"A-apa maksudmu, Konomi? A-aku tidak tahu apa-apa."
"Oh, begitu ya."
Aku melangkahkan kakiku ke arah bangku Yusa dengan tatapan tajam. Ya, bisa kalian bayangkan saja setajam apa "Yusa, manusia penuh dengan kebohongan. Apa kau pernah dengar itu?"
"Tentu saja. Memangnya kenapa?"
"Aku merasa kau berbohong."
Yusa langsung tersenyum dan aku mengenal senyuman itu. Senyuman licik seorang penjahat. Untung aku sudah menghubungi Hotaru-senpai jika sudah terdesak.
"Akino-chan, Ayato-kun, bawa mereka semua pergi dari sini."
"Ta-tapi, Konomi.... "
"Kalian tidak mau nyawa kalian melayang di sini kan?"
Akino dan Ayato langsung diam saja dan mengungsikan seluruh penghuni kelas 1-3, termasuk Sekirei dan Wakana. Mereka berdua membuka pintu kelas dan menatap kami semua.
"Teman-teman, kemungkinan akan terjadi duel. Kita selamatkan diri dulu."
" Bagaimana dengan Konomi?"
"Dia baik-baik saja. Sekarang kita selamatkan diri dulu!!!"
Mereka semua berhamburan keluar kelas. Wakana melihat diriku berhadapan dengan Yusa dengan tatapan penuh harap.
"Semoga kau selamat, Asahina-san."
"Ayo, Wakana!!!"
Drap drap drap....
Seisi kelas sudah kosong dan tinggal kami berdua di dalam kelas. Manik kuning milikku menangkap Yusa yang tengah tersenyum licik. Astaga, firasatku buruk tentang ini.
"Kenapa kau diam, Asahina Konomi? Kau takut padaku?"
"Buat apa aku takut pada penjahat licik sepertimu, Kawada Yusa?" Aku tidak kalah sinisnya dengan Yusa. Kurasa duel tidak akan terhindarkan lagi.
"Oh, ya? Kuharap kau membusuk di neraka, nona detektif."
Dia mengeluarkan hologram nya dan hologram miliknya berubah menjadi rantai yang ujungnya ada bilah pedang "Nah, selamat tidur, nona detektif."
Syut!!!
Prang!!!
Rantai tersebut terpental jauh ke belakang. Manik coklat milik Yusa terbelalak melihatku memegang katana hitam "Sejak kapan kau memiliki senjata itu?"
"Bukan urusanmu, Yusa!!!"
Trang!!!
Trang!!!.
"Ternyata benar tentang kabar ada anggota baru di Fight 4 Real. Kau memang pantas berada di kelompok tidak jelas itu."
"Katakan itu pada ketuanya."
Trang!!!
Trang!!!
Wush!!!
Yusa masih melancarkan serangan dan tidak memberi ruang untukku. Sial, aku benar-benar terdesak!!! Tanpa kusadari, kakiku terikat rantai milik Yusa dan terlempar ke atas.
"Ahakk!!!"
"Hanya segitu kemampuanmu, Asahina Konomi? Kau memang lemah sekali."
Ya, kuakui aku memang lemah karena ilmu bela diriku tidak sebanding dengan kemampuan Yusa. Dengan cekatan, Yusa menggerakkan rantainya dan dengan cepat, tubuhku penuh luka-luka.
"Aaaa!!!"
"Menjeritlah, nona detektif!!! Sebentar lagi kau akan kukirim ke neraka."
"A-apa??!!"
Wush!!!
Duak!!!
"ARGH!!!" Akupun langsung menjerit kesakitan. Sudah tubuhku penuh luka-luka, belum lagi serangan dari Yusa yang terlalu beruntun.
Tuhan, tolong aku....
Krak!!!
Wush!!!
Grap!!!
"Ternyata kau seperti ini, Asahina Konomi."
Tubuhku seperti terbang di bawa angin. Kelopak mataku terbuka dan menampakkan jaket merah yang berkibar-kibar. Jaket itu.... jangan-jangan....
