mereka.

Teror juga sudah tak menghantui Manda dan dirinya. Atau jangan-jangan Manda menyembunyikan sesuatu eh mana mungkin di rumahkan ada cctv, Manda juga kalau apa-apa selalu bilang padanya.

"Lan."

Erlan menurunkan pandangannya ke arah Manda yang baru saja memanggilnya. "Elusin perutnya." Erlan tersenyum lalu mengangguk. Ia menyampingkan tubuhnya membawa Manda ke dakapannya lalu mengelus perut Manda yang ada tiga calon anaknya.

"Kok gak tidur? udah malam," kata Erlan yang melihat Manda justru melamun. "Kamu juga belum tidur," jawab Manda.

"Lan pulang aja yok. Gak mau di sini." Manda kurang nyaman jika sudah begini, moodnya buruk karena kejadian tadi. Dan sekarang ia ingin pulang kemanapun asal tidak disini.

"Nunggu pagi sekalian aja. Udah jam delapan loh, angin malam gak baik buat tubuh." Manda mengerucutkan bibirnya ia berdecak lalu membalikkan tubuhnya.

"Males aku sama kamu Lan."Ia malas disini, ia malas dengan Erlan sekarang. Mau pulang sendiri tapi ia takut dan juga mau pulang kemana rumah mertuanyakan jauh.

Erlan menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Ingin rasanya ia menggigit bumil satu ini, tapi kok ishh... untung sayang pakek banget plus very paket komplit sayangnya.

"Yang kok ngambek sih. Kan aku gak salah, angin malam gak baik buat kamu sama kembar lagian gak ada salahnya juga nginap di sini."

"Ada salahnya buat saat ini," guman Manda yang masih dapat Erlan dengar. "Katanya mau nurutin semua. Kayak gini aja gak diturutin," guman lagi dari Manda.

Erlan masih dengar ucapan itu, akhirnya Erlan memeluk Manda, "Ya udah pulang yuk." Erlan lagi-lagi menurunkan egonya, jika tidak Manda tak akan habis menyindirnya.

Manda mengembangkan senyumannya matanya juga menyipit saking lebarnya senyum itu. Erlan turun dari ranjang begitu juga dengan Manda. "Kita pamit sama Ayah dulu ya," ucap Erlan.

Manda tak menjawab memilih untuk memakai sepatu flatshoes miliknya lalu melangkah keluar kamar. Erlan berhenti didepan pintu Ayah mertuanya ia melihat ke depan istrinya justru terus melangkah lalu turun tangga.

Erlan hanya bisa pasrah saja, "Ayah."

Tok... tok.. tok...

Erlan mengetuk pintu Ayah mertuanya tapi tak kunjung mendapatkan respon dari dalam. Erlan kembali mengetuk pintu dan memanggil Ayah mertuanya. Erlan mencoba membuka pintu ternyata tak di kunci, ia lalu mengintip dan melihat mertuanya sudah terlelap tidur. Erlan menutup pintu dengan pelan, mungkin ia akan menitipkan salam saja ke pegawai di bawah.

Erlan menuruni tangga dan menitipkan pesan pada salah satu pegawai di toko lalu menuju mobil miliknya. Manda sudah ada di dalam mobil karena memang tadi Manda memegang kunci mobilnya.

"Lan, pingin sate."

Erlan yang baru saja menutup pintu menatap kaget Manda. Sebelum mereka ke sini ia melihat Manda makan dan nyemil roti, ah mungkin karena nangis jadi semua energinya berkurang kali.

"Di dekat sini ada yang jualan enak banget loh. Kembar pingin banget makan sate Lan," ucap Manda, Erlan menatap Manda sambil berdecak bilang saja ia yang mau.

"Oke." Erlan mengiyakan saja toh juga tak ada salahnya. Manda lagi-lagi tersenyum senang.

Erlan memundurkan mobilnya lalu melaju menuju tempat penjual sate. Manda ternyata mengarahkannya di deretan penjual makanan pinggir jalan.

"Makan di sini aja, di sana rame banget. Aku cari tempat parkir dulu," ucap Erlan. Manda mengangguk sambil bersandar di jok mobil dan kakinya bersila.

