Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Reinkarnasi: Heng Si Penyihir Senja

🇮🇩mayhard20
--
chs / week
--
NOT RATINGS
4.9k
Views
Synopsis
Namaku Heng, orang-orang di masaku menyebutku sebagai penyihir jenius dengan gelar "Penyihir Senja". Aku berada pada fase tertinggi dari para penyihir dan menjadi panutan bagi sebagian banyak orang-orang di duniaku. Namun, menjadi terkenal di usia muda tentunya memiliki sejumlah saingan dan menimbulkan rasa iri yang kental, tapi aku tidak pernah menyangka, kalau yang akan mengkhianatiku adalah teman akrabku sendiri. Dia sudah kuanggap bagaikan saudara dan dia telah menipuku dengan memberikan mantra kutukan yang sangat jahat, hingga menyegelku di sebuah sumur tua yang dikeramatkan oleh sebagian besar warga. Mereka mentertawakan aku yang terkena kutukan dan membusuk menunggu mati. Hingga kemudian aku terbangun di sebuah tubuh lelaki muda di tahun 2020. Apa rencana sang Pencipta membangkitkan aku lewat reinkarnasi di tubuh anak ini? Sedangkan, dunia ini ternyata sungguh berbeda dengan apa yang ada di masa lalu.
VIEW MORE

Chapter 1 - Part 1 Tragedi Masa Lalu

Reinkarnasi: Heng Si Penyihir Senja

Part 1

Tragedi Masa Lalu

Aku terkubur di dalam sebuah sumur tua yang disekelilingnya dipenuhi dengan segel, perangkap dan diisi dengan kabut beracun. Aku mulai melihat ke arah tanganku, meratapi apa yang telah terjadi beberapa saat yang lalu. Aku ditusuk oleh sebilah pedang dan leherku ditancapkan jarum beracun dan mematikan. Aku hanya bisa meratap kesal atas semua yang kini aku alami.

"Kenapa kau begitu tega kepadaku? Apa yang telah aku lakukan sampai kalian berdua membuatku begini? Aku harap Dewa dapat membalas perbuatan kalian kepadaku! Aku percaya keadilan itu ada!" itulah kata-kata terakhir yang membimbingku menuju tidur panjangku.

Aku kemudian terbangun setelah tidur panjangku, apa yang kulihat pertama kali adalah tubuh ini terlihat begitu gemuk. Aku melihat ke seisi kamar dan hanya ada sebuah kasur dan sebuah kaca kecil yang terpatri di dinding kamar. Aku terbangun di sebuah tempat yang terlihat begitu asing dan kepalaku sedikit sakit. Namun kemudian ingatan itu mulai datang bertubi-tubi dan aku mulai sadar dengan apa yang terjadi.

"Brengs*k!! Kalian tunggu saja Julian dan Isabel! Aku akan membalaskan semua yang telah kalian lakukan terhadapku! Aku akan kembali dan membalaskan dendam itu kepada kalian! Bahkan, kepada keturunan kalian sekalipun!" ucap Heng dengan penuh sumpah serapah.

Dia begitu kecewa dengan pengkhianatan yang dilakukan oleh Julian dan Isabel yang tidak lain adalah teman karib dan juga kekasihnya sendiri, ternyata mereka selama ini mengincar beberapa harta suci penyihir yang dimiliki oleh Heng si Penyihir Senja, oleh karena itu, mereka berniat untuk menghabisi Heng dan jalan satu-satunya adalah dengan berkerja sama dengan para Iblis, kutukan itu diberikan oleh salah seorang Iblis Kuno kepada Julian untuk melemahkan dan membunuh Heng.

Heng terlihat begitu kesal sembari berteriak dengan kencang, sehingga awan dan petir berkumpul dan mengeluarkan suaranya di langit sana. Heng mulai sadar, ketika menatap ke kaca yang ada di hadapan matanya, sosoknya benar-benar berubah. Dia kini terbangun di tubuh seorang pria muda dengan rambut tebal, berkaca mata, perut buncit dan tidak enak dipandang oleh mata. Dia setengah tidak percaya dengan apa yang terjadi dengan hidupnya sekarang.

