Seorang gadis tengah berjalan dengan langkah cepat menyusuri ruas jalan. Jalanan tampak basah menunjukkan ada hujan sebelumnya. Gadis tersebut semakin mempercepat langkah kaki, sesekali tangan yang melipat bersilang di dada menggosok-gosokkan lengan bagian atas. Meski sudah mengenakan baju musim dingin dengan bulu tebal di area leher, tetap saja gadis itu merasa aura dingin menusuk kulit putihnya.
Setelah sekitar 15 menit menghabiskan waktu di perjalanan, kini sang gadis sudah bersiap masuk ke salah satu moda transportasi dengan rute seperti biasa, rute yang dapat menuju lokasi kediaman gadis tersebut. Ia segera masuk dan mengambil tempat duduk di tepi dekat jendela.
Setelah menunggu sekitar 5 menit, moda transpotasi pun berjalan. Gadis yang duduk di pojok belakang hanya diam mematung dengan arah pandangan ke luar. Entah apa yang dipikirkan gadis itu, yang jelas wajahnya sedikit pucat dan tampaknya ia sedikit kelelahan.
•
•
Setelah kurang lebih 20 menit perjalanan Anna pun sampai di rumahnya. Sebenarnya kediaman Anna bisa dikatakan bukan rumah, melainkan sebuah apartemen dengan dua lantai di setiap unitnya. Dengan rasa malas, Anna berjalan menyusuri lobi gedung bertingkat itu dan masuk ke dalam lift.
Badan Anna rasanya sangat lelah, meski dia tidak dipecat dan diberi surat teguran untuk ketiga kalinya. Tapi, Anna tetap harus menerima hukuman, gadis ini terpaksa pulang sedikit terlambat gara-gara harus merapikan gudang penyimpanan barang. Rasanya Anna ingin sekali berendam di air hangat, tapi sepertinya mustahil.
Ting....
Lift terbuka, segera Anna berjalan ke luar dan melangkah menuju unit apartemennya. Dengan cepat Anna memasukkan kode pintu dan membukanya. "Huh..." helaan nafas terdengar nyata dari mulut Anna. Baru saja masuk, Anna sudah disuguhkan pemandangan yang sangat menyebalkan. Di ruang tamu terlihat sangat berantakan, seperti kapal pecah. Bungkus makanan, kaleng minuman, remah roti bertaburan di karpet berwarna merah, sungguh itu butuh waktu yang cukup lama untuk membersihkannya. Siapa yang akan membersihkan semua itu..?, tentu saja Anna.
Dengan langkah malas, Anna berjalan ke arah kamar yang berdampingan langsung dengan ruang dapur. Saat gadis itu membuka pintu kamar, terlihat wanita renta sedang terbaring di sana. Rambut putih dengan kulit keriput ter tampil sempurna di tubuhnya. Anna segera menghampiri dan duduk di samping kasur.
"Nenek.." tangan Anna menggoyang pelan lengan yang sudah banyak kehilangan daging itu. Karena tak mendapat respons, Anna kembali menggoyangkan tangan sedikit lebih keras. "Nek..., ayo bangun" suara Anna sedikit mengeras.
Akhirnya mata tua membuka secara perlahan, dengan sedikit meneliti wanita renta itu berusaha duduk. Anna segera mengambilkan kacamata di meja dan memberikannya kepada sang nenek.
"Kau sudah pulang..?" tanya nenek.
"Iya, barusan sampai.." jawab Anna menganggukkan kepala disertai senyum tipis.
Nenek menilik ke arah jam di dinding, ia sedikit mengerutkan dahi lalu kembali menatap cucunya itu. "Kenapa baru sampai..?, apa kau mengambil lembur lagi..?" tanya nenek lagi.
Anna menggeleng, "Tidak nek, tadi ada sedikit urusan sebentar" Anna berusaha untuk memberikan jawaban yang masuk akal agar sang nenek tidak mengetahui apa yang terjadi. Bukan maksud Anna untuk membohongi neneknya, tapi dia tak mau wanita lansia itu khawatir. Tidak baik untuk kesehatannya, pikir Anna.
"Kau sudah makan nenek..?" tanya Anna berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
Nenek hanya menggelengkan kepala, ia kemudian mengambil gelas kaca yang terisi air setengahnya. Mendapati respons nenek, Anna mengerutkan dahinya, bahkan alis tebal hampir menyatu. "Mereka tak memberi mu makan..?" Anna kembali bertanya.
