Erlan pagi ini datang ke kantor sangat pagi sekali. Bahkan Manda belum bangun dari tidurnya. Ia sengaja bangun pagi karena hari ini ia akan ikut Sam dan Daniel.
Erlan sudah mengganti alarm milik Manda tepat pukul tujuh pagi agar Erlan tidak dipusingkan dengan pertanyaan Manda tentang dirinya yang berangkat pagi sekali.
Erlan menggunakan jaket hitamnya lalu memasukkan kemeja dan jasnya ke dalam mobil setelah itu lalu melajukan mobilnya menuju tempat yang sudah diberi oleh Sam.
Sampailah Erlan ditempat itu, Sam yang melihat mobilnya langsung menghampirinya. Erlan membuka kaca jendelanya. "Kita telat Lan mereka tahu kita bakal ke sini. Kita sekarang lagi cek rumahnya, siapa tahu kita bisa temuin petunjuk. Lo mau masuk?"
Erlan mengangguk lalu menutup kacanya dan keluar dari mobil. Erlan menuju rumah besar di tengah hutan ini. Bangunan khas belanda dengan pagar yang sudah di tumbuhi tanaman menjalar. Erlan melihat anak buah Sam dan Daniel yang mondar-mandir naik turun lantai sedang mengecek rumah ini.
Daniel sedang mencoba melacak keberadaan pelaku, sialnya pelaku bermain-main dengan mereka. Daniel merasa jadi noob sekarang, ia salah terus menebak arah pelaku bergerak, sekali tepat pelaku sudah tahu terlebih dahulu. Erlan menatap Daniel yang bekerja begitu keras dan terlihat begitu marah. Erlan tahu mengapa Daniel begitu, Daniel paling tidak suka mengecewakan keluarga Erlan karena setiap terpuruk keluarga Erlan yang menjadi orang pertama membangkitkan Daniel, apalagi Daniel tinggal seorang diri di dunia ini.
Erlan berhenti di depan Daniel yang berada di sofa rumah ini dan sedang menatap laptop. "Belum juga ketemu Dan??" Daniel mendongakkan pandangannya, ia menggeleng menjawab pertanyaan Erlan.
Sam mengajak Erlan untuk naik ke lantai atas katanya ada sesuatu yang harus Erlan lihat. Erlan menaiki tangga bersama Sam, setiap langkahnya Erlan merasa ada yang aneh. Satu, semua perabotan tertata rapi. Kedua, aneh saja rumah ini dibiarkan begini kenapa tidak di bakar atau di lenyapakan? jika begini mungkin saja bukti tentang pelaku bisa di temukan di sini.
Salah satu anak buah Sam memberikan Erlan sebuah berkas. "Ini kan kasus korupsi yang buat Papa hampir bangkrut. Kenapa orang ini mengumpulkan berita tentang ini?" ucap heran Erlan.
Sam ikut berpikir, tiba-tiba saja Erlan meminta semua orang untuk segera keluar dari rumah ini. "KELUAR SEMUA DARI SINI!!! CEPAT!!"
Sam menatap bingung Erlan, "Kenapa Lan?" tanya Sam. "Udah buruan keluar suruh semua anak buah Lo sama Daniel keluar dari sini!!" Sam lalu berbicara pada semua anak buahnya melalui interkom di telinganya.
Erlan berlari turun dari lantai atas bersama Sam dan beberapa pengawal yang juga turun. Erlan meminta semua orang segera keluar dan pergi jauh dari rumah ini. Tak sengaja salah satu pengawal Sam menabrak lemari kecil membuat semua kertas di sana berhamburan.
Kaki Erlan menginjak sebuah kertas yang membuat langkahnya terhenti, ia lalu memungut kertas itu menatap kertas itu dengan pandangan yang sulit di artikan. Erlan menyimpan kertas itu lalu keluar dari rumah megah ini. Erlan meminta semua orang untuk pergi jauh.
DUAR!!!!
Rumah itu meledak ketika semua orang berhasil menjauh dari rumah itu. Erlan memukul stir mobilnya ia paham sekarang, ia juga sepertinya dapat menebak ini tindakan siapa. Erlan merasa kecolongan, kenapa ia tak pernah terpikirkan oleh misteri yang membuat Papanya hampir bangkrut.
Erlan menghubungi Sam dan Daniel meminta mereka menuju ke kantor sekarang. Erlan mematikan sambungan teleponnya lalu ia merogoh kertas yang tadi ia temukan. Kertas foto berisi foto tiga anak kecil di sana. Anak perempuan kecil berpipi tembab itu selalu menjadi tatapan Erlan, "Kenapa foto kecil Manda ada di sana?" tanya heran Erlan.
.
.
.
.
