Chereads / Tiba-tiba ke Dunia Lain (Indonesia) / Chapter 2 - Chapter 01 - Pertarungan hebat.

Chapter 2 - Chapter 01 - Pertarungan hebat.

Jilid 1 ¦ Chapter 01 - Pertarungan hebat.

Pedang tajam bermata tunggal atau ganda, bilah lurus ingin menusuk-nusuk ajalku.

Kedua tanganku tiada henti bergerak kesana kemari menahan serangan bertubi-tubi, dengan dua pedang suci «Claymore» milikku.

Garis tipis di mata ekornya berkurang sedikit. Pada saat bersamaan aku merasakan sentuhan tangan yang dingin menembus jantungku.

Serangan yang saling melukai satu sama lain itu tidak dapat dihentikan. Sampai pada akhirnya, goresan-goresan dan tusukan merusak pelindung zirah kami. Dan ternodai oleh merahnya darah.

Aku segera melompat tersengat kebelakang sebelum pedangnya «Rapier» mulai menyerangku lagi.

"Haah..haa..." 

Aku memaksakan diri untuk melakukan Resonant breathing atau menarik napas dalam lalu menahan napas beberapa detik, kemudian menghembuskan napas selama hitungan detik. Tujuannya agar realisasi tubuh tetap rileks. Namun, sepertinya jantungku berdetak sangat cepat. Dan tanganku penuh dengan keringat dingin yang tidak dapat kurasakan lagi.

Karena merasa tangan berkeringat, aku pun menancapkan kedua pedang ke tanah, dan melepaskannya dari genggaman.

Pada kenyataannya, aku sedang bertarung mempertaruhkan nyawa. Tidak lebih maupun tidak kurang.

Musuh yang kuhadapi saat ini bukanlah musuh sembarangan. Dia sangat kuat dan cepat. Dia dapat mengatur pergerakan tubuhnya dengan baik—mungkin lebih baik di setiap serangan fisik. Dia juga mampu memutar tubuhnya 360° derajat penuh saat dirinya dalam keadaan bahaya.

Selain kuat dan cepat, dia sangat cantik menawan seukuran gadis bangsawan.

"Haah..hah…"

Dia juga terlihat melakukan hal yang sama, yaitu melakukan Resonant breathing dengan posisi terduduk.

Kedua tubuh kami penuh dengan luka darah. Akan tetapi, kami berdua masih sanggup bertahan sampai saat ini. Di antaranya belum tahu siapa yang kalah maupun siapa yang menang.

Pertarungan tersebut merupakan konflik diskriminasi antara kekaisaran dan Kedaulatan Felix. 

Kekaisaran adalah «Imperium» suatu kesatuan politik raya yang mencakup wilayah geograf yang luas, membawahi banyak negara, suku, dan bangsa, yang dipersatukan dan wakilkan oleh (Dewan Kaisar), atau oleh suatu bentuk pemerintahan.

Kedaulatan adalah suatu hak eksklusif untuk menguasai suatu wilayah pemerintahan, masyarakat, atau atas diri sendiri. Terdapat penganut dalam dua teori yaitu berdasarkan pemberian dari Tuhan atau Masyarakat.

konsep kedaulatan terkait dengan suatu pemerintahan yang memiliki kendali penuh urusan dalam negerinya sendiri dalam suatu wilayah atau batas teritorial atau geografisnya, dan diberkahi kekuatan sihir oleh pendiri leluhur mereka.

Aku merupakan salah satu prajurit kekaisaran yang bersumpah darah langsung untuk melindungi wilayah kekaisaran.

Sedangkan, gadis itu merupakan salah satu putri bangsawan dari negeri kedaulatan Felix.

"Sampai kapan semua ini akan berakhir, huh?" Aku mengatakan itu.

"Aku pasti akan membunuhmu." Gadis itu menjawabnya.

Namun, mendengar dari perkataannya. Sejak dimulainya medan pertempuran, aku tidak melihat dirinya membunuh prajurit dari kekaisaran. Dia bahkan hanya melukai mereka saja. Seharusnya, dengan keahliannya itu dia dapat membunuh siapapun secara brutal tanpa berfikir. 

"Kenapa kau tidak membunuhku saja dari tadi? Padahal sedari tadi adalah kesempatan bagimu untuk menyerangku."

"Aku juga merasa lelah, tahu." Ucapnya agak pelan.

"Kalau begitu, bagaimana kita gencatan senjata untuk sementara. Setuju?"

"Ah boleh. Tapi, jangan berfikir kalau aku sepenuhnya percaya denganmu. Bisa saja kamu tiba-tiba menyerangku di saat aku lengah."

