Markas Fight 4 Real, Kamar Tidur No. 4....
Aku langsung meneliti surat yang diberikan oleh Hinako-sensei. Pesan ini ternyata tidak main-main. Ancamannya cukup terasa dan menusuk di pori-poriku.
Mungkin itulah yang menggambarkan aura di balik surat kaleng tersebut..... aura hitam pekat....
Brak!!!
Brak!!!
Tiba-tiba, sepasang telingaku menangkap sebuah suara gebrakan di luar kamar. Manik kuning milikku menoleh ke arah pintu kamarku. Suara apa itu??? Apa ada masalah di luar???
"Hotaru-senpai? Kakeru-senpai? Hikari-chan?"
("Tenangkan dirimu Hotaru-senpai!!! Tidak baik melakukan ini pada Konomi-san, dia kan masih baru.")
("Iya, Kakeru-senpai benar, Hotaru-senpai.")
("Diam, kalian berdua!!!)
Suara keributan yang mereka ciptakan membuatku semakin ketakutan. Pasalnya, belum pernah ada yang seperti ini di rumah. Aku memberanikan diri untuk membuka pintu kamarku sendiri. Keringatku mulai bercucuran dan bulu kudukku meremang. Kuharap tidak ada kejadian apapun hari ini.
Cklek!!!
"Hotaru-senpai? Kakeru-senpai? Hikari-chan?"
"Konomi-san, awas di atasmu!!!"
Manik kuning milikku menangkap sebuah bayangan yang tidak kukenali sama sekali. Jangan-jangan.... ini yang dikatakan Kakeru-senpai??!!
"Eh?"
"Cepat menghindar, Konomi-senpai!!!"
Bayangan tersebut langsung melesat ke arahku. Akupun langsung menutup pintu kamarku dan tak lupa kukunci. Sungguh di luar dugaan, di markas Fight 4 Real ada hantu dan kenapa aku tidak bisa merasakan auranya?? Jangan-jangan....
"Ternyata kau menyadarinya, Asahina Konomi."
Manik kuning milikku melirik ke arah belakang dan langsung membulat sempurna "He? Ho-Hotaru-senpai??"
Tanpa berpikir panjang, pemuda yang menjadi bayangan tersebut menarikku dalam pelukannya dan aku merasakan sesuatu yang menancap di leherku. Tancapan tersebut sangat terasa di leherku dan banyak darah di sekitar leherku.
"Akh.... senpai...."
Pemuda tersebut menyudahi perbuatannya dan menatap manik kuning milikku dengan manik gandanya. Aku tidak menyangka bahwa ketua Fight 4 Real yang terlihat berkharisma ternyata seorang vampire.
"Senpai, apa kau seorang vampire?"
"Tidak, Konomi. Aku hanya manusia biasa, namun memiliki darah vampire."
Hening sejenak....
Jeda lama sekali....
"Yang benar?"
"Aish, tentu saja." Lalu, manik ganda milik Hotaru-senpai melirik ke arah meja yang berisi banyak berkas, lalu kembali menatapku sejenak "Apa kau bisa menjelaskan sebenarnya? Yang kau sembunyikan dari kami?"
Deg!!!
Tiba-tiba jantungku berdetak dengan kencang. Sial, aku ketahuan!!! Betapa cerobohnya aku dan.... salah siapa menggunakan teleport masuk ke dalam kamarku??!!
"Nee... Hotaru-senpai.... "
"Hn, apa?"
"Bisakah kau teleport keluar dari sini??"
Tanpa dia sadari, aku menyelipkan sebuah benda yang menjadi senjata andalanku, yaitu tongkat besi yang pernah kupakai untuk memukul berandalan tersebut. Hotaru-senpai sepertinya menyadari apa yang terjadi padanya dan menarikku dalam pelukannya serta membuang tongkat tersebut dari tanganku.
Trang!!!
"Ho-Hotaru-senpai...."
"Bawa saja berkasmu keluar, aku tunggu di luar kamarmu."
Wush!!!
Dalam sekejap mata, Hotaru-senpai menghilang dari hadapanku dan sesuai permintaannya, aku membawa berkas dan keluar dari kamarku. Kurasa saatnya sidang Fight 4 Real.
Blam!!!
****
"Ini berkas yang kuselidiki hari ini, Hotaru-senpai."
Aku menyerahkan beberapa lembar kertas pada pemuda bersurai hitam dan bermanik coklat tersebut. Aku melihat manik gandanya sudah tidak ada, berarti dia sudah kembali normal. Namun kulihat raut wajah Hotaru-senpai mulai mengeras.
"Hotaru-senpai?"
"Konomi, kenapa kau tidak mengatakannya padaku sejak awal?" Tatapan Hotaru-senpai mulai menatapku kaget "Kasus ini.... tidak, Chisuga Hinako adalah ibuku."
Hening sejenak....
Jeda lama sekali....
"HAAH??!!"
Kami bertiga langsung terkejut mendengar pengakuan dari Hotaru-senpai. Astaga, berarti 'punya masalah dengan keluarga sejak kecil' yang tertulis di datanya itu.... adalah ini??!!
"Aku tahu Kakeru juga mencuri data pribadiku dari kamarku."
"Ma-maafkan aku...." akhirnya Kakeru-senpai mengaku.
"Tidak, Hotaru-senpai. Aku yang meminta Kakeru-senpai untuk mengambil data pribadimu karena ada kaitannya dengan kejadian 3 tahun yang lalu."
"3 tahun yang lalu??" mereka bertiga membeo bersamaan.