"Ho-Hotaru-senpai ~"
"Jangan bergerak dulu, Konomi." Hotaru-senpai mendaratkan diri dengan sempurna "Kau masih terluka."
"Umm.... baiklah."
Yusa yang melihat siapa yang datang tersebut langsung mengeluarkan seringaiannya "Wah, wah, siapa yang akhirnya menampakkan diri setelah patah hati."
"Bukan urusanmu, penjahat cilik." Dia menyenderkan tubuhku di dinding kelas "Tidak kakak, tidak adik, sama saja."
"Hee.... sebegitukah kami berdua, Himeragi Hotaru?"
Aku berusaha mencerna ucapan Yusa pada Hotaru-senpai. Apa ada kaitannya dengan masa lalu Hotaru-senpai?
"Hotaru-senpai?"
"Kau bisa berdiri kan, Konomi?" Hotaru-senpai melepaskan dasinya dan membalut luka di lengan kananku dengan dasi miliknya "Sebaiknya kita tangkap dia. Aku punya rencana."
Aku berusaha berdiri dan menyamakan Hotaru-senpai di sebelahnya "Katakan saja rencanamu, senpai."
"Aku akan maju duluan. Jika aku menggunakan teleport ke belakangnya, melajulah."
"Baik."
"Hei, apa yang sedang kalian rencanakan, huh?"
Aku dan Hotaru-senpai tidak menjawab, namun manik kuning milikku menangkap pemuda bermanik coklat tersebut melesat ke arah depan Yusa. Yusa terlihat terkecoh dengan rencana yang dibuat oleh Hotaru-senpai.
"Hee.... kau mau mencari mati ya? Akan kukabulkan."
"Kau pikir bisa mengalahkan kami?"
"Ha?"
Syut!!!
Giliranku. Aku langsung melesat ke arah Yusa dan tanpa disadarinya, Hotaru-senpai sudah berada di belakang Yusa. Skakmat kau, Kawada Yusa!!!
"Bersiaplah, Konomi!!!"
"Baik!!!"
"Apa??!!"
"Fight 4 Real number 2: Inzen no Kazuki!!!"
Duak!!!
Tendangan dari kami berdua dari arah yang berbeda membuat tubuh Yusa tak berdaya dan jatuh ke lantai. Kemenangan untuk kebenaran atas kejahatan.
"Argh!!! Sakit!!!"
"Maaf, Yusa. Sekarang kau harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu."
****
"Ayo jalan!!!"
"Lepaskan aku!!! Aku tidak mau di penjara!!!"
"Katakan itu di penjara."
Yusa digiring ke mobil kepolisian. Tatapan menusuknya mengarah padaku dan Hotaru-senpai "Awas kalian!!! Kalian akan membusuk di neraka!!!"
"Oh. Sekarang nikmatilah di penjara."
"Ap.... "
Dengan paksaan, Yusa masuk ke dalam mobil polisi dan mobil polisipun melaju meninggalkan SMA Kirishima. Selesai sudah kasus ini.
"Syukurlah, kita bisa menangkap pelakunya, senpai."
"Ya, Konomi."
"Asahina!!!"
Akupun langsung menoleh ke arah belakang. Wanita bersurai hitam dan bermanik coklat berada di kerumunan. Di saat yang sama, Hotaru-senpai menoleh ke arah belakang.
"Chisuga-sensei, syukurlah Anda selamat."
"Ini semua berkat kau, Asahina." Lalu, manik coklat milik beliau beralih pada Hotaru-senpai "Apa kau yang bernama Hotaru?"
"Iya benar. Ada ap.... "
Grep!!!
Tiba-tiba tubuh Hotaru-senpai dipeluk oleh Chisuga-sensei. Kurasa sudah saatnya Hotaru-senpai merasakan pelukan ibunya setelah sekian lama berpisah.
"Ibu rindu padamu, Hotaru. Ibu sudah memperhatikanmu sejak SMA dan Ibu tidak percaya kau sudah dewasa."