"Tidak, tidak. Itu namanya tidak adil, bahkan tidak manusiawi." 

Secara relaksasi kami berdua menghempaskan tubuh ke tanah dan berbaring bersebelahan dengan jarak tak begitu jauh keduanya.

Tanah ini merupakan wilayah perbatasan antara kekaisaran dan Kedaulatan. Tanah yang luas keseluruhannya berupa tanah datar ini biasa digunakan sebagai medan pertempuran. Sampai saat ini, tempat ini merupakan medan peperangan antara dua wilayah.

Bagi kekaisaran dan kedaulatan, ahli bela diri pedang dan senjata api sangatlah penting untuk dijadikan sebagai dasar utama. 

Untuk menguasai satu seni bela diri pun bisa jadi sulit, tapi menguasai semua seni bela diri itu sungguh menakjubkan.

kekuatan pedang berasal dari wujud murni seseorang atau merupakan bakat dari orang tersebut. 

Ahli bela diriku adalah pedang, begitu pula dengan putri bangsawan itu.

[https://pin.it/64sZpb2]

Pedang Claymore adalah pedang bermata dua besar berbentuk huruf V dan komposisi yang tidak diketahui dengan gagang tajam. Selain tajam dan kuat, pedang Claymore juga memiliki daya tahan yang luar biasa tinggi, yang menunjukkan bahwa itu bukan pedang biasa.

Sedangkan putri bangsawan itu memakai pedang berjenis «Rapier»

[https://pin.it/1eJBST6]

Pedang Rapier adalah pedang bermata ganda ramping dan runcing. Pada umumnya mengacu pada pedang berbilah relatif panjang yang ditandai dengan gagang pelindung khas yang dibuat untuk memberikan perlindungan bagi tangan yang memegang pedang. 

Rapier dirancang untuk melakukan serangan tusuk yang cepat dan gesit.

Wajar saja kalau aku tidak bisa mengimbangi kecepatannya, terlebih dia seorang wanita yang lincah dan juga sangat terlatih. Tapi, tetap saja di antara kami berakhir seri.

Di sisi lain, pertempuran di sana tidak ada hentinya. Bunyi pantulan pedang, dan senjata api terdengar jelas di telinga kami berdua. Seluruh area medan perang di selimuti suara gemuruh teriakan dan jeritan dari manusia. 

Hari begitu gelap di siangnya hari, tidak ada satupun cahaya yang tembus menyinari dunia ini. Yang terdapat hanyalah hujan tiada henti. Aku merasa kalau dunia sedang menangis. Hal itu terasa dari suasana dingin berkecamuk menusuk tulang-tulangku.

Wajah dan tubuhku menjadi basah kuyup bercampur air darah. 

Rasanya sangat pedih, tulang-tulang jemariku terasa mencekam kaku. Aku ingat sejak di mulainya peperangan, aku tidak pernah melepaskan pedangku dari genggaman tangan.

"Khuk, khuk.. khuk!" Gadis bangsawan itu terbatuk sembari menutupi mulutnya dengan kedua tangan.

Setelah itu, dia membuka kembali mulutnya yg tertutup dan secara terkejut aku melihat di tangannya segumpalan darah. Namun, gadis bangsawan itu memilih untuk mengambil pedangnya dan bangkit dari relaksasinya.

"Mari kita akhiri sekarang juga." Tangan kakinya bergemetar.

Mendengar ucapan itu, aku juga berusaha untuk bangkit mengambil kedua pedang suciku yang tertancap di tanah. 

Setelah mengambil kedua pedang suciku, keseimbangan tubuhku menjadi kurang stabil. Badanku terasa melayang-layang, tapi kupaksakan untuk tetap berdiri tegak menghadapinya.

"Ini merupakan pertarungan terakhir kita."

Aku berfikir tentang bagaimana nantinya dunia di masa depan setelah kematian menjemput.

Kita tahu bahwa pertarungan di garis depan akan sangat panjang, tetapi selalu ingat bahwa rintangan apapun yang ada dijala kita, tidak ada yang dapat menghalangi jalan atas jutaan orang yang menyuarakan perubahan.

"Pertarungan hebat, yang pernah ada." Lanjutku dengan kepercayaan.

Pertarungan yang hebat adalah dengan pesaing terkuatmu yang memiliki motivasi besar. Ketika kamu menang dengan mudah, itu bukan rasa yang sama. Kesakitan membuatku berpikir. Pikiran membuat seseorang bijaksana. Kebijaksanaan membuat kita bisa bertahan dalam hidup.