"Apa yang direncanakan sang Dewa Pencipta? Kenapa aku terjebak di tubuh anak ini? Siapa dia?" ujar Heng berpikir keras dan kemudian semua pikiran dan ingatan dari anak ini mulai merasuk dan menghantam pikiran Heng hingga menyebabkan kepalanya berdenyut dengan keras.

"Arghh!!!" teriak Heng yang kesakitan hingga bergulingan di lantai kamar itu.

Dia mulai sadar kalau anak yang tubuhnya ia pinjam bernama Hengky Kurniawan. Dia adalah seorang pemuda miskin yang harus bersekolah di sebuah sekolah Swasta. Dia awalnya adalah seorang tuan muda yang kaya raya, namun karena sifatnya yang menyebalkan dan terjadi konflik internal di dalam keluarganya yang membuat orang tuanya menjadi tersangka kasus korupsi terbesar abad itu, membuat Hengky Kurniawan akhirnya terpaksa harus menjalani kehidupan yang buruk, semua harta orang tuanya disita oleh Hakim dan dibuat benar-benar miskin.

Ayahnya yang depresi di dalam tahanan memutuskan untuk bunuh diri, yang tidak lama disusul dengan kematian sang ibu yang menenggak racun karena benar-benar kecewa dengan apa yang terjadi. Hengky sendiri begitu dibenci, karena dianggap sebagai aib keluarga dan keluarga besarnya menjauhinya dan membuangnya keluar dari rumah besar keluarga mereka. Heng tidak membawa uang sepeserpun keluar dari rumah, beruntung ada seorang kerabat keluarganya yang membantu untuk membayar sekolah Hengky. Namun untuk biaya makan dan lain-lain Hengky harus berkerja di sebuah minimarket di dekat rumah kontrakan yang disewa dari gajinya tersebut.

Hengky yang semula bak seorang Raja, kini terpaksa harus hidup dengan penuh penderitaan, belum lagi tekanan dari keluarga dan juga lingkungan pertemanannya yang berubah drastis, membuat Hengky depresi dan memutuskan untuk bunuh diri, seperti malam ini Hengky ternyata menenggak obat tidur sebanyak tiga puluh butir yang membuat ia mati dengan mulut penuh busa.

Heng si Penyihir Senja ternyata bereinkarnasi ke tubuh seorang anak yang benar-benar membenci kehidupan sosialnya tersebut.

Heng kemudian berdiri dan berkata, "Aku akan mengembalikan kejayaan yang semula kau dapat! Aku adalah orang yang sama, yang kalah atas sebuah pengkhianatan! Aku berjanji akan mengembalikan semuanya dengan tanganku sendiri! Kau juga memiliki nama dan nasib yang sama denganku! Aku Heng si Penyihir Senja ini akan membalaskan dendammu! Beristirahatlah yang tenang, semoga surga menantimu!" ujar Heng sembari meneteskan air mata.

Dia kemudian duduk di atas kasur dan mulai bermeditasi. Dia ingin merasakan apakah kekuatannya ikut direinkarnasi ke dunia ini atau tidak. Tidak butuh waktu lama, Heng mulai memusatkan pikirannya dan mencoba untuk tenang. Sebuah energi berkumpul di tangan dan perutnya, hingga kemudian cahaya berwarna kuning itu berubah menjadi ungu dan terakhir menjadi hitam, disusul dengan muntah darah yang dilakukan oleh Heng, kasur itu kini dipenuhi dengan bercak darah berwarna hitam dengan aura panas ketika darah itu keluar dari mulut Heng.

"Anak ini terlalu banyak menelan racun! Wajar saja dia mati! Obat yang ia telan ternyata cukup berbahaya untuk tubuh manusia, beruntung masih ada energi magis yang bisa aku serap di dunia ini walau masih sangat sedikit!

Heng kemudian membuka jendela kamar tersebut dan memperhatikan langit malam, tempat ini sudah benar-benar berbeda. "Aku tidak menyangka sang Pencipta akan membuatku maju ke ribuan tahun ke masa depan. Apa yang ia rencanakan? Menggapa dia mengirimkan aku ke dunia ini? Apa yang harus aku lakukan!" batinnya dalam hati.

