"Ayaaaaahh.."
Kazo dan Arga berteriak bersamaan. Keduanya langsung berlari menuju Saiga yang sudah tergeletak tidak bergerak di atas bongkahan es yang sudah hampir mencair. Namun Kyuron langsung menahan mereka menggunakan elemen tanahnya. Kazo dan Arga tersentak saat dinding tanah itu menghalangi jalan mereka.
"Kakek Kyu apa yang kaulakukan?" teriak Arga dengan nada marah.
"Berhenti disana, atau kau yang akan terkapar selanjutnya!" Kyuron berteriak dengan nada yang sama marahnya.
"Tapi Ayah butuh bantuan," sahut Kazo tajam.
"Aku tahu, serahkan itu padaku. Jangan melenceng dari rencana," jawab Kyuron sambil membuat pergerakan pada tangannya.
"Tapi mana mungkin kami meninggalkanmu dan Ayah sendirian?" teriak Arga lagi.
Kazo yang tidak mengerti membuat ekspresi wajah bertanya pada Arga. Tapi kakaknya hanya menggeleng seolah mengatakan ia akan menjelaskan itu nanti.
Saat itu tiba-tiba sebuah lubang gelap terbentuk di atas batu bundar yang berada di tengah lautan. Dua orang laki-laki keluar dari dalam lubang itu, dan mereka adalah dua orang yang ikut mengacau di Aras dengan Glara waktu itu. Dua pria itu menatap berkeliling dengan wajah bingung lalu kemudian tampak menyeringai.
"Kupikir kalian sudah membereskan mereka, tapi justru baru satu yang mati," tukas pria bertubuh tinggi sambil mengayunkan boomerangnya.
"Kurasa memang harus kita yang melakukannya Vinz," tukas lelaki bertubuh gempal sambil tertawa hambar.
Mendengar itu Kazo mendengus marah, apalagi setelah pria itu menunjuk Ayahnya dengan gerakan mengejek. Kazo hampir maju menyerang dua pria itu, tapi Arga menahannya.
"Berhenti Kazo!"
"Kenapa? Kau tidak lihat dia baru saja menghina Ayah?"
"Aku tahu, tapi kita kalah dalam jumlah. Kalau kau gegabah, aku takut Ayah malah akan menjadi sasarannya. Setidaknya tunggu sampai Kakek Kyu bisa membawa Ayah menjauh dari mereka."
Saat itu Kyuron sedang berusaha membawa tubuh Saiga menggunakan elemen tanahnya. Alto yang melihat itu sengaja tidak melakukan apapun, dan membiarkan Kyuron membawa tubuh Saiga agar segera mendapat perawatan.
Kazo dan Arga langsung berlari menghampiri sang ayah saat tubuhnya sampai di tempat Kyuron. Keduanya menatap dengan wajah khawatir, terlebih saat melihat luka bakar di dada Ayahnya yang tampak parah hingga melukai organ dalamnya.
"Ayah?"
"Untuk sekarang perban dulu untuk menghentikan pendarahannya. Tidak ada yang bisa kita lakukan selain menunggu Penjelajah Rania yang lain tiba disini. Aku harap mereka bisa tiba secepatnya. Jaga energimu Kazo, agar lapisan es ini bertahan beberapa saat lagi." Kyuron memberikan perintah langsung. Sikapnya benar-benar tenang dan membuat dua kakak beradik itu menjadi lebih bisa menguasai diri dari kepanikan.
Lana terlihat tersenyum bahagia karena elemen air di sekitarnya sudah mulai pulih kembali. Arga dengan cepat dan hati-hati membalut luka pada tubuh Ayahnya. Dia mengoleskan beberapa salep ramuan yang memang sudah dipersiapkan untuk saat-saat seperti ini. Meskipun tidak akan ampuh, tapi setidaknya bisa mencegah luka itu semakin melebar.
Kazo dan Kyuron menatap pada rombongan Bangsa Arya itu dengan waspada. Saat ini mereka benar-benar terkepung dan kalah jumlah. Tapi para Arya itu sepertinya tidak akan melakukan penyerangan dan mungkin sekali lagi akan mengajak Kazo bernegosiasi. Glara yang berjalan memimpin terus menatap tajam pada Kazo.
"Ini penawaran terakhirku Kazo. Ikut dengan kami, maka tidak akan ada yang terluka lagi," serunya.