Pada akhirnya, darah yang kutumpahkan memiliki arti kehidupan yang penting. Betapa menyakitkan hidup di era deformasi[1] dalam perbedaan ideologi. Akan tetapi, apakah itu benar?

Sebelum memulai pertarungan terakhir kami. Aku menyempatkan diri untuk bertanya tentang sesuatu padanya. Pertanyaan yang memungkinkan menimbulkan jawaban untuk terakhir kalinya.

"Sebelum itu, ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu."

"Katakan saja." Gadis bangsawan itu mendengarkannya.

"Bagimu, hidup itu apa?"

Pertanyaan yang tidak memicu seseorang pada hal apapun. Aku sangat penasaran dengan jawaban dari orang lain. Di medan pertempuran, pasti semua orang memikirkan hal yang sama. Hal yang membuat mereka ikut bertarung, mempertaruhkan segalanya, dan pengorbanan. Pasti mereka semua ingin hidup lebih lama, dan tidak ingin mati sia-sia.

"Menurutku, hidup adalah pertarungan dimana telapak tangan ada di surga." Jawabnya.

Mungkin aku juga sependapat dengannya. Bahwa kehidupan merupakan pertarungan dengan tujuan yang sama. Bila hidup ini memang pertarungan, kita baru tahu siapa yang menang dan kalah di akhir kehidupan. Selama kita masih bernapas, masih ada kesempatan untuk menang. 

Tapi bukan kehidupan itu yang kuinginkan. Aku ingin merasakan hidup dimana seseorang terdekat tertawa, dan saling mencintai satu sama lain.

"Lalu, apa pendapatmu?" Gadis bangsawan itu bertanya balik dengan maksud yang sama.

"Hidup adalah dimana seseorang dapat menembus pertahanan lawannya." 

Gadis bangsawan itu terlihat terkekeh. Tertawa dengan perut yang bergetar, wajah berkerut dan gesture tubuh sedikit membusung ke depan. Di lihat dari ekspresinya, orang ini sedang mencoba menjaga imagenya sebagai putri bangsawan.

"Apa-apaan itu?"

"Mungkin, candaan di saat-saat terakhir? Malu tidak ada gunanya juga sih."

Gadis bangsawan itu tersenyum lepas.

Rasanya suasana yang begitu suram yang tadi, telah menyingkir dari pikiran kami berdua di sana. Meskipun kami berdiri di tengah buyurnya hujan, perasaan kami tidak memicu suasana.

"Mari kita selesaikan pertarungan terakhir ini, Kitarou shin—tidak. Ksatria pendekar pedang, Kitarou."

"Yah, kau benar, Elizabeth. Mari kita akhiri pertarungan ini."

"Kalau begitu Kitarou, tunjukkan seluruh kekuatanmu sebagai Ksatria pendekar pedang. Kali ini aku akan mengerahkan semua kekuatan yang kumiliki, untuk pertarungan terakhir ini."

"Baiklah. Kalau begitu, Elizabeth. Ini merupakan pertarungan terakhir kita yang ke-10, jadi kali ini, aku benar-benar akan serius.

Aku mengubah posisi dual-swords satu tangan kanan berada di atas kepala, dan tangan kiri sejajar dengan bagian tubuhku sambil memperhatikan musuh.

Dengan sikap tegak dan siaga, ini merupakan bentuk dari pertahanan.

Kedaulatan Felix mempunyai gelombang spirit yang menimbulkan kekuatan misterius yang di sebut «Mahō» atau sihir. 

Kekuatan sihir berasal dari perkumpulan stimulasi tubuh, dengan konsentrasi tinggi dan mengatur pernafasan, lalu mengeluarkannya melalui titik tertentu.

Pada dasarnya, kekuatan sihir merupakan kekuatan magis yang terbatas. Artinya hanya para penyihir yang dapat menggunakan kekuatan tersebut. Ada tiga cara penyihir dapat mengembangkan kemampuan magis mereka: bakat alami, kerja keras, dan mengalami situasi hidup atau mati.

Adapun atribut sihir, tidak seperti mana yang ada di alam, mereka yang berada di dalam mage memiliki afinitas terhadap atribut «Zokusei/Atribut». Atribut ini adalah salah satu aspek yang membedakan satu penyihir dari yang lain.

"Wahai roh air, jawablah panggilanku. Berikanlah aku kekuatanmu. taklukan mereka, dan mekarlah mawar biru pembeku…" 

"Hawa ini…" aku baru saja merasakan firasat yang buruk.

Pedang Rapier Elizabeth berubah menjadi biru dan mengeluarkan aura yang diselubungi oleh es bermekaran.