Manda terbangun, matanya secara otomatis melihat ke arah jam dinding. 6.35!!!!
"Erlan!"
Manda meraba dan menengok ke sampingnya. Erlan sudah tak ada, tempat yang tadi ditidurin Erlan juga sudah terasa dingin artinya Erlan sudah cukup lama beranjak dari kasur.
Manda memegang kepalanya, karena kaget kepalanya jadi pusing. Manda menyibakkan selimut lalu menuju kamar mandi, ia akan tanya Bunda dan Bik Surti jam berapa Erlan berangkat tadi.
Manda turun setelah mandi dan sholat, terlihat Bunda menyuapi Papa yang ada di kursi sampingnya. Bunda yang mendengar suara langkah kaki menengok ke Manda. "Selamat pagi menantu, oh iya tadi Bunda masak opor ayam sama kangkung kesukaan Erlan. Erlan mana? kok kamu turun sendiri."
Manda menatap bingung Bunda, "Erlan gak ada di kamar Bun, kayaknya Erlan udah berangkat ke kantor deh," jawab Manda.
Bunda mengerutkan dahinya, tumben sekali anaknya itu bangun pagi, ia bangun jam lima pagi tapi tidak mendengar suara mobil. "Mungkin dia rapat dan tempatnya jauh Bun, bisa jadikan Papa dulu juga pernah gitukan," ucap Papa yang melihat Bunda seperti orang keheranan.
"Kali ya Pah. Tapi, tumben banget, kalian gak lagi berantemkan??" tanya Bunda pada Manda. Manda menggeleng ia dan Erlan baik-baik saja. "Mungkin rapat, ya udah kamu sarapan gih." Manda mengangguk lalu mengambil piring dan sendok.
Ketika makan Manda masih kepikiran soal Erlan. Apa Erlan marah ya karena tadi malam ia meminta untuk pulang malam-malam. Tapi waktu diperjalanan bahkan waktu sampai rumah pun Erlan biasa aja, malah ketawa-ketawa aja.
Manda menghabiskan makanannya dan juga susu hamilnya lalu meninggalkan Papa dan Bunda yang sedang asik berduaan. Manda mencoba menelpon Erlan tapi suaminya itu tak kunjung mengangkat telepon, Manda akhirnya meninggalkan pesan takutnya Erlan lagi beneran rapat.
Di lain sisi Erlan sedang berunding dengan Sam dan Daniel. Erlan memberitahu pada mereka apa yang mengganjal dipikirannya, "Manda itu istri Lo?" tanya Daniel pada Erlan.
Hal itu lumrah di tanyakan, Sam dan Daniel memang tahu Erlan pergi dari rumah tapi hanya sebatas itu. Ketika mereka diminta mencari bebrapa hal berkaitan dengan Erlan mereka juga tak begitu paham mengapa Papa Erlan meminta hal itu. Keluarga Erlan memang terbuka pada orang terdekat dan yang dapat di percaya masalah tersebut.
Erlan mengangguk, "Lo gak pernah curiga sama istri Lo?" tanya Sam membuat Erlan mengerutkan dahinya, "Maksud Lo apa?! Lo mau nuduh istri Gue?!" tanya Erlan sedikit emosi.
"Eits Bro kalem. Gini, Lo sama istri Lo itu orang yang gak kenal sama sekali sebelumnya. Hal wajar dong Gue tanya ini ke Lo, Gue bukan mau nuduh istri Lo," ucap Sam sambil menghentikan Erlan yang mau mendekati dirinya.
"Kenapa Lo gak tanya aja ke istri Lo dia punya hubungan apa sama anak di foto itu. Bukannya kita bisa nemu informasi lebih dari istri Lo," ucap Daniel. Erlan menghela nafasnya entah mengapa hatinya sedikit ragu. Mungkin ia takut jika hal ini akan berdampak pada kesehatan Manda, pasalnya ini sama saja memaksa Manda mengingat masa lalunya.
"Gak sampai kapanpun Gue gak bakal libatin Manda dalam hal ini. Dan sampai Lo semua keceplosan depan istri Gue, abis Lo semua. Gue bakal kasih Lo semua ke psikopat gila itu."
Sam dan Daniel bergidik ngeri, mereka tahu siapa yang di maksud Erlan. "Ogah Gue masih mau hidup."
"Kenapa Lo gak minta psikopat gila itu nyarik?" tanya Sam, Erlan langsung berdecih Sam kadang lola alias loading lama.
"Kita aja baru duga pelakunya, belum pastikan. Kalau Gue ngeluarin tuh psikopat, bisa-bisa psikopat gila itu bunuh semua orang. Bukannya dapat informasi malah dapat tagihan Gue," jawab Erlan.