Markas Fight 4 Real....
Splash!!!
Duak!!!
Akhirnya aku dan Hikari kembali ke markas Fight 4 Real. Manik kuning milikku menangkap Hotaru-senpai yang berdiri di hadapan kami berdua dengan raut wajah marah.... Tunggu dulu, marah??!! Jangan-jangan....
Pletak!!!
Pletak!!!
"Aduuh.... " aku dan Hikari memegangi kepala kami berdua masing-masing akibat jitakan sang ketua.
"Apa kalian sadar perbuatan kalian sendiri?" Tatapan Hotaru-senpai semakin menusuk "Yuzunashi Hikari, kau sudah kuperingatkan tentang ini bukan? Untuk Asahina Konomi, kau kuperingatkan untuk tidak mencari masalah kecuali jika terdesak."
"Maaf, senpai."
"Baik."
Pada akhirnya, kami berdua diceramahi habis-habisan....
Cklek!!!
"Sudah, sudah, ini sudah menjelang malam. Senpai, bisakah kita bahas nanti saja?"
Lagi-lagi Kakeru-senpai datang menolong kami dari amukan Hotaru-senpai. Akhirnya, kami berdua selamat dari maut yang nyaris menerjang kami. Benar-benar malaikat pelindung kami.
"Hn, kurasa ucapan Kakeru ada benarnya." Hotaru-senpai mulai menghela nafas sejenak "Aku tidak menyangka kejadian 3 tahun yang lalu pengaruhnya besar sekali."
Pengaruh kejadian 3 tahun yang lalu??
Atau masalah pribadi??
Kurasa, aku telah menemukan jawabannya meskipun hanya sedikit....
"Hotaru-senpai, kau alumni SMA Kirishima kan?"
"Ya, memangnya kenapa?"
Aku hanya tersenyum nyengir pada mereka bertiga. Ya, kakak kelasku adalah saksi yang paling akurat dalam kasus manapun "Serahkan semuanya padaku."
"Apa kau yakin, Konomi?"
"Tentu saja."
Mereka bertiga saling berpandangan, lalu menatapku dengan tiga pasang manik yang berbeda tersebut.
"Jika butuh apa-apa, hubungi kami, Asahina Konomi."
****
SMA Kirishima, Koridor Kelas....
Drap drap drap....
Langkah kakiku terarah ke sebuah kelas di mana senior yang menjadi saksi fakta berada, yaitu kelas 3-1. Saksi yang kumaksud adalah Ayazune Naoto, saksi yang melihat secara tidak langsung kejadian-kejadian yang aneh akhir-akhir ini.
Tap!!!
Langkah kakiku terhenti di depan pintu sebuah kelas yang menurutku sangat tidak asing, yaitu kelas 3-1
"Yosh, terungkap juga dirimu, Ayazune Naoto."
Tap tap tap....
"Lho, bukankah kau anak kelas 1? Sedang apa kau di depan kelas 3-1?
Manik kuning milikku melirik seorang pemuda bersurai coklat dan bermanis hijau muda. Ya, dialah yang kucari.... saksi dari kasus surat ancaman di SMA Kirishima, Ayazune Naoto.
" Apa senpai bernama Ayazune dari kelas 3-1?"
"Benar, aku Ayazune Naoto. Ada apa ya?"
Akupun menghampiri pemuda tersebut dengan tenang "Saya Asahina Konomi dari kelas 1-3 dan aku butuh kesaksian senpai untuk kasus Chisuga Hinako-sensei." tatapanku langsung berubah menjadi serius "Kasus surat ancaman."
Hening sejenak....
Jeda lama sekali....
"Konomi-chan, coba kau lihat di sebelah kananmu."
"Eh, memangnya kenapa?"
"Lihat saja."
Manik kuning milikku beralih pada dinding mading di sebelahku dan dalam sekejap mata, manik kuningku langsung membulat sempurna. Sebuah coretan yang ditulis dengan tinta merah atau lebih tepatnya cat merah. Astaga, inikah yang dilakukan padanya.
SIAPAPUN YANG BERHUBUNGAN DENGAN CHISUGA HINAKO, NYAWA KALIAN AKAN MELAYANG!!!
JANGAN BERHUBUNGAN BAIK DENGAN CHISUGA HINAKO ATAU KUKIRIM KEPALA KALIAN KE RUMAH KALIAN
Hening sejenak....
Jeda lama sekali....
"Ini ancamannya, senpai?" Aku hanya menaikkan sebelah alisku pada Naoto-senpai.
"Bukan hanya itu, Konomi-chan. Di lantai tempat kelas 2, kaca jendela kelas 2-5 dipecah hingga 2 orang mengalami luka-luka."
"Apa ada bukti lain?"
Naoto-senpai mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sepucuk surat yang dilipat rapi, namun terlihat lusuh. Surat tersebut diserahkan padaku "Ini surat ancaman yang lain."
Surat ancaman lain?? Wah, ternyata pelakunya hendak mengibarkan bendera perang padaku. Aku langsung menerima surat tersebut dari tangan Naoto-senpai tanpa berpikir panjang.
"Terima kasih, senpai. Aku akan menanganinya sekuat tenaga." Lalu, aku membungkukkan badanku sendiri dan pergi meninggalkan pemuda bersurai tersebut.
"Aku mengandalkanmu, Konomi-chan."