Setelah mendapatkan tempat parkir Erlan meminta Manda untuk di mobil saja, antrian di penjual sate cukup ramai kasian Manda jika harus berdiri lama.

Erlan meminta penjual sate itu untuk mengantarkan di mobilnya lalu ia kembali membawa air mineral kemasan. Manda memainkan ponselnya, ia memutuskan untuk menutup semua akun sosial medianya lalu membuat baru tanpa menyantumkan namanya karena memang ia butuh hiburan.

Kalau ia pakai akunnya yang lama, maka akan banyak notifikasi yang masuk. Semenjak Erlan mempublikasikan hubungan mereka banyak orang yang membombardir pesan di semua akun sosial medianya jadi ia memutuskan menutup akunnya saja.

Erlan membukakan botol kemasan itu lalu memberikannya pada Manda. Erlan mematikan mesin mobilnya lalu membuka kaca jendela di sampingnya dan samping Manda.

"Lan, Bunda tuh baik ya orangnya. Nih lihat deh, jam segini Bunda masih tanya aku udah tidur apa belum. Juga nih ya Bunda selalu kirimin aku video atau pesan buat ibu hamil, terus mastiin aku makan sehat seimbang."

Erlan menatap Manda yang menatapnya, "Kalau orang baik sama Bunda, Bunda bakal baik sama orang itu bahkan baiknya kadang kebangetan. Tapi kalau orang lain jahat sama Bunda, Bunda bakal jahat sama orang itu."

"Kalau Ibu kayak gitu gak ya Lan?" Pertanyaan Manda membuat Erlan bungkam senyumannya berkurang dan menjadi datar, Manda terlihat murung kembali.

"Kita kan udah janji, gak bakal bahas ini kalau kamu ujung ujungnya nangis lagi."

Manda mengusap air matanya, "Abis wajah kamu ngingetin aku sama Bunda sih." Salah lagi, emang hari ini semua membuat tekanan pada Erlan.

"Ya kan aku anaknya Yang," ucap Erlan. Manda memilih untuk melihat video orang menari atau bahkan yang lucu-lucu. "Kamu ganti akun napa?" tanya Erlan.

"Ya salah kamu ngetag aku, fans kamu langsung pada neror aku semua. Aku tutup aja akunnya." Salah lagikan Erlan. Erlan memilih menutup mulutnya saja ketimbang dirinya disalahkan terus.

Erlan menyandarkan kepalanya di bahu Manda melihat apa yang ditonton Manda. Sambil menunggu pesanan satenya. Selang beberapa saja ada yang mengetuk kaca mobil Erlan, ternyata abang satenya.

"Makasih ya Pak," ucap Erlan. Erlan memberikan piring berisi sate itu pada Manda. Erlan memakan dengan nikmat makanannya karena ia belum makan setelah pulang kerja.

Erlan melihat Manda yang memilih untuk bermain ponselnya. Erlan mengambil ponsel Manda, "Makan dulu baru main HP," ucap Erlan.

"Ya ya ya." Manda menyiapkan lontong ke dalam mulutnya, Erlan melanjutkan makannya. Erlan menghabiskan makanannya lalu mengambil botol air minumnya. Ia kaget ketika melihat piring Manda yang masih ada sate utuh, padahal wanita itu katanya mengidamkan sate.

"Kok gak dimakan?" tanya Erlan. "Mau kamu aja yang makan," jawab Manda sambil memberikan piringnya pada Erlan.

"Tapi aku kenyang banget Yang. Tadi kata kamu mau makan sate."

"Emang aku ngomong gitu ya. Ah aku ralat deh, kembar pingin lihat ayahnya makan sate," kata Manda sambil menaik turunkan alisnya. "Tadi kan aku makan Yang."

"Iya, tapi ini kan masih ada sate, gih dimakan."

Erlan mau tak mau ia harus memaksakan perutnya untuk mencerna daging bersambal kacang itu. Poor Erlan.

______________________________________________________________________________________________________________

"Jadi wanita itu mengalami amnesia. Baguslah kita bisa menjadikan itu sebagai bumerang. Sepertinya kita rubah rencana kita, bunuh orang-orang yang sudah tak berguna lagi."

"Ku menantikan kehancuran Manda Hashilla dan Erlan Airlangga."