Hawa di area ini terasa sangat berbeda daripada sebelumnya. 

"Teknik pelepasan, mantra es abadi. Bekukan!"

"Teknik itu!? Pelepasan?" Gumamku.

Teknik pelepasan merupakan jurus kendali penuh melalui energi sihir dalam jumlah yang sangat besar. Jurus kendali penuh mempunyai gelombang frekuensi dalam jangkauan yang lumayan luas.

Serangannya berpengaruh pada semua objek dan langsung membekukannya. Jika aku terkena secara langsung pembekuan maka, aku tidak akan bisa bergerak lagi dan kemungkinan aku akan dipecahkan berkeping-keping.

Selain itu, teknik pelepasan juga memiliki efek samping bagi penggunanya. Teknik seperti itu akan menyerap banyak energi kehidupan. Sebagai gantinya, merubah energi kehidupan menjadi energi sihir. Setelah energi kehidupan habis diserap, si penggunanya akan merasa pusing dan kelelahan.

Aku telah menemukan jalan untuk menghindari serangannya. Yaitu satu-satunya cara adalah melompat setinggi-tingginya.

"...." wajahku seketika muram.

Seperti dugaanku, area di sini langsung membeku menjadi es berwarna biru muda. Jarak pelepasannya, mungkin 100 Meter dari posisiku sekarang.

Untungnya aku secara refleks melompat untuk beberapa detik sebelum pelepasan. Lalu mendarat lagi ke tanah.

"Hah...hah..." 

Elizabeth sepertinya kehabisan energinya. Dan terlihat membungkuk kelelahan dan berkeringat.

"Sepertinya, teknik itu menyerap banyak energi kehidupan milikmu."

"Iya, tapi ini masih belum berakhir." 

Elizabeth mengubah posisi longsword satu tangan kanannya, dan tangan kiri sejajar dengan dadanya untuk melihat target.

Aku juga langsung merubah posisi dualsword membentuk sudut siku satu tangan di atas kepala, dan tangan kiri sejajar dengan bagian tengah tubuh. 

Kedua mata kami saling bertatapan dan saling berhadapan. 

Kumundurkan selangkah kaki ke belakang, kaki kiri sebagai tumpuan. Ku Eratkan genggaman kedua pedangku, dan segera melesat ke depan. Begitu juga dengan Elizabeth, dia terlihat menargetkan ujung pedangnya mengarahku. Dan melesat ke depan.

Angin seketika bertiup dengan guyurnya hujan. Tanah yang berubah menjadi es itu kuinjak dengan keras. Terdengar bunyi retakan di bawah kakiku, mengeluarkan hawa dingin yang menghembus.

"Kraaahh!!"

Bersamaan dengan teriakan yang keras tersebut aku dan Elizabeth saling menerjang maju. «Claymore» milikku membentuk cerminan yang memperlihatkan disana terdapat wajah cantiknya. Sebuah cahaya dan aura biru muda menyilaukan menyala dari pedang Elizabeth. Sebuah Kemampuan pedang [Sword Skill] kelas atas dari pedang «Crescent Element» saling membentur dan bergesekan. Sword Skill kelas atas yang dapat menebas jarak 5 meter dalam waktu 0,4 detik.

"Ha...!!"

Aku telah menambah jarak begitu dekat untuk menciptakan situasi agar kedua pedang kami saling bertemu. Seketika aku tidak sengaja mencium bau harum dari shampoo yang di pakainya.

Bersamaan kedua mata kami saling bertemu dan bertatap kosong. 

Mata tipis ungu kecerahan itu bisa kutatap dengan mata terbuka. Sekaligus menatap kecantikan dari sang putri bangsawan. Wajahnya begitu halus dan putih, bibirnya berwarna merah muda lumayan natural. Dan rambutnya hanya menyampai setengah bahu bewarna kilau kemerahan.

Masih berada di situasi menahan pedang satu sama lain. Dan saling menghela napas.

"Khh...hh.."

Akan tetapi, di tengah pertarungan kami secara misterius lingkaran cahaya yang menyilaukan muncul di bawah kaki kami berdua. Masih dalam posisi yang sama yaitu saling menahan pedang. Aku pun bertanya padanya, kukira ini adalah kemampuan sihir milik Elizabeth yang tersembunyi.

Aku sama sekali tidak bisa menghindar. Jika aku melepaskan pertahanan, dia bisa langsung menusukku. Namun, jika aku menahannya beberapa waktu kedepan, lingkaran sihir yang berada di bawahku ini mungkin saja adalah ledakan. Akan tetapi, jika benar ini merupakan lingkaran sihir yang di buat olehnya, mengapa dia tidak menghindar? Apa dia ingin mati bersamaku? Mungkin saja, itu adalah pilihan yang tetap.