Lagi, nenek hanya menjawab dengan gelengan kepala. Mengetahui hal itu membuat Anna sedikit jengkel. "Mengapa mereka tega sekali.., ini bukan hanya sekali atau dua kali, tapi sudah terlampu sering".
Anna segera bangkit dari duduknya, gadis itu keluar meninggalkan kamar dan pergi menuju dapur. Sesampainya di dapur, Anna membuka lemari makanan. Sayang, tidak ada apa-apa di sana, semua kosong. Anna sedikit mendengus melihatnya. Ia segera membuka lemari pendingin, tapi tetap saja tidak ada apa pun yang dapat dimakan untuk saat ini.
Anna kembali berjalan ke arah kamar dan masuk menemui nenek. "Nek, tunggulah sebentar, aku akan membuatkan mu" tanpa banyak bicara Anna kembali ke dapur dan langsung memulai aksi. Wanita ini bisa dikatakan cekatan dalam beberapa bidang. Meski ia sangat menyukai musik dengan biola sebagai alat musik kesukaannya, bukan berarti dia tak bisa melakukan hal lain. Seperti saat ini, gadis itu secara tangkas mengeksekusi beberapa macam bahan makanan.
Meski tubuh rasanya remuk redam, tapi Anna tak sampai hari melihat wajah lesu dan pucat milik neneknya. Anna memotong beberapa macam sayuran seperti wortel, kubis, dan brokoli. Ya, Anna sedang membuat sup ayam sederhana dengan beberapa potongan roti sebagai pelengkap. Jika ada yang bertanya mengapa Anna membuat sup ayam?. Jawabannya karena hanya ada sedikit bahan makanan yang tersisa di dalam lemari pendingin. Lagi pula, Anna sudah terbiasa dan sangat suka makanan khas Asia, khususnya masakan Indonesia yang kaya akan rempah-rempah.
Memiliki seorang ibu berdarah Asia membuat gadis berusia 24 tahun itu merasa senang. Terlebih ibunya berasal dari Indonesia, negara yang dikenal kaya akan berbagai macam kuliner enak dan menyehatkan. Ah, rasanya sudah sangat lama Anna tak mengunjungi kampung halaman ibunya. Entahlah, dia pun sudah lupa kapan terakhir kalinya ke sana.
•
Setelah selesai dengan urusannya, Anna segera menghampiri sang nenek. "Nek, makan dulu jangan tidur" Anna membangunkan nenek yang sedang terlepa tidur. Sepertinya wanita tua itu terlalu lama menunggu Anna.
"Jangan biasakan tidur sebelum makan malam, apalagi sekarang masih pukul 8, masih terlalu dini untuk memejamkan mata" Anna sedikit menasihati si nenek. Ya, dia memang sedikit protektif, terlebih perihal kesehatan wanita itu.
Nenek segera bangun dan mengikuti Anna menuju dapur. Sesampainya di dapur, aroma khas menyapa indra penciuman. "Kau memang cucu terbaik, kau selalu tahu apa yang aku suka" puji nenek kepada Anna. Dia menyuguhkan senyum hangat ke arah sang cucu.
Mendengar dan melihat hal tersebut, Anna hanya membalas dengan senyum yang tak kalah cerah. Neneknya ini memang sangat menyayanginya, Anna merasa sangat beruntung mendapatkan nenek sebaik ini. "Sudah, cepatlah makan..., aku akan pergi membersihkan ruang tamu dulu" Anna membalikkan badan menuju ruang tamu.
"Kua tak ikut makan..?" tanya nenek.
Anna sedikit memutar kepala dan menggelengkan kepala, gadis itu melanjutkan langkah menjauhi ruang dapur.
"Sebaiknya kau segera membersihkan tubuh mu lalu pergi beristirahat. Mengapa kau harus repot-repot membersihkan sampah bekas mereka" teriak nenek dari arah dapur. Memang jarak antara dapur dan ruang tengah tidaklah jauh. Terlebih sang nenek juga masih memiliki suara bariton meski sudah tak muda lagi.
***
Mohon dukungannya (lempar PS, like, dan tinggalkan jejak di kolom komentar. Terima Kasih)