Sepatu kulit berkualitas tinggi keluar dari mobil sport jenis ferrari america berwarna hitam. Tak lama tubuh tinggi nan tegap berdiri secara sempurna, setelan jas mahal dipadu dengan kacamata bertengger di atas hidung yang lancip menambah kesan menawan pada orang tersebut. "Sudah sesuai rencana?" dia yang bertanya tetap mengusung langkah demi langkah.
"Sudah tuan, saya pastikan mereka tidak akan tahu.." jawab seorang pria yang berjalan di sisi samping kiri.
"Hem.." dan hanya ini tanggapan sang tuan.
Kini dua orang pria sudah memasuki lobi sebuah gedung bertingkat, gedung dengan 11 lantai. Saat mereka tiba di depan pintu utama, terdengar bunyi keributan dari gerombolan orang, mereka saling membentuk kelompok yang terdiri dari beberapa orang. Kemudian kelompok-kelompok itu berbaris dan menunduk hormat pada dua orang yang sudah berada di tengah ruangan. Semua memberi sapaan selamat datang tatkala dua orang itu berjalan lebih dalam.
"Semuanya dapat kembali ke ruangan masing-masing.." kalimat dingin ini datangnya dari pria dengan setelan jas berwarna hitam.
Pintu lift terbuka dan pria berjas hitam menekan tombol bertuliskan angka 10. Kemudian pintu lift tertutup dan seketika mereka berdua naik ke lantai yang dituju. Selama di dalam lift semuanya tampak diam, terlebih pria dengan jas berwarna biru. Pria dengan hidung lancip telah melepas kacamata yang berada di hidung, kini mata indahnya sangat terlihat jelas.
Ting...
Setelah pintu lift terbuka, kedua pria tampan melangkah keluar. Langkah kaki bergerak menuju sebuah ruangan. Saat pria dengan jas hitam mendorong pintu kaca dan keduanya masuk ke dalam, semua orang yang ada di dalam terkejut dan langsung berdiri. "Semuanya tetap di tempat..", hanya itu yang keluar dari mulut pria berjas hitam. Pria yang satunya masuk lebih dalam, mata indahnya mengamati setiap inci ruangan, bahkan sesekali jari telunjuk menempel pada beberapa benda kemudian telunjuk tersebut diusap dengan ibu jari. Seperti mengecek apakah benda-benda tersebut berdebu atau tidak.
"Jika tetap ingin berada di perusahaan ini, maka ubah pola kerja kalian termasuk utamakan kebersihan" kalimat datar nan dingin ini keluar dari bibir seksi milik pria dengan jas berwarna biru.
Semua orang selain pria berjas hitam dan biru hanya melongo, namun dengan cepat mereka tersadar dan menganggukkan kepala tanda mengerti. Melihat hal tersebut, tanpa basa-basi lagi, pria berjas biru melangkah keluar lalu diikuti pria berjas hitam.
"Kita turun ke lantai 2.." titah lelaki berjas biru.
Saat lift membuka dan mereka sudah berada di lantai 2, lagi..., orang-orang yang berada di sana seketika berdiri. Semua orang sudah terbiasa melihat wajah datar sekaligus menakutkan pria berjaa hitam. Tapi, mereka sedikit heran dan bertanya-tanya.., siapa lelaki dengan setelan jas biru?.
Sama seperti sebelumnya, lelaki berjas biru mengecek-ngecek beberapa benda yang ada di sana. Barang-barang tersebut seperti meja, dinding, kursi, dan pintu. Memang aneh, apalagi orang-orang di sana baru melihat kegiatan tersebut untuk pertama kali.
"Apa yang kalian lakukan selama bekerja..?" tanya pria berjas biru.
Mendengar pertanyaan itu, semua orang yang ada sedikit bingung. Tentu mereka bekerja sesuai dengan bidangnya. Tapi.., yang aneh adalah tindakan pria berjas biru yang terus saja mengecek barang-barang di sekitarnya. Mengecek apakah ada debu yang menempel di sana, tapi.. mengapa orang itu menanyakan mengenai apa yang mereka kerjakan..?. Jika berkaitan dengan kebersihan, tentu itu urusan cleaning service.
"Siapa pun yang ingin tetap bekerja di sini, maka bekerjalah sepenuh hati. Perhatikan juga kebersihan sekitar, jangan hanya mengandal tukang bersih-bersih" ucap pria berjas biru dengan aura dingin.
Siapa sebenarnya lelaki di depan mereka ini..?. Atau..., jangan bilang dia orangnya..?. Jangan bilang dia pemimpin baru perusahaan ini. Dia Presedir baru..?. Hampir semua orang yang berpikir demikian membulatkan mata. Suasana terasa begitu dingin, saat melihat wajah pria asing itu.., sungguh sangat menakutkan. Bahkan saat melihatnya aura semakin mencekam.