"Apa kau yang melakukannya?"

"Bukan! Itu bukan aku." Elizabeth menjawabnya tergesa.

"Lalu, apa ini? Apa yang terjadi?"

"....."

Spontan kami berdua kebingungan dan tidak sempat berpikir.

Semakin lama, lingkaran sihir itu mengeluarkan cahaya yang menyilaukan mata tapi kami berdua tidak merasakan sedikitpun kesakitan.

Yang hanya kami lakukan adalah diam dan mencengangkan.

Karena merasa situasi agak aneh di sini, aku melemahkan ketahanan pedangku dan memutuskan untuk menurunkan senjata. Hal yang sama juga di lakukan Elizabeth.

"A—Apa-apaan ini!?"

Aku dengan refleks memundurkan selangkah kaki kiri sejajar ke belakang. Namun, sesuatu yang aneh lain terjadi secara spontan.

"Eh?"

Lingkaran cahaya itu mengikuti diriku, seiring tubuhku bergerak ataupun berpindah posisi. Kemanapun aku bergerak ataupun berpindah posisi, lingkaran cahaya itu sangat terfokus dengan diriku saja.

"Hei— tunggu! Pertarungan kita masih belum berakhir."

Elizabeth berjalan mengarah padaku yang jaraknya tidak begitu jauh. 

"Elizabeth, menjauhlah! Benda ini sepertinya hanya terfokus dengan diriku saja."

Dia pun menghentikan langkahnya tepat berhadapan denganku di luar jangkauan lingkaran sihir.

Wajahnya begitu pahit, seperti tidak terlihat begitu senang. Bibir lembutnya begitu datar tak bisa berucap. Matanya sesekali menipis dan alisnya terlihat seperti menurun sesaat.

"Apa... apa kau, akan meninggalkanku sendirian?" Ucapnya dengan nada kecil Elizabeth.

"Kau ini sedang bicara apa!? Bukankah seharusnya kau senang kalau aku mati duluan?"

Di saat seperti ini, aku berpikir, kalau aku sangat menyukai dirinya. Kami berdua telah melewati 10 kali peperangan hebat yang terjadi setiap setahun sekali. Awal pertemuan kami di medan pertempuran adalah tahun 2067 sewaktu kami masih kecil berusia 8 tahun s/d hari ini merupakan pertarungan terakhir juga akhir pertemuan kami tahun 2077. 

10 tahun telah berlalu begitu saja. Aku hanya bisa bertemu dengannya di medan pertempuran. Jarak antara kami berdua begitu jauh, tidak ada yang bisa menyampainya.

Kami terlahir di tempat yang berbeda, golongan yang berbeda dan di tanah yang berbeda.

Sejak bertahun-tahun lamanya, kekaisaran antara kedaulatan Felix saling berkecamuk dan menghancurkan satu sama lain.

Hal itu baru saja kusadari, bahwa aku telah menyukai sosok putri bangsawan ini. Selain kuat dan berparas cantik, Elizabeth juga mempunyai impian yang hampir sama denganku yaitu, menciptakan perdamaian dunia.

Impianku adalah Negosiasi perdamaian Dunia. 

Namun, semua itu rasanya mustahil untuk di wujudkan, bahkan melakukannya saja sangat dangkal dan sulit. Bagaimana kita dapat menemukan perdamaian itu? Hingga sekarang jawabannya masih tidak ada.

"Kitarou!"

Lingkaran sihir itu mulai membentuk penghalang di selubungi cahaya suci yang menyilaukan.

Aku terkejut ketika Elizabeth melompat ke arahku dan memegang erat lengan kananku. Kini, Elizabeth berada di sampingku, di sisi lain yang awalnya terlihat membentuk lingkaran sihir, kini telah menjadi penghalang setinggi tubuh manusia.

Di saat yang tepat, diwaktu bersamaan.

Aku dan Elizabeth di kejutkan oleh ledakan cahaya jingga yang terbentuk seperti kilat. Menyambar namun tidak terasa sakit, akan tetapi akibat gelombang kejut itu, membuat kami berdua kehilangan kesadaran, lalu pingsan.

Berlanjut... 

[1] deformasi, (perubahan dari yang baik menjadi kurang baik).

Note; selalu berikan dukungan pada Authornya, dengan cara memberikan «vote» kalian. Agar si Author lebih bersemangat dalam melanjutkan ceritanya!