Acara peringatan kemerdekaan HUT Republik Indonesia telah selesai, rasa lelah dan bahagia bercampur aduk menjadi satu. Lelah karena harus bekerja mengurusi ini dan itu, bahagianya karena acara berjalan dengan baik, sesuai dengan harapan. Selepas acara teman-teman yang tergabung dalam kepanitiaan sibuk berfoto ria, mengambil momen-momen yang akan mereka kenang nantinya. Mataku tak henti menatapnya, aku senang melihatnya berfoto dengan yang lain. Dengan begitu aku dapat melihatnya senyumnya. Sungguh itu senyuman terindah nomor 2 setelah ibuku.
Putra sini foto, Rian memanggilku. Aku hanya melambaikan tangan tandaku menolak. Ia pun datang menarikku dengan kamera yang masih tergantung di lehernya. Kami foto berempat ada Nurul, Ade, dan Ayana yang berada disampingku. Jantungku berdegup kencang, seperti nonton film horor saja. Rian yang melihatku salah tingkah menjadi kurang ajar. Ayana foto berdua dulu dengan Putra, Sialan Rian mengerjaiku. Setelah foto Ayana senyum padaku dan berkata terima kasih yah atas kerja samanya Putra. Hari itu takkan kulupakan dan tercatat di tujuh momen indah versiku. Pertama kalinya dia menyebut namaku. Aku hanya senyum lalu pergi meninggalkannya. Bodoh harusnya kujawab perkataannya tadi, begini nih kalau hati dan lidah tak selaras.
Ayana
Gadis jelita nan indah
Menyandang rupa yang merona
Daun yang gugur pun terkesima memandangnya
Senyum yang kau miliki menjadi nyawa bagi pelangi
Hati pun ingin menepi
Ceria yang kau bawa setiap hari
Menjadikanku tak berekspresi
Berfikir memilikimu sempat terlintas
Namun rasanya tak pantas
Kabarkanlah pada dunia saat ini
Bahwa tawamu yg lirih dapat menghapuskan rasa yang mengundang perih
Pada senja yang kemerehan ada puing-puing rindu yang kutitipkan dan hati yang kumantapkan Semoga tak menjadi kenangan.
Putra
Next