Kazo berdiri terdiam, menatap dengan raut wajah enggan. "Aku juga akan memberi jawaban yang terakhir kalinya untukmu. Jangan pernah memintaku lagi, karena sampai kapanpun aku tidak akan bergabung dengan kalian!" tegas Kazo.
"Baiklah, kalau itu pilihanmu. Itu artinya kami memang juga tidak punya pilihan selain memaksamu."
"Itu benar hahahaha.."
Lana menyahut sambil tertawa terbahak-bahak. Sikap congkak dan sombongnya sudah kembali seperti semula. Kazo dan Kyuron langsung mengambil langkah waspada saat mereka mulai menarik senjatanya masing-masing. Sedangkan Arga langsung membawa Ayahnya menjauh setelah selesai membalut perban di tubuhnya.
"Tunggu!"
Suara tajam seseorang membuat dua kubu yang sudah siap menyerang itu menoleh pada suara yang berasal dari batu bundar di tengah lautan. Dua orang laki-laki dan juga seorang wanita tampak berdiri tegak di sana. Mereka mengenakan pakaian kemeja seperti milik Bangsa Rania, hanya saja terlihat lebih modern dan sudah dimodifikasi.
"Sepertinya kau butuh bantuan Kyuron?" seru wanita berambut pirang sebahu. Mata birunya menatap dengan cemerlang dan cerah. Dia masih terlihat muda, kira-kira usianya sekitar 25 tahunan. Ia mengenakan pakaian Bangsa Rania yang sudah dimodifikasi menjadi kemeja pendek yang dipadukan rok celana panjang hitam. Dia mempunyai tato bergambar api merah di lengan kanannya.
Gadis itu menyeringai sesaat lalu menatap pada rombongan Bangsa Arya di sana.
"Halo Glara, sudah lama tidak jumpa ya?" ucapnya sambil menatap gadis Arya itu dengan senyum mengembang. Sedangkan Glara hanya diam, menatap geram pada Kemunculan rombongan tersebut.
"Maaf Kyuron, kuharap kita tidak terlambat," ucap lelaki yang berada di barisan depan. Dia terlihat cukup tua meski tidak setua Kyuron. Rambut hitamnya juga sudah mulai sedikit memutih, namun raut wajahnya tampak bijaksana dan positif. Ia mengenakan pakaian Bangsa Rania dan membawa sebuah pedang bersarung putih di punggungnya.
"Siapa mereka?" tanya Kazo.
"Para Penjelajah Rania yang lain. Dia Ener Alsaki, wakil pemimpin para Penjelajah Rania." Arga menunjuk pria yang baru saja bicara tadi.
"Wakil Pemimpin? Lalu wanita dan anak kecil itu?" tanya Kazo sambil menunjuk wanita tadi dan seorang anak lelaki berambut merah terang. Ia mengenakan kemeja hitam dan celana jeans panjang. Dua pistol bersarung terlihat tersemat di sisi pinggangnya.
"Wanita itu Alauda Starla, dia seorang Flinn dari Kota Agni. Lalu anak itu, Jupiter Bamberda. Penjelajah termuda yang dimiliki Porta Loka. Usianya bahkan masih 15 tahun."
Kazo membelalak terkejut. "Apa? Pantas saja masih seperti anak kecil."
"Siapa yang kau panggil anak kecil hah?" Anak berambut merah itu berteriak dengan wajah berang pada dua orang yang sedang menertawakannya di sana. Arga dan Kazo langsung terdiam sambil meminta maaf.
"Tapi dia memang imut sekali."
"Tutup mulutmu!" teriak anak itu lagi yang membuat Arga dan Kazo langsung terdiam sambil menahan tawa.
"Tuan Ener Alsaki. Kau datang diwaktu yang tepat. Kami butuh perawatan medis sekarang, karena Saiga terluka cukup parah," seru Kyuron.
Pria bernama Alsaki itu lalu menatap pada tubuh Saiga yang terbaring lemah.
"Tenanglah, kita punya Starla disini. Lalu di mana anak itu?" tanyanya sambil menatap pada Kazo dan Arga bergantian. Sedangkan wanita bernama Starla itu langsung meloncat menuju tempat Saiga untuk segera memberi perawatan.
"Apa yang anda maksud itu aku?"
Kazo melangkah ke depan menatap pada pria bernama Alsaki yang kini intens mengamatinya. Pria itu tersenyum samar.
"Akhirnya kita bertemu, Kazo."