Prisilla sibuk menutupi payudaranya dengan selimut. Sial! Nick sudah melihatnya. Rambutnya acak-acakan. Riasan di wajahnya sudah luntur. Pahanya yang putih mulus masih terekspos. Nick sama sekali tidak ingin melihatnya lebih lagi. Jadi ia membalikkan badan.
"Roy, ini ponselnya sudah. Terima kasih ya. Aku simpan di meja makan."
Roy pasti sedang sibuk memakai celananya. Lalu Roy menghampirinya, masih berkutat dengan kausnya. "Oke oke. Simpan di meja makan saja. Baterainya masih ada?"
"Mungkin. Ada sekitar tiga puluh tiga persen lagi."
"Ya sudah nanti aku cas. Bagaimana dengan Milly? Apa dia marah?"
"Tidak. Dia juga merasa bersalah karena katanya dia tidak sengaja melihatmu melakukan sesuatu dengan Prisilla." Nick menyunggingkan senyum separuhnya. "Aku bisa menebak itu apa."
Roy menyeringai. "Ya sudah. Nanti kita bicara lagi."
"Oh ya. Nanti Selasa aku pulang lagi ke Batam ya."
"Kenapa tiba-tiba?"
"Ada hal yang harus aku luruskan." Nick mengedikkan bahunya.
"Tentang Milly?" Roy membelalak. "Seburuk itukah? Oh, Nick aku sungguh minta maaf soal itu. Prisil begitu cemburu. Lalu dia marah-marah di telepon. Padahal aku tidak pernah berselingkuh. Kamu tahu itu kan."
"Aku tidak tahu." Nick mengangkat kedua tangannya. "Aku kan bukan penjagamu."
Roy memutar bola matanya.
"Ya sudah. Sebaiknya kamu menyiapkan sarapan untuk pacarmu itu, atau calon istri?" Nick terkekeh.
"Baiklah. Sampai bertemu nanti di dapur." Roy mendorong Nick untuk keluar dari apartemennya.
"Oke. Ngomong-ngomong pintu kamarmu tidak dikunci." Nick berbalik badan. Roy tampak terkejut. "Berhati-hatilah. Kita tidak pernah tahu kapan ada pencuri masuk."
"Oh ya ampun. Aku lupa. Trims, Nick."
Nick kembali ke apartemennya. Lalu menghempaskan dirinya ke sofa. Ia masih saja iri melihat Roy yang bisa tidur bersama kekasihnya. Berarti semalam mereka habis "bertempur" habis-habisan.
Ia membayangkan jika saat itu di kamar bulan madu di Hotel Golden Ring, ia dan Milly melanjutkan cerita mereka hingga ke atas ranjang. Tapi ia yakin seratus persen bahwa Milly bukan tipe wanita seperti Prisilla yang menyerahkan keperawanannya, jika memang wanita itu masih perawan, pada kekasihnya.
Tapi entahlah jika ia menggoda Milly dan kemudian membuat Milly jatuh dalam pelukannya.
Gaya berpacarannya sejak dulu dengan mantannya memang kurang sehat. Ia nyaris berhubungan seks dengan Celia saat masih SMA kelas satu. Saat itu mereka sedang berada di kamar kost Celia.
Sebenarnya mereka sedang mengerjakan tugas sekolah bersama. Lalu Celia menyetel film drama. Di film itu terdapat adegan berciuman hingga berujung ke pertunjukkan seks. Entah siapa yang mulai duluan, tiba-tiba saja mereka saling melepaskan pakaian. Mereka berciuman dengan penuh semangat. Celia menindihnya, payudaranya menekan dadanya. Daerah sensitif Celia yang basah menggesek-gesek kejantanannya hingga ia tak tahan lagi.
Tapi kemudian ia sadar bahwa ia masih anak sekolahan dan tidak sanggup harus bertanggung jawab jika Celia sampai hamil.