"Aish, kasus penembakan di taman Kurozawa itu."
Tiba-tiba, Hotaru-senpai teringat luka di lengannya tersebut "Sepertinya aku juga pernah ada di lokasi, tapi apa hubungannya dengan kasus surat kaleng ini? Apa ada musuh di dalam sekolahmu, Konomi?"
"Emm.... mungkin."
Suasana yang baru saja tegang tersebut berubah menjadi hening. Kulihat Hotaru-senpai hanya menghela nafas sejenak "Konomi, jika ada pelaku di dalam sekolahmu, kau selidiki saja sendiri. Soal kasus 3 tahun yang lalu, biar kami yang menanganinya."
"Hmm.... iya, senpai."
"Dan satu hal?"
"Eh? Memangnya ada apa lagi, senpai?"
Hotaru-senpai menutup matanya dan menampakkan manik ganda miliknya dengan tenang "Apapun yang terjadi di kelompok Fight 4 Real, jangan sampai dunia luar tahu. Ini demi kebaikan kami semua."
"Baik."
"Kebaikan kami semua?" Aku mulai memiringkan kepala bingung "Memangnya kenapa?"
"Konomi, kau tahu bahwa Fight 4 Real berbaur dengan masyarakat umum agar mereka tidak curiga pada kemampuan khusus yang kita miliki."
Aku hanya mengangguk paham mendengar penjelasan Hotaru-senpai. Menurutku, lebih baik kesampingkan masalah internal ini "Mohon kerja samanya."
****
Taman Kurozawa, 16.00 PM....
Aku dan Hikari memulai penyelidikan di tamat Kurozawa, sebuah taman yang pernah menjadi lokasi penembakan dan aku ingat, tempat ini adalah tempat pertama kali aku bertemu dengan seorang pemuda berpakaian seragam laki-laki SMA Kirishima.
Kuharap kelak pemuda itu bisa kutemukan....
"Sudah 3 tahun ya.... "
"Konomi-senpai, sekarang apa yang harus kita lakukan?"
Aku tidak menjawab pertanyaan Hikari dan melangkahkan kakiku ke arah lubang ledakan 3 tahun yang lalu.
"Konomi-senpai?"
"Hikari-chan, cepat kemari."
Dengan cepat, Hikari menghampiriku dan ikut menatap lubang tersebut. Lubang yang kuselidiki berdiameter 15 cm dan darah-darah yang sudah mengering tidak terlihat lagi.
"Ini lubang bekas tembakan 3 tahun yang lalu kah?"
"Tentu saja, Hikari-chan. Banyak korban luka-luka dan salah satunya.... pemuda SMA yang menolongku hingga lengannya terluka." Akupun langsung memalingkan pandanganku ke arah lain soal penyelamatku.
"Oh, begitu ya." Hikaripun langsung berpikir sejenak "Hotaru-senpai pernah bilang bahwa 3 tahun yang lalu, dia menolong seorang gadis SMP hingga dia terluka."
Hotaru-senpai mengatakan seperti itu??
Jangan-jangan.... pemuda SMA 3 tahun yang lalu itu adalah Hotaru-senpai sendiri??!!
Kalau begitu.... berarti aku dekat dengan penyelamatku sendiri!!!
Wush!!!
Dua pasang manik yang berbeda warna tersebut melihat ke arah 2 orang yang memakai pakaian serba hitam hingga tidak terlihat wajah mereka. Aku dan Hikari langsung memasang posisi siaga.
"Hikari-chan, ilmu bela diriku tidak sempurna, jadi tolong ya...."
"Jangan khawatir, Konomi-senpai."
Hikari mengeluarkan hologram railgun miliknya dan muncul sabit bertangkai panjang seperti sabit dewa kematian. Aura Hikari cukup kejam hingga bulu kudukku berdiri. Ternyata, di balik sifat cerianya, dia sungguh menakutkan.
"Nah, kurasa aku bisa menebas kalian berdua."
"He?"
Si Jubah Hitam yang bertubuh tinggi tersebut mengeluarkan kemampuan khusus yang berupa bunga sakura dan membentuk pedang yang cukup besar. Si Jubah Hitam yang bertubuh pendek tersebut hanya diam saja. Tidak, bisa-bisa kami kalah telak!!!
"Nee. .. Hikari-chan.... "
"Yosh, rasakan ini!!!" Hikari langsung mengayunkan sabit miliknya ke arah Si Jubah Hitam tersebut.
"Eh.... tu-tunggu dulu.... "
Trang!!!
Trang!!!
Duak!!!
Kedua senjata tersebut beradu dan kurasakan aura si Jubah Hitam yang hampir mirip dengan aura adikku yang hilang 4 tahun yang lalu. Apa jangan-jangan.... dia Kazuya??
Trang!!!
Dor!!!
Tiba-tiba ada suara tembakan dari jauh dan pandangan mereka teralihkan. Di saat yang sama, tanganku dan Hikari dicekal dan kamipun menghilang dengan menggunakan teleport.
Uhh.... aku benci teleport....
Splash!!!
"Mereka pergi, Kazuya-kun. Apa kita perlu mengejar mereka?"
"Tidak perlu, Reina." Pemuda tersebut memungut kalung bertuliskan huruf K. A tersebut "Karena aku baru saja merasakan aura kakakku, Asahina Konomi."
Hening sejenak....
Jeda lama sekali....
"Begitu ya.... semoga saja kau bisa bertemu dengan keluargamu, Kazuya-kun."
"Ya, kaupun juga, Reina."