Martin telah menghafal kata-katanya sejak beberapa hari yang lalu. Syukurlah ia tidak sampai salah bicara ataupun terdengar gugup.
"Baik, saya terima lamarannya," kata ayahnya Li.
Martin mendesah lega. Senyum lebar pun mengembang di wajahnya. "Syukurlah. Sebagai tanda ketulusan dan keseriusan saya, saya ingin melakukan ikatan dengan Li." Martin berdiri sambil mengeluarkan kotak kalung emas itu dari saku celananya, lalu ia membukanya.
Li, kedua orang tuanya, dan Zack ikut berdiri. Martin memasangkan kalung itu di leher Li dengan tangan yang agak gemetar. Tiba-tiba, Janson muncul di ambang pintu dan mengambil foto mereka.
Ibu tirinya Li pun ikut memfoto mereka. Li terseyum malu-malu sambil memegang bandul kalung itu. "Terima kasih, Martin."
"Aku yang berterima kasih," ucap Martin.
Ia sangat bersyukur karena sejauh ini acara lamarannya berjalan dengan cukup lancar meski tidak semulus yang ia sangka. Setidaknya ayahnya Li menerima lamarannya.