Dan setelah menolak seks dengan Celia, akhirnya pertengkaran terjadi. Ia dan Celia putus. Mantannya itu memang memiliki gairah yang sangat tinggi. Ia juga. Tapi setidaknya ia masih memiliki akal sehat. Tak lama kemudian Celia dengan segera menemukan penggantinya. Mantannya itu menikah setelah lulus SMA. Beberapa mengatakan bahwa Celia hamil di luar nikah. Tapi menurut kabar yang ia dengar dari Winda, sahabatnya Celia, pernikahannya hanya berlangsung selama dua tahun. Celia sudah bercerai dan tidak ada anak.
Semenjak ia putus dengan Celia, ia selalu sendiri, sama sekali tidak ingin memiliki hubungan dengan wanita manapun. Hingga pada suatu hari ketika ayahnya menikah dengan ibu tirinya di Bandung, Nick bertemu dengan Rissa. Ia tidak tahu kalau Rissa adalah anak dari ibu tirinya. Rissa begitu cantik dan mempesona. Meskipun saat itu sikapnya sangat tidak ramah, tapi Nick meyakini dirinya bahwa ia telah jatuh cinta pada Rissa pada pandangan pertama.
Pesta pernikahan yang berlangsung satu hari. Rissa menolak untuk ikut ke Batam dengan alasan tidak dapat melepaskan pekerjaannya. Adiknya, James, tidak mau meninggalkan kakaknya sendirian. Jadi akhirnya hanya ibu tirinya saja yang ikut ke Batam. Sejak saat itu Nick tidak pernah bertemu lagi dengan Rissa.
Nick baru bertemu lagi dengan Rissa lima tahun yang lalu. Saat itu Rissa dalam keadaan yang terburuk dalam hidupnya. Nick bertindak sebagai obat penyembuh luka. Mereka jadi semakin dekat secara emosional. Ia masih ingat ciumannya dengan Rissa. Bibirnya yang lembut dan rambutnya yang harum. Tapi sampai selamanya ia tidak akan pernah bisa memiliki Rissa. Kakak tirinya terlalu mencintai Charlos. Ia berencana untuk kawin lari dengan Rissa ke Malaysia. Tapi itu semua tidak pernah terjadi. Nick harus merelakan Rissa untuk selamanya.
Sejauh ini ia tidak pernah berhasil membangun hubungan dengan wanita manapun. Celia hanyalah sekedar cinta monyet. Wow cinta monyet yang begitu penuh napsu dan gairah. Dan Rissa... Cintanya merupakan sebuah kesalahan. Mungkin Rissa hanyalah seperti kupu-kupu yang hinggap sekejap di taman bunga yang salah. Bagaimanapun juga Rissa adalah kakak tirinya. Cintanya kini hanya sebatas rasa sayang adik terhadap kakaknya. Dan demi Tuhan, Rissa sedang mengandung anak Charlos yang ketiga.
Dan kini Milly... Ia jatuh cinta pada Milly hanya dalam waktu sekejap saja. Wanita itu begitu spesial. Seolah Milly memang dikirim Tuhan secara khusus untuknya. Wanita itu meragukan perasaannya. Tidakkah Milly tahu bahwa ia sudah lama sekali tidak pernah jatuh cinta lagi seperti ini.
Malam itu, Nick pulang bekerja dengan penuh semangat. Ia sempat mengirim pesan singkat pada Milly memakai ponsel Roy.
"Hai, Manis. Malam ini aku tidak bisa meneleponmu karena Roy akan pergi bersama Prisilla. Bagaimana harimu? Semoga menyenangkan. Aku selalu merindukanmu."
Ia akan segera pulang ke Batam besok dengan penerbangan pertama.
Ibunya terkejut melihat Nick pulang. Begitu juga dengan Rissa. Kakak tirinya itu akan menginap di rumah selama seminggu karena Charlos sedang tugas ke Amerika.
Keponakan-keponakannya : Cielo dan Cedric tidak begitu menyambutnya. Karena jarang bertemu, mungkin mereka telah melupakan Nick. Sikap mereka cuek sekali pada Nick, tidak mau menyapa apalagi mendekat.
"Nicky? Kenapa kamu bisa pulang lagi, Sayang?" tanya ibunya
"Ya, Ma. Ponsel aku tertinggal."