Namun tiba-tiba handphone Hengky berbunyi dan dengan berbekal ingatan dari tubuh ini, ia membuka pesan tersebut dan mendapati sebuah pesan dari seseorang dengan nama Ririn, "Aku mau kita putus! Aku sudah mendapatkan lelaki lain! Pria gendut tidak tahu diri sepertimu sudah sepantasnya untuk pergi dari kehidupanku! Aku ingin muntah melihat wajahmu yang memuakkan itu!"

Heng hanya tertawa membaca pesan tersebut, "Kau dan aku benar-benar sama! Kita dikhianati saat kita sedang terpuruk hingga kemudian mati! Aku akan melihat apa yang bisa dilakukan oleh manusia-manusia picik di zaman seperti ini!"

***

Matahari mulai menampakkan sinarnya. Heng mulai terbangun, ketika sinar mentari itu memasuki celah kamarnya. Dia berniat untuk segera bangun dan mandi. Dia harus menjalani keseharian yang dilakukan oleh Hengky sebelumnya dan beradaptasi dengan dunia baru yang akan dia jalani mulai dari sekarang.

"Aku tidak pernah menyangka! Air sekarang bisa dialirkan lewat benda bernama keran seperti ini!" Dia kemudian mulai membasuh tubuhnya dengan sabun dan sedikit berkaca mengenai bentuk tubuhnya.

"Aku harus membuat tubuh ini menjadi enak untuk dilihat! Tampaknya berolahraga dengan baik sungguh perlu untuk membuat tubuh ini menjadi sedikit kuat! Tidak mungkin aku berlatih sihir dengan tubuh penuh lemak seperti ini!" ucap Heng mencoba menganalisa apa yang akan terjadi.

Setelah waktu mandinya selesai, Heng segera berpakaian dengan seragam sekolah yang baru dia kenakan, pakaian itu terlihat lusuh dengan beberapa noda kotor. Namun mau bagaimana lagi, ia tetap harus mengenakan seragam itu untuk berangkat menuju sekolah.

Hengky sendiri adalah siswa kelas dua dari sebuah Sekolah Menengah Atas (SMA) yang bernama Sekolah Don Moscova, sekolah itu merupakan sebuah sekolah yang cukup elit di kota itu. Hengky mendapatkan bantuan dari kerabat ibunya sehingga bisa bersekolah disana, dan juga otaknya memang tidaklah bodoh jadi untuk mendapatkan beasiswa itu bukanlah hal yang mustahil untuk dilakukan, hanya status sosialnya saja yang membuatnya menjadi dibenci seperti sekarang ini. Hal itu juga berdampak, karena di masa lalu ketika semuanya masih baik-baik saja Hengky Kurniawan sendiri terkenal sebagai seseorang yang gemar untuk menindas orang lemah. Walau sebenarnya di dalam hatinya, ia tidak pernah menginginkan hal tersebut, namun lingkup pertemanannya membuat hal itu harus dilakukan guna sebuah eksistensi dan nama besar dari para anak-anak kaya yang ada di sekitar Hengky itu sendiri. Sebaliknya, sekarang dia menjadi orang yang dijauhi oleh orang-orang yang semula menganggapnya sebagai teman.

Heng memasuki bangunan sekolah itu dan menuju ke lantai dua, dimana ruangan kelasnya berada di sana. Dia mendapati tatapan sinis dan suara-suara bising yang membicarakan dirinya. Ia sebenarnya mendengar semua apa yang dibicarakan oleh orang-orang. Namun ia hanya membisu sembari mencoba untuk mengalihkan omongan-omongan negatif tersebut.

"Eh ... coba kau lihat! Itu kan, Hengky Kurniawan! Anak IPA 3 yang orang tuanya adalah Koruptor. Ia juga orang yang sombong! Aku bersyukur hidupnya sekarang melarat!" ucap seorang siswi wanita yang tengah membicarakan Hengky dengan seorang temannya.