"Ibu.... Hotaru juga rindu pada Ibu." Hotaru-senpai membalas pelukan Hinako-sensei "Sudah lama sejak Ibu meninggalkan Hotaru."
"Maafkan Ibu, Nak."
"Sudahlah, Ibu. Tidak apa-apa."
Semua penghuni 1-3 mulai merasakan kehangatan ibu dan anak tersebut, termasuk diriku. Syukurlah, akhirnya Hotaru-senpai bisa bertemu dengan ibunya sendiri.
Namun.... tubuhku sudah tidak kuat lagi....
Apa aku sudah pada batasku? Atau luka-luka ini penyebabnya?
Brak!!!
"Waaa!!! Konomi pingsan!!!
" Waduh, bagaimana ini??"
Hotaru-senpai melepas pelukannya dan menggendongku yang tengah pingsan tersebut ala menggendong pengantin "Ayo kita ke rumah sakit!!! Luka yang dialami Konomi cukup parah."
"Baik."
Dan merekapun berbondong-bondong ke rumah sakit karena jika tidak segera ditolong, nyawaku akan melayang....
****
"Umm.... "
Aku membuka mataku dan menoleh ke arah Sekirei dan Wakana, tak lupa juga Kosaki "Aku di mana?"
"Kau ada di rumah sakit, Asahina-san. Himeragi-san yang membawamu ke mari karena lukamu cukup parah."
"Hotaru-senpai? Sekarang dia ada di mana?"
"Dia pulang dulu setelah menjagamu semalaman, Konomi-san."
Ternyata demi diriku, dia menjagaku dengan baik. Aku benar-benar berhutang budi padanya. Tak salah jika seorang ketua Fight 4 Real rela meninggalkan pekerjaan khususnya demi menjagaku.
"Terima kasih, Hotaru-senpai."
"Sama-sama, Konomi."
Manik kuning milikku menangkap seorang pemuda yang tengah bersandar di dinding kamar rumah sakit yang tengah kutempati. Ternyata dia seperti yang dikatakan Kakeru-senpai dan Hikari.
"Yo."
"Hotaru-senpai.... "
Jeda sejenak....
"Tunggu dulu, kau masuk ke sini pakai teleport kah?"
"Enak saja. Aku lewat pintulah dan kau tidak sadar saja."
Tatapan tajamku kulayangkan pada Sekirei, Wakana dan Kosaki. Sekirei dan Wakana hanya tersenyum kikuk sedangkan Kosaki memasang tidak berdosanya.
Awas saja kalian bertiga....
***
Setelah aku keluar dari rumah sakit Hibiya, kami kembali dengan sebuah misteri baru. Bukan misteri yang bagus, tapi kasus pembunuhan 5 tahun yang lalu. Kali ini Kakeru-senpai menyerahkan amplop hijau padaku dan disaksikan oleh Hotaru-senpai dan Hikari.
"Korbannya kakak perempuanku, Amatsuki Haruka. Polisi di daerah Shinjuku sudah menangani kasus kematian kakakku, namun hasilnya nihil."
"Nihil?" Aku hanya menaikkan sebelah alisku "Kok bisa?"
"Dihadang oleh kelompok gerbong narkoba yang terletak di gang dekat SMA Wakahito."
"Wilayah itu? Bukankah itu wilayahnya Reaction?" Hikari langsung terkejut mendengar letak markas gerbong narkoba "Benarkan, Hotaru-senpai?"
"Ya, benar. Di sana juga ada detektif sepertimu. Mungkin kau bisa bekerja sama dengannya."
Aku mengangguk mendengar penjelasan mereka. Kemungkinan besar, kasus ini jauh lebih besar dari yang telah terjadi saat ini.
"Bagaimana, Konomi-san? Apakah kau bersedia membantu kasus pembunuhan kali ini?"
Aku hanya mengangguk pelan dan mulai mantap dengan kasus kali ini "Aku bersedia. Mohon kerja samanya."
"Ya. Kami selalu ada di manapun kau berada."