"Apa? Masa iya karena ponsel kamu sampai pulang lagi? Padahal Mama bisa mengantarkannya melalui ekspedisi." Nick tidak berpikir ke sana. Sebenarnya itu ide yang bagus. Tapi tidak. Ia harus bertemu Milly.
"Nicky sudah punya pacar, Ma," sahut Rissa.
"Benarkah, Sayang?" Mamanya menatapnya penuh harap.
Nick terdiam. Ia melirik Rissa tajam. Kakak tirinya tidak bisa tutup mulut.
"Kamu harus mengenalkannya pada kami." Ibunya meremas tangannya dengan sayang.
"Kita lihat nanti." Ia harus bertemu dulu dengan Milly sekarang. Tapi sebelumnya ia harus mengecas dulu ponselnya sampai penuh.
Siang itu Nick memasak di rumahnya. Ibunya dan Rissa sama sekali tidak bisa memasak. Jadi sudah jadi tugasnya untuk mengurus dapur. Cedric menghampirinya saat di dapur. Dengan malu-malu anak itu mencolek kaki Nick.
"Hai, Jagoan! Kamu mau ikut memasak?" sapa Nick. Cedric langsung kabur. Tak lama kemudian ia mengajak Cielo untuk bergabung mengganggunya. Colekan demi colekan hingga Nick tertawa terbahak-bahak. "Kemarilah! Om Nick akan memakan kalian!" Nick mengejar keponakan-keponakannya hingga mereka tertawa sambil menjerit-jerit.
Sore itu ia datang ke rumah Milly dan rumah itu kosong. Nick memarkirkan motornya di depan gerbang. Ponselnya tidak akan pernah tertinggal lagi. Ia sudah mengecasnya hingga penuh. Nick mengecek sosial medianya sambil menunggu Milly pulang, yang entah kapan pulangnya, ia ingin memberinya kejutan.
Lama kelamaan Instangambar jadi sangat membosankan. Lalu Nick memutuskan untuk menunggunya di taman dekat rumah Milly. Di sana ada kursi taman yang tampak nyaman. Ia mendengarkan musik dengan menggunakan headset-nya sambil memperhatikan kendaraan yang lalu lalang di hadapannya. Sebenarnya kompleks rumah itu agak sepi. Tidak banyak yang bisa dilihat.
Jam tangannya menunjukkan pukul tujuh malam. Perutnya sudah lapar. Benar-benar ide yang buruk menunggu Milly tanpa tahu kapan ia akan pulang.
Akhirnya Nick pergi untuk mencari makan. Ia menyetir motornya menuju ke sebuah restoran Jepang. Sang pelayan mengarahkannya pada sebuah meja dekat bar, lalu menyerahkan buku menu.
Kebanyakan menunya sushi. Saat ini ia sedang tidak ingin makan sushi. Jadi ia memesan Ramen saja. Selesai memesan, Nick kemudian mengecek ponselnya, tidak ada pemberitahuan.
Ia kemudian melihat ke sekeliling. Lalu terkejut dengan apa yang dilihatnya. Milly sedang duduk sendirian, sekitar lima meja di seberangnya. Jodoh pasti bertemu, seperti kata Afgan.
Nick segera menghampirinya. Kekasihnya itu tampak sangat cantik dengan balutan kaus turtleneck kuning. Kalung salib mungil menggantung di dadanya. Rambutnya pirang kecoklatan dibiarkan tergerai. Lipstiknya berwarna pink muda, cocok sekali dengan warna kulitnya.
"Halo, Manis." Nick duduk di sebelahnya, membuat Milly terkejut bagai bertemu setan. Ia terperangah hingga sulit untuk menutup mulutnya.
"Nick..."
Nick tersenyum lebar. "Kamu kaget ya. Tenang saja, ini bukan mimpi. Mau peluk?" Ia membuka tangannya lebar-lebar. Tapi Milly tidak menyambutnya. Kekasihnya pasti terlalu bingung menghadapi kenyataan bahwa Nick nyata di hadapannya. Tanpa menunggu persetujuan Milly, Nick langsung memeluknya, lalu mengecup pipinya. "I miss you."
"I miss you too..." Milly masih terlihat terguncang.
Tiba-tiba seseorang duduk di hadapan mereka. Nick menoleh.
"Martin?"