"Ya ampun. Kenapa kamu bisa seperti itu?" tanya Marshal dengan nada khawatir. "Apa kamu stress?"
"Entahlah. Mungkin." Milly mengedikkan bahunya.
"Oh, aku tahu. Kamu pasti merindukanku, ya kan?"
Milly tertawa. "Ya, kamu benar. Aku terlalu merindukanmu sampai-sampai aku merasa tidak enak badan."
"Benarkah? Aku akan sering-sering mengunjungimu kalau begitu."
"Ah, sudahlah. Kamu kan sibuk bermesraan dengan Ika. Nikmati saja hari-hari indahmu itu."
"Kamu cemburu ya."
Milly mengernyitkan hidungnya. "Hah? Untuk apa aku cemburu?"
"Ayolah, katakan saja kalau kamu memang cemburu. Kamu ini tidak bisa jauh-jauh dari kakakmu yang ganteng ini kan."
Milly memutar bola matanya. Marshal ini memang paling pandai membuatnya kembali ceria. "Iya baiklah. Aku memang cemburu." Milly terkekeh. "Aku belum terbiasa menerima kenyataan bahwa kamu dan Ika berpacaran."
"Aku dan Ika kan sudah lama berpacaran. Kenapa kamu baru mengatakannya sekarang?"