"Iya, aku juga dengar dia adalah orang yang gemar menyiksa anak-anak culun dan bergaul hanya dengan anak-anak kaya serta populer saja! Aku harap dia kini bisa sadar dengan tempatnya!" balas siswi perempuan yang satu lagi.

"Hadeh ... tampaknya kau terlalu banyak membuat masalah di masa lalu, Hengky! Aku yang harus mendengarkan omongan-omongan jelek seperti ini! Bersyukur kekuatanku belum kembali, kalau saja ini di masa lalu! Akan kusihir menjadi Ayam! Orang-orang yang berbicara sembarangan seperti ini! Biar tahu rasa!" batin Heng sembari kemudian masuk ke dalam kelas.

Ia melihat bangkunya yang ternyata tidak ada, tampaknya ada seseorang yang mengambil bangku tempat duduknya untuk dijadikan mainan di sudut kelas. Heng kemudian mendekat dan berkata kepada seorang pria dengan tubuh gempal, berkulit putih yang tengah merokok di bagian belakang kelas.

"Permisi, Diky! Aku ingin duduk!" ujar Heng yang dengan sopan mengambil bangku yang kini tengah diinjak dengan kaki oleh Diky.

Diky yang melihat sosok Hengky ada di hadapannya kemudian meludah dan ludah itu tepat mengenai wajah Heng.

"Cuih! Berani juga kau? Mau cari mati?" ujar Dicky yang dengan cepat melayangkan tinjunya ke wajah Heng.

Heng sebenarnya bisa saja menghindari serangan anak tersebut, namun karena tidak ingin mencolok karena kekuatannya belum kembali Heng menerima serangan tersebut dan jatuh terjengkang dengan pantatnya yang menyentuh lantai.

"Mampus kau!" ujar Dicky yang kemudian segera berdiri.

Heng yang jatuh terduduk hanya tersenyum penuh arti, pikirannya hanya berisikan balas dendam untuk melenyapkan anak ini, "Kau tunggu saja pembalasanku setelah kekuatan ini kembali!" ucap Heng dalam hatinya.

Ia kemudian bangkit dan menarik bangku itu ke tempatnya semula.

"Lihatlah ... seorang pecundang! Mana berani dia melawan balik, dulu saja dia bertingkah sok kuasa di kelas ini! Lihatlah sekarang, aku bisa menginjak-injak kepalanya hingga menempel ke tanah!" ujar Dicky menyombongkan dirinya ke beberapa anak laki-laki di kelas tersebut.

"Kau tidak apa-apa? Ini gunakan untuk membersihkan wajahmu!" ujar perempuan muda yang duduk di sebelahnya.

Wanita ini bernama Tiwi. Dia adalah wanita yang cukup cantik dari salah seorang keluarga kaya di sekolah ini. Namun sifatnya jauh berbeda dengan para wanita kaum elit yang lain. Dia adalah sosok teman yang baik yang tidak sungkan membantu orang-orang yang sedang kesusahan. Mungkin ia melihat sosok Hengky yang kini ditindas merupakan orang yang layak untuk dikasihani.

"Oh ... terima kasih!" ujar Heng mengambil sapu tangan berwarna merah tersebut.

Dia kemudian mengusapkan sapu tangan tersebut untuk membersihkan ludah Dicky yang mungkin masih tersisa di wajahnya. Tiwi hanya tersenyum dan kemudian kembali berkutat dengan buku pelajarannya tersebut.

Jam sekolah pun berlanjut seperti biasa. Heng seperti biasa mempelajari apa yang ada di dunia ini. Dia cukup terkejut dengan penemuan abad sekarang, seperti manusia yang bisa melayang dengan berbagai penemuan seperti pesawat ataupun jet pack. Dia juga mempelajari mengenai banyaknya kendaraan yang berjalan dengan prinsip-prinsip teknologi yang merupakan barang mewah di zamannya. Dia juga mempelajari bahwa jatuhnya suatu benda atau melayangnya suatu benda di udara dipengaruh oleh gravitasi. Dia begitu semangat untuk mempelajari perkembangan zaman yang ada pada zaman seperti sekarang ini.

