Chereads / PORTA LOKA : Land of 12 Gates / Chapter 9 - Chapter 8 : Pertempuran di Verittam | Part 2

Chapter 9 - Chapter 8 : Pertempuran di Verittam | Part 2

Edward Kyuron VS Lana

Lana terus menghujami Kyuron dengan tembakan airnya tanpa henti. Membuat pria tua itu mau tak mau harus menghindar secepat kilat meloncat dari satu jalan ke jalan yang lain. Dan gadis berambut pendek itu terus mengejarnya dengan senyum licik yang tampak menikmati.

"Kau sudah terkepung, tidak ada tempatmu untuk bersembunyi apalagi melarikan diri," teriak gadis itu sambil terus mengendalikan air di lautan yang sudah bisa disebut sebagai istananya.

Edward Kyuron, seorang pria tua yang sebagian hidupnya tercatat sebagai penjelajah dari Bangsa Rania yang lahir di Kota Mahija. Dia berasal dari kasta Flinn dan menguasai elemen tanah sesuai dengan Kota kelahirannya.

Ia terpilih menjadi seorang penjelajah saat usianya masih 25 tahun. Setelah itu, hidupnya diabdikan untuk menjaga Porta Loka dari dunia luar dan mendapat tugas sebagai penjelajah di wilayah Bumi dan Mars. Dia sudah memiliki begitu banyak pengalaman dan juga tercatat sebagai penjelajah tertua dari Bangsa Rania.

Kyuron terus melaju pesat, menghindari serangan demi serangan Lana yang sepertinya sudah tampak kesal. Meskipun tubuhnya sudah renta dan tak selincah dulu, tapi pergerakannya masih bisa mengimbangi gadis yang jelas usianya jauh lebih muda darinya.

"Jangan membuatku kesal dengan terus menghindari seranganku orang tua sialan," serunya sambil terus memerintah air laut itu untuk mengejarnya. Tapi Kyuron terlalu lincah untuk ukuran orang tua, dan itu membuat Lana berteriak marah.

Lana membidik titik jalan di depan Kyuron dengan cepat. Semburan air laut tampak membumbung tinggi membentuk dinding yang langsung membuat pria tua itu berhenti berlari. Dia menoleh waspada pada gadis itu, tapi sepertinya Lana tidak memberi waktu padanya untuk melarikan diri.

Gadis itu kembali membidik titik-titik di sekitar Kyuron dan membuat dirinya langsung terkepung oleh dinding air setinggi dua meter. Sebuah pusaran air tampak terbentuk seperti seutas tali yang langsung membidik tubuh pria tua itu dan melilitnya dengan perlahan.

Tiba-tiba ujung tali air itu perlahan membentuk sebuah mata tombak tajam yang terarah tepat pada kedua bola matanya. Kyuron membelalak terkejut sambil meringis menahan sakit saat tali itu terus menghimpit tubuhnya hingga sesak.

Ia melirik pada ujung mata tombak di hadapannya. Memang itu bukan benda padat, tapi jika itu mengenai wajah dan matanya cukup bisa menyebabkan luka dan mungkin saja kehilangan penglihatannya.

Lana tersenyum menyeringai penuh kemenangan. Gadis itu bergerak mendekat menggunakan air sebagai tumpuan sambil membenahi bajunya yang bahkan tidak menutupi area perutnya. Dia memakai celana pendek khas gadis punk yang membalut kaki rampingnya. Begitu juga dengan sepatu bot hitam setinggi lutut membuat penampilannya terlihat fashionable.

"Bangsa Arya tidak memiliki penjelajah tertua seperti dirimu yang sudah banyak pengalaman. Bahkan kami sebenarnya sangat menghormati dan menghargaimu sebagai penjelajah paling tua yang dimiliki Porta Loka," tukas Lana sambil menatap senang pada wajah Kyuron." Tapi kenyataannya pengalamanmu itu hanya omong kosong belaka. Bahkan menurutku kau sangat bodoh memilih Verittam ini sebagai jalan menuju Porta Loka. Kenapa kau tidak memilih Verittam kedua yang jelas-jelas menjadi kekuasaan para Edaf?"

Gadis itu masih terus tertawa mengikik sambil menikmati ekspresi wajah orang tua itu yang tampak meringis kesakitan. Bahkan dia terus membuat tali air itu mengerat seolah ingin meremukkan tulang rapuh pria tua itu.