Begitulah kegiatan yang dilakukan oleh kedua pria itu selama beberapa jam. Mendatangi setiap lantai perusahaan dan melihat kondisi di setiap divisi.
***
"Woi...!, kerja..!, bukannya melamun..!" di sisi lain, seorang gadis sedikit terkejut saat dirinya diteriaki oleh seseorang. Saat ia menoleh, raut wajahnya seketika cemberut. Tanpa banyak bicara, gadis dengan rambut hitam lurus pergi ke arah lain untuk menghindari pertengkaran. Ia sudah terbiasa dengan hal ini, jadi ia sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Woi...!, lho tuli ya..!" teriak wanita yang tadi sempat memulai keributan
"Ada apa sih.." tanya gadis yang diteriaki, rasanya malas sekali untuk meladeni orang yang ada di hadapannya itu.
"Hei...jalang!, lho jangan sok cantik ya di sini..".
"Anna, Yuri, apa-apaan kalian..!" kini muncul lelaki dengan rambut halus di sekitar rahang, ia bersuara dengan tegas dan mata menatap tajam.
"Ini pak Anna, bukannya kerja malah melamun" gadis bernama Yuri menunjuk Anna dengan telunjuknya dan raut wajah sinis
"Apa benar itu Anna..?" tanya lelaki yang ternyata manager tempat Anna dan Yuri bekerja.
Anna hanya diam, kepalanya sedikit menunduk. Melihat hal tersebut, sang manager semakin geram dan berkata, "Anna.., kau sudah 4 hari bolos kerja, dan sekarang kau ingin mencari masalah lagi..?" tanya manager dengan nada datar. Namun, meski demikian wajahnya sudah tampak merah.
Pekerja atas nama Yuri tersenyum puas, ia melirik Anna dengan senyuman mengejek. Entah mengapa, melihat Anna sehari saja tak mendapat masalah membuat wanita ini jadi uring-uringan.
Anna hanya diam, ia tahu bahwa ia memang salah. Ia sering bolos kerja, bahkan sudah 2 kali mendapat surat teguran. Jika mendapatkan kembali, dia benar-benar akan dipecat. Jika hal itu terjadi, bagaimana dia mendapat uang untuk bertahan hidup. "Maaf pak, saya berusaha tidak akan mengulangi kesalahan lagi" jawab Anna pelan.
"Bohong pak, palingan ke depannya berbuat ulah lagi. Sudah pecat saja pak" Yuri berusaha memprovokasi sang manager.
"Kau sebaiknya diam Yuri..!, aku tak menyuruh mu untuk banyak berbicara. Cepat pergi lanjutkan pekerjaan mu!" titah manager, seketika Yuri bergegas pergi melanjutkan pekerjaannya.
Manager itu memandang ke arah Anna, ia mengambil nafas dalam lalu berucap "Baiklah Anna, kali ini saya masih memberi kesempatan. Tapi.., lain kali tidak ada lagi toleransi untuk mu" setelah mengatakan hal tersebut, sang menager lalu pergi meninggalkan Anna.
Anna tak sempat untuk sekedar mengucapkan terima kasih. Gadis itu langsung kembali fokus dan melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.
***
Dua pria dengan paras menawan kembali naik ke lantai 10,. Saat setelah pintu lift terbuka, langkah kaki panjang langsung berjalan menuju satu ruangan. Ruangan yang tidak bisa dimasuki sembarang orang, terlebih pegawai kecil. Pintu pun didorong oleh pria berjas hitam, hal itu ia lakukan agar pria berjas biru dapat masuk.
Saat setelah masuk, pria berjas biru diam sejenak tepat di ambang pintu. Kemudian dia kembali berjalan dan duduk di kursi berwarna hitam dengan meja kaca di depannya.
Di atas meja, terdapat satu papan nama yang juga terbuat dari kaca. Di papan nama itu terdapat tulisan 'Carl Howard'.
***
Author butuh support ini, caranya gampang
1. Jangan Lupa sedekah Power Stone (PS) setiap hari🖤
2. Masukkan cerita ini ke koleksi kalian ya🖤
3. Beri review yang baik dan positif🖤
4. Komentar positif dan membangun🖤
5. Share cerita ini kepada orang-orang terdekat kalian🖤
Cerita ini tidak akan berkembang tanpa dukungan kalian semua....🖤🖤🖤🖤🖤
Ingat...
1. Power Stone (PS)🖤
2. Jadiin koleksi bacaan🖤
3. Review ceritanya🖤
4. komen🖤
Baca cerita saya yang lain
• Aluna's First Love Story
• Green Card Marriage
Follow sosial media
ig : pemujakhayalan
fb : Pemuja Khayalan