Heng yang penasaran kemudian bertanya kepada Tiwi yang duduk di sebelahnya, "Aku ingin membaca banyak buku mengenai dunia ini. Bisakah kau menunjukkan dimana aku bisa membaca buku-buku tersebut?" ujar Heng dengan raut muka serius.

"Kau tidak tahu perpustakaan?" selidik Tiwi yang terheran-heran dengan pertanyaan Hengky barusan.

"Eh iya ... maksudku perpustakaan di sekolah ini dimana? Aku tidak pernah ke perpustakaan!" ujar Heng mencoba mencari alasan, padahal yang sebenarnya dia tidak pernah tahu dimana tempat yang benar untuk membaca buku-buku yang ia maksud.

"Nanti aku akan mengantarmu setelah jam istirahat dimulai! Kau bawa bekal?" tanya Tiwi sekali lagi.

"Tidak ... aku tidak makan di sekolah!" ujar Heng sembari menahan lapar, sebenarnya dia baru bisa makan, ketika mulai bekerja sepulang sekolah di minimarket dekat rumahnya. Karena dia mendapatkan jatah makan siang gratis di minimarket tersebut dan uang gajinya nanti akan digunakan untuk membayar kontrakan yang dia miliki sekarang.

"Kalau begitu maukah makan bareng denganku? Kebetulan mama tadi memasakkanku makanan yang cukup banyak, akan sungguh sayang kalau makanan itu dibuang, bukan?" tawar Tiwi sembari tersenyum.

"Memangnya kamu tidak malu berdekatan denganku seperti ini? Aku ini adalah orang yang dikucilkan loh! Aku anak seorang koruptor!" ujar Heng mencoba menjaga jarak.

"Tidak perlu berkata seperti itu! Kesalahan yang dibuat oleh orang tuamu, tidak serta merta menjadikanmu jahat! Aku juga tahu, kalau kau melakukan penindasan tempo hari karena dipaksa oleh teman-temanmu bukan? Aku bisa tahu, kalau kau sebenarnya tidaklah jahat, hanya terpaksa melakukan sesuatu agar bisa diterima di lingkungamu itu!" ujar Tiwi mencoba membaca situasi dan psikis Hengky.

"Terima kasih!" ucap Hengky sembari tersenyum. Dia baru kali ini mendengarkan seseorang yang dengan tulus mencoba untuk dekat dengannya. Walau dia masih memiliki jarak, untuk tidak gampang percaya dengan orang baru, rasa pengkhianatan itu masih sangat kental terasa dan membuatnya menjadi skeptis untuk percaya kepada orang baru.

***

Waktu istirahat pun datang. Heng dan Tiwi kemudian mendatangi perpustakaan. Tiwi mulai menunjukkan tempat itu kepada Heng yang disambut dengan senyum suka cita. Heng seolah berada di surga. Dia melihat banyak buku yang bisa dia baca. Tiwi ternyata juga sibuk dengan dirinya sendiri dan mulai membaca buku-buku itu, sedangkan Heng terlihat begitu antusias dengan mengambil beberapa buku yang diperkirakannya perlu untuk dibaca.

"Tempat ini mengagumkan! Apakah ini yang disebut dengan buku adalah jendela dunia? Aku harus bisa menghabiskan beberapa waktuku di tempat ini! Aku harap semua pengetahuan ini dapat aku kembangkan untuk membuat diriku menjadi lebih kuat lagi!"

Heng kemudian memilih-milih buku tersebut hingga berhenti di sebuah buku yang terkesan sangat tua, buku itu memiliki sampul dari kulit berwarna hitam dengan lembarannya yang telah menguning.

Heng kemudian membuka itu dan berkata, "Aku tidak menyangka ada buku sihir di dunia seperti ini? Lalu kenapa benda keramat seperti ini ada di perpustakaan sebuah sekolah SMA?" batinnya dan mulai membaca buku itu.

"Buku yang sangat menarik! Jadi ada tempat untuk berlatih magis di zaman seperti sekarang ini!" ujar Heng yang terlihat bersemangat. Dia sudah tidak sabar untuk kembali ke puncak karirnya sebagai Penyihir Senja yang pernah menguasai dunia.

#Bersambung