Brak...!!
Tap...tap...tap..
Gesekan tapak sepatu kulit mahal dengan lantai menciptakan suara khas.
Tubuh tegap terhuyung-huyung ke kanan dan ke kiri. Perlahan namun pasti, tubuh itu semakin masuk ke dalam ruangan. Setelah berada cukup jauh dari pintu, hidung lancip menerima sebuah rangsangan bau. Seketika di dalam tubuh menimbulkan reaksi yang menciptakan perasaan aneh. Rasa resah, gerah, dan gairah. Sial..., sudah tak perlu diragukan lagi, ini afrodisiak. Siapa yang sengaja menebar aroma ini..?.
Perasaan tak nyaman membuat ia melepas jas mahal yang melekat di tubuh. Tak lupa dasi dan kemeja putih pun di buang ke sembarang arah. Tubuh bagian atas pun bebas dari apa pun, dada bidang dengan perut seksi terekspos jelas. Namun itu belum cukup, sesuatu yang mendesak di bawah menuntut sang pemilik tubuh untuk melakukan hal yang sama. Akhirnya celana panjang juga dilucuti dan menyisakan satu bagian terakhir.
Brak...!!, tiba-tiba saja pintu yang terbuka tertutup rapat.
Saat tubuh ingin berbalik mencari letak kamar mandi, bola mata seketika melotot. Pupil mata melebar, bahkan iris biru memancarkan sinar yang terang di tengah pekatnya gelap. Lengan kekar menarik kasar kain tebal yang ada. Perasaan gelisah semakin membuncah, dada bidang itu naik turun tak beraturan. Bagaimana tidak, di depan mata terpampang sesuatu yang indah. Terlihat tubuh mungil dengan lekukkan elok serta kulit putih yang mulus.
Sreet...!
Glek...!
Jakun yang menggantung di leher berurat bergerak naik dan turun. "Sial..." hanya ini yang keluar dari bibir seksi milik si mata biru. Mata itu intens menatap penuh tubuh terbaring di sana, tubuh yang saat ini hanya terbalut dua penutup. Namun lelaki itu tak mau kehilangan kesempatan, tangan kokoh menarik dua penutup terakhir, dan tampaklah pemandangan luar biasa di bawah. Sungguh sangat memesona.
Dia juga tak mau kalah, dengan cepat ia menarik celana terakhir yang melekat di pinggang seksi miliknya. Kini...mereka berdua benar-benar polos. Meski sedikit pusing, tapi ia masih mampu untuk melancarkan aksinya secara sempurna. Perlahan ia naik ke atas kasur, tanpa butuh waktu lama bibir seksi sudah melahap bibir mungil yang sedikit terbuka. "Manis..." ucapnya di sela-sela kegiatan, tangan kiri menggenggam erat tangan kiri yang lebih kecil, sedangkan tangan kanan sudah bermain nakal di atas dua gundukan.
"Ah...!" satu desahan lolos dari bibir mungil milik seseorang di bawah sana.
"Ouh...!!, ini benar-benar nikmat.." kembali lelaki mengeluarkan suara. Kini bibir seksi mulai berkelana, bergerak turun menuju. leher jenjang, tulang selangka, hingga berhenti di depan dua gundukan kenyal. Segera bibir membuka dan melumat benda kenyal tersebut. Bahkan lidah pun ikut bermain di ujung yang sudah menegang, "Ini....ini...sangat luar biasa". Tangan kanan pun tak mau kalah, ikut bergerak dan mencari sesuatu yang lebih menyenangkan. Tak butuh waktu lama, tangan kanan telah berada di antara dua paha, tempat yang katanya merupakan sebuah pusat kenikmatan.
Dengan lihai jari panjang mulai bermain dan masuk ke dalam lubang hangat itu. Awalnya hanya satu jari, tapi lama-kelamaan akhirnya jari telunjuk dan jari manis juga ikut-ikutan. "Ouhh..." suara seksi semakin membangkitkan gelora sang pria, "Kau suka sayang...?" tanyanya dengan senyum menyeringai, meski setengah sadar tapi ia masih mampu untuk sekedar melihat bagaimana reaksi si penerima kenikmatan.
***
"Bagaimana..?" ia yang bertanya menyuguhkan gelagat resah dan gelisah. Sangat kentara dari raut wajah dan gerakkan tubuh.
Sedangkan yang ditanya hanya mengangkat jempol ke atas, tanda semua dalam kondisi baik.
"Kau yakin...?" tanyanya sekali lagi, entah mengapa rasa di hati menjadi waswas.
Yang ditanya mengangguk mantap, tanda bahwa memang semua sesuai dengan yang diharapkan.
