Malam itu terasa hampa, padahal segelas kopi disertai tawa riang dari teman-teman serasa belum cukup membuat hati ini terpuaskan. Bingung harus bagaimana. Mungkin sebagian orang pernah merasakan berada disituasi seperti ini! Merasakan sedih tapi tidak ada yang membuatnya sedih, merasakan aneh tapi tak tau apa, merasa ada yang kurang saja. Ah dari pada memikirkannya terlalu dalam belum pasti juga jawabannya akan ketemu kuputuskan pulang saja. Kupacu motorku yang kadang rewel, kadang ngambek gak mau jalan, seperti perempuan saja. angin malam menembus jaket biruku seakan ingin terlibat dalam hidupku yang terbilang biasa saja.
siapa gerangan dia yang lewat depan pagar rumahku. perempuan yang memiliki mata besar dengan pancaran khas dia, cukup tinggi dan juga memiliki bentuk wajah yang nyaris sempurna bagiku. Ah sialan hampir saja aku menabraknya. Dia tidak tersenyum tidak pula marah, wajahnya datar namun saat itu aku merasa dia bersinar lebih terang dari rembulan yang dibantu lampu jalan disekitar rumahku. siapa dia? rumahnya dimana? banyak sekali yang ingin kutau tentangnya namun nihil, aku terpaku. tapi satu yang kutahu malam itu seperti dunia sedang tersenyum padaku. semesta seperti sengaja mengirim dia kepadaku, malam itu kata hampa serasa telah hilang dan tak pantas lagi untukku.
Next