****
"Itu yang dikatakan padamu dari kakak kelasmu, Konomi?"
"Iya, senpai. Dia melihat secara langsung kejadian itu."
Kulihat Hotaru-senpai, Kakeru-senpai dan Hikari mulai melihat bukti-bukti yang kukumpulkan dari Naoto-senpai dengan serius. Tatapan mereka bertiga beralih padaku.
"Aku dan yang lainnya juga sudah meminta mata-mata kami untuk mengawasi gerak-gerik pelakunya." Lalu, helaan nafas pemuda bersurai hitam dan bermanik coklat tersebut terdengar "Apa kau sudah mengetahui siapa pelakunya?"
"Kawada Yusa, teman sekelasku."
"Kenapa kau berpikir dia pelakunya, Konomi-san?"
"Iya, senpai."
Wah, semua itu semakin rumit saja "Alibinya terlalu sempurna dan aku mencurigai gerak-geriknya bertemu dengan para pembunuh bayaran. Aku curiga mereka dibayar untuk membunuh Hinako-sensei."
"Masuk akal juga, Konomi."
"Lalu, kalau boleh tahu, siapa mata-mata kalian?" Aku penasaran dengan mata-mata yang bekerja untuk Fight 4 Real.
"Kau yakin, Konomi-san? Dia ada di sekitarmu lho."
"Ha?"
"Yumehara Sekirei, teman sekelasmu."
Hening sejenak....
Jeda lama sekali....
"HEE??!! SE-SEKIREI-KUN???!!" Aku tidak percaya bahwa teman dekatku adalah mata-mata yang bekerja untuk Fight 4 Real.
"Hn sudah kuduga." Hotaru-senpai meletakkan sebuah hologram berbentuk hampir mirip pedang "Ini senjatamu, Konomi."
Aku mengambil hologram tersebut dan dalam sekejap mata, hologram berubah menjadi sebuah katana hitam. Wow, seperti sihir saja.
"Itu bisa kau gunakan jika terlibat pertarungan, Konomi."
"Terima kasih, senpai. Aku akan berusaha sekuat tenaga."
"Ya, kami mengandalkanmu, Asahina Konomi."
****
SMA Kirishima, Class 1-3....
Saat jam istirahat tiba aku berbisik pada ketua kelasku, Nagazawa Akino untuk menahan mereka semua. Gadis bersurai biru tua tersebut mengangguk paham dan memberi kode pada wakil ketua kelasku, Mitsumiya Ayato untuk mengurus semuanya.
Grak!!!
Grak!!!
Semua pintu sudah tertutup rapat. Para siswa yang berada di kelas mulai bingung dengan tindakan Akino dan Ayato untuk menahan mereka semua. Kerja bagus.
"Ada apa ini??"
"Akino, Ayato, sebenarnya ada apa ini?"
Tap tap tap....
Sret!!!
"Semua ini atas permintaanku." Akupun langsung berdiri di depan kelas sambil melirik ke arah Yusa sejenak. Terlalu tenang untuk seorang perusuh "Ada hal yang ingin kukatakan."
Jeda sejenak....
"Aku merasa di antara kita ada perusuh di balik surat kaleng ancaman yang terjadi pada Chisuga-sensei dan kasus penembakan di taman Kurozawa yang tengah diselidiki oleh kakakku. Mohon kerja samanya."
"Baiklah."
Aku hanya tersenyum dan membeberkan foto-foto yang berisi semua kejadian yang terjadi selama 4 tahun hingga sekarang. Aku berterima kasih pada Naoto-senpai karena sudah memberikan foto-foto ini.
"Ini adalah foto-foto tentang kejadian yang terjadi akhir-akhir ini." Akupun mulai menghela nafas "Dan semua ini mengarah pada seseorang."
"Seseorang?"
"Ya, dia juga menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh Chisuga-sensei namun tidak berhasil."
"Lalu, kejadian di taman Kurozawa? Bukankah tidak ada korban jiwa?"
"12 korban luka-luka."
Ayolah.... tanya tentang surat itu....
"Untuk apa pelaku mengirim surat itu pada Chisuga-sensei?"
"Dan coretan-coretan di mading?"
Aku hanya menghela nafas untuk mengatur nafasku yang tidak beraturan akibat barusan "Tujuannya adalah mengusir Chisuga-sendei dari kota tersebut dan juga.... jika mereka bisa, mereka akan membunuh beliau dan anak beliau yang menghilang 12 tahun yang lalu."
Mengingat aku dengan seenak jidat membaca data Hotaru-senpai, kemungkinan ada kaitannya dengannya. Kulihat reaksi mereka cukup tegang, termasuk Yusa. Gerak-geriknya sangat mencurigakan dan kurasa memang dia dan keluarganya adalah dalang di balik kejadian tersebut.
"Dan pelakunya adalah.... " Aku menjeda ucapanku sendiri ".... adalah Kawada Yusa."
Hening sejenak....
Jeda lama sekali....
"HAAH??!! YUSA??!!"
"A-aku?? Aku yakin kau bercanda, Konomi. Jangan bilang kau dendam padaku karena ejekanku padamu ya??" Yusa mulai mengelak karena alasan aku dendam padanya.
Tidak masuk akal sekali....
Tatapanku berubah menjadi tajam dan suasananya berubah menjadi seram "Karena aku tahu bahwa pembunuh bayaranmu ada di depan sekolah, Kawada Yusa."