Melihat hal itu, manusia yang tadinya terus bertanya hanya diam sambil menghela nafas. Mereka berdua kemudian menyusuri lorong yang sepi dengan langkah tenang.
***
Di sisi lain, sekelompok orang tengah tertawa, bahkan ada yang terbahak-bahak.
"Aku tak tahu harus merayakan ini dengan apa.." salah satu dari mereka mulai bersuara, binar di mata tercetak jelas. Sepertinya ia sedang mengalami musim bahagia, atau mungkin menang lotre.
"Bagaimana dengan liburan di akhir pekan..?, atau menyewa Villa saat tahun baru nanti" yang lain membuat tawaran.
"Hem... aku setuju, tapi... bukankah itu tak sebanding dengan apa yang di dapat tuan Jefry" kembali ada yang membuka suara, dan perkataan ini mendapat anggukan serius dari beberapa orang di sana.
"Lalu apa yang sesuai?" si pembuat tawaran bertanya.
"Ya.., kita juga minta tambahan uang, terus untuk sewa Villa kita minta lagi sama tuan Jef" seseorang yang dapat dukungan sebelumnya kini mendapat dukungan kembali.
"Hahaha.., kau memang pintar..., baiklah akan kuberi tahu tuan Jefry nanti. Sekarang ayo kita pulang" ajak si pemilik suara yang pertama.
"Hei..., bukankah tuan Jef juga menyuruh kita untuk membawa jalang itu pulang setelah tuan Jef selesai?" tanya salah satu dari mereka.
"Oh iya aku lupa" katanya sambil menepuk jidat.
***
Kembali ke dalam ruangan tempat dua anak manusia sedang memberi kenikmatan satu sama lain.
"Ouuuh.., ka...kau..sangaatt..nikmaathhh baby..." lelaki di atas sana sudah meracau sedari tadi, pinggul seksi sudah bergarak maju dan mundur sejak ia berhasil memasuki lubang sempit di depannya. "Ah...,eemmhh..h.." dan si wanita juga tak mau kalah, bahkan lengan kecil miliknya sudah bergelayut manja di leher yang berurat.
"Oh...shit..!, milikmu terlalu sempit manis" dengan kelopak mata membuka dan menutup, sang lelaki kembali bersuara. Rasanya enggan sekali untuk berhenti barang sejenak.
Setelah tak terhitung jarum panjang pada jam bergerak, akhirnya permainan mereka mulai menuju puncaknya. " Ah....!!, inii....sungguh nikmaaaatt...baby..h..h" dengan hentakan ke dalam, pemilik tubuh kekar melakukan pelepasan terakhir, begitu pula gadis di bawah sana. Tubuh lebar ambruk di samping tubuh mungil, keduanya sungguh sangat lelah. Keringat bercucuran keluar dari pori-pori kulit, suhu tubuh kontras dengan suhu lingkungan. Perlahan kedua pasang mata mulai terpejam, sang lelaki masih sempat untuk menarik selimut dan menenggelamkan diri.
•
•
Silau mentari ditambah hangatnya suasana merangsang kelopak mata untuk membuka. Dengan malas tubuh mulai bergerak duduk, rasa sakit di kepala masih tersisa. Mata menebarkan pandangan ke segala penjuru ruangan. Hemm.. sepertinya tempat ini asing, tapi...tunggu, bukankah tempat ini?. Ia melihat tubuhnya, hem.., masih utuh dan lengkap. Lalu ia menoleh ke sebelah, tidak ada siapa-siapa. Tapi..., ia potongan memori akan kejadian sebelumnya sangat melekat kuat. Tidak...tidak, dia tidak mungkin mengkhayal, dia bukan orang seperti itu. Lalu kalo bukan mimpi atau khayalan tentu masih ada sisa, sedangkan faktanya tidak demikian.
Apa benar ini hanya sebuah ilusi...?.
***
Author butuh support ini, caranya gampang
1. Jangan Lupa sedekah Power Stone (PS) setiap hari🖤
2. Masukkan cerita ini ke koleksi kalian ya🖤
3. Beri review yang baik dan positif🖤
4. Komentar positif dan membangun🖤
5. Share cerita ini kepada orang-orang terdekat kalian🖤
Cerita ini tidak akan berkembang tanpa dukungan kalian semua....🖤🖤🖤🖤🖤
Ingat...
1. Power Stone (PS)🖤
2. Jadiin koleksi bacaan🖤
3. Review ceritanya🖤
4. komen🖤
Baca cerita saya yang lain
• Aluna's First Love Story
• Green Card Marriage
Follow sosial media
ig : pemujakhayalan
fb : Pemuja Khayalan