Kyuron menatap gadis itu dan membiarkannya menikmati kesenangan dan kemenangannya saat ini. Pria tua itu bahkan menyeringai samar dibalik rasa sakitnya, seolah menunggu waktu yang tepat untuk melakukan serangan balik.

"Jangan terlalu senang dulu gadis muda," ucap Kyuron dengan nada suara yang terputus-putus. "Meski menurutmu aku bodoh, tapi pengalamanku tidak ada yang omong kosong. Kau harus tau, bahwa tanah selalu menjadi tempat berpijak yang paling aman. Bahkan lautan luas dan sedalam apapun selalu berpijak di atas tanah bukan?"

Tapi gadis itu malah kembali tertawa terbahak-bahak." Hahahaha...Jadi maksudmu kau bisa memanggil tanah yang jaraknya mencapai puluhan kilometer begitu? Hahahaha... "

"Itu memang benar, aku bahkan sudah memanggilnya sejak tadi agar tanahku bisa muncul diwaktu yang tepat," jawab Kyuron sambil tersenyum mengejek. "Setidaknya kau harus belajar mendengarkan Pamanmu agar tidak terlalu meremehkan kekuatan seseorang."

"Diam! Kau tidak berhak menceramahiku, dasar orang tua!" Teriak Lana marah. Gadis itu menatap berapi-api pada Kyuron, lalu ia membuat pergerakan pada tangannya yang membuat sebuah pusaran air kembali membentuk mata tombak yang lain. Bukan hanya satu, tapi sepuluh tombak sekaligus yang langsung terarah tepat di kepala pria tua itu.

Kyuron terbelalak meringis, apalagi saat tali air itu terus menekan tubuhnya hingga membuatnya kesulitan bernafas. Setidaknya dia harus bisa menahan dan menjaga energinya sebentar lagi. Kalau tidak, tentu semua yang dia persiapkan akan sia-sia saja.

"Lihat dirimu, apa yang bisa kaulakukan? Kalau energimu habis, kau bahkan tidak akan bisa memanggil tanahmu itu sampai ke permukaan. Dan sebelum itu terjadi, aku sudah akan mengahabisimu. Tombakku itu memang terbuat dari air, tapi energi yang mengalir dari tubuhku bisa membuatnya menjadi benda tajam yang bisa membelah otakmu menjadi beberapa bagian."

Kyuron menatap jengah pada gadis itu sambil melirik pada sebelas tombak yang mengelilingi kepalanya. Yang dia butuhkan saat ini adalah mengulur waktu sebisa mungkin.

"Gadis muda, biar kuberi tahu satu rencanaku yang lain sebelum kau membunuhku," ujar Kyuron.

Gadis itu tersenyum mengejek. "Jangan bicara omong kosong lagi orang tua, kau itu sudah mau mati."

Tapi Kyuron tidak memperdulikan. "Aku memang mengalami kesulitan saat harus memilih Verittam ini. Tidak seperti para pengendali angin yang bisa menemukan udara di manapun, atau pengendali api yang bisa menciptakan api dari panas tubuhnya sendiri. Aku memilih tempat ini karena aku tahu salah satu dari kalian adalah seorang Noa. Karena Noa dan Edaf itu memiliki kesamaan, kami tidak bisa jauh dari air dan juga tanah bukan?"

"Lalu maksudmu mengatakan itu untuk apa? Jadi kau memilih tempat ini sengaja untuk menjebakku begitu?" tukas Lana dengan berang.

"Bisa dikatakan begitu. Karena kau harus tahu, bocah berambut biru itu memiliki kekuatan elemen es yang bisa membekukan apapun."

Wajah Lana tampak tercekat. "Apa maksudmu Edward Kyuron? Ja.."

Gadis itu tidak bisa menyelesaikan kalimatnya saat tiba-tiba hembusan hawa dingin terasa menyeruak. Suara benda retak tiba-tiba terdengar menggaung di tengah lautan. Suasana biru yang mendominasi tempat itu tiba-tiba berubah saat perlahan permukaan air berubah menjadi seputih warna salju. Gadis itu memandang beku pada hamparan air dan juga tempatnya berpijak, tiba-tiba berubah seutuhnya menjadi lapisan es.

Tidak mungkin! Lautan es?