-7 Jam kemudian-
Jam sudah menunjukkan pukul 10:15. Akhirnya kami pun mendarat di landasan udara di JFK.
Kebetulan pesawat pribadi mendapatkan izin dari pihak bandara. Lagipula Jenderal Morishima mempunyai kerabat juga yang menjabat sebagai Kepala Bandar Udara JFK.
Akihiko membangunkanku.
"Aki-kun, kita sudah sampai. Aku akan bawa kamu pakai kursi roda." ujar Akihiko.
"Terimakasih."
"Hei, Akihito-kun, tetap ya kau akan diadili setelah ini, jadi kesenangan ini hanya sementara." Ujar Jenderal Moriyama.
"Saya tahu."
Aku pun akhirnya terbangun dan melihat disekeliling.
"Ini New York?" tanyaku.
Akihiko mengangguk dengan wig yang sudah ia pakai.
Kami pun turun dari pesawat dan bergerak menuju pintu keluar sementara pesawat dititipkan di hanggar bandara. Kami dengan mudahnya melewati pemeriksaan bea cukai bandara karena Jenderal Moriyama mempunyai diplomatic passport. Kami pun diikutsertakan sehingga kami berjalan lengang tanpa kecurigaan sama sekali dari pihak bandara. Mungkin karena Jenderal Moriyama sudah bolak balik New York dan Washington DC semenjak penandatangan kerjasama dengan Amerika Serikat.
Kami pun akhirnya berhasil keluar dari lingkungan bandara.
Kami bergegas menuju tempat parkir.
Kami pun berjalan memutar melewati manhattan dan akhirnya sampai di United Nations Headquarters.
Sesampainya di United Nations Headquarters, kami pun masuk kedalam ruangan UNHQ.
Begitu luasnya ruangan ini, tempat seluruh nasib dunia dipertaruhkan. Kami pun sempat memfoto beberapa diantaranya.
Lalu, Jenderal Moriyama membawa kami berkeliling bersama UN Guide keliling UNHQ.
"Lukisan apa ini?" tanyaku.
"Lukisan abstrak, indah sekali bukan!" jawab Jenderal Moriyama.
Jenderal terus memuji gedung ini. Aku pun masih terheran dengan sebegitu megahnya gedung markas besar PBB di New York ini. Kami pun dibawa ke perpustakaan UNHQ.
"Perpustakaan ini cukup besar Aki-kun. Aku dahulu sering kesini membaca buku. Aku dulu lulusan Massachusetts Institute of Technology, Aku mengambil Bachelor of Brain and Cognitive Science hingga aku dapat Ph.D di Neuroscience sekaligus double degree di University of Metaphysics, Sedona, Amerika Serikat. Satu hari jaraknya dari sini. Gelar Asliku yaitu Akihiko Moriyama, M.Msc., Ph.D." ungkap Akihiko.
"Kenapa kamu sampai sepintar ini?" tanyaku heran.
Dia benar-benar pintar. Aku tidak tahu IPK dia berapa tapi dia menggeluti sekali ilmu ini.
"Berapa IPKmu selama kuliah?" tanyaku.
"Aku Fast Track ke gelar Ph.D, 4.0. Aku sering sharing dengan Mana. Akulah yang mengajak Mana untuk ikut online degree di MIT. Termasuk kamu." ungkap kembali Akihiko.
"Tapi kenapa Mana sampai segitunya mengajakku untuk ambil Fisika Relativitas ya?" tanyaku.
"Nanti kamu akan tahu sendiri" ujar Akihiko.
Kami pun melanjutkan tur ke bagian interior dalam selanjutnya
Aku pun tak berhenti terkesima dengan design ini. Benar-benar diluar dugaan...
Kami pun menuju interior terakhir.
"Ini adalah ruang Dewan Keamanan PBB. Disinilah lusa akan dimulai kegiatan Sidang Umum DK PBB. Kita akan memberikan argumentasi masing-masing. Siapa yang menang lihat saja nanti!" seru Jenderal Moriyama.
Aku hanya terdiam, berharap keajaiban datang lusa nanti.
Akhirnya kami pun keluar dari lingkungan UNHQ dan diantar ke apartemen pribadi. Apartemen tersebut ada dua. Satu milik Jenderal dan khusus untuk keluarga Jenderal dan Komite 300, satu lagi untuk tamu. Maklum menurut penuturan beliau, beliau sering mendapat tamu istimewa ketika berangkat ke UNHQ.
Karena lokasinya dekat dan strategis dengan UNHQ, maka kami pun setuju untuk tinggal di apartemen itu.
Kami pun berpisah setelah itu menuju ruangan apartemen masing-masing.
Tak lama kemudian, ada yang mengetok pintu ruanganku. Aku pun membukanya...
Ternyata...
"Kamu suaminya Mana Tendou? Bolehkah aku masuk?" tanya orang itu.
"Baik silahkan." jawabku.
Aku pun mempersilahkan orang itu masuk.
"Baik. Perkenalkan namaku Primakov Arthur Konstantinovich. Panggil saja aku Arthur. Aku adalah Perwakilan Russia dalam DK PBB. Aku teman baik Mana, istrimu semasa kuliah online di MIT. Kamu juga tahu aku sebenarnya tapi kamu lupa." ujar orang itu.
Arthur? Arthur?
ARTHUR!!!
Aku pun baru ingat.
Kami pun berpelukan. Teman lamaku, teman curhatku juga ketika aku pusing mengerjakan soal fisika relativitas karena kadang-kadang Mana itu pelit gamau ngasih tahu ataupun ngajarin aku soal-soal. Akhirnya teman lama bertemu disini.
Sementara itu, di apartemen sebelah. Jenderal dan Komite 300 sedang berunding. Lalu, tiba-tiba datang seseorang mengetuk pintu.
"Silahkan masuk yang mulia." ujar Jenderal Moriyama.
"Aku membawa temanku, Bagi yang belum kenal. Perkenalkan namaku Mary Rothschild dan temanku bernama Lucy Rockefeller. Kita akan bertemu lagi nanti malam. Kita akan berdiskusi panjang. Oh iya, anda membawa tamu ya. Siapa tamu itu?" ungkap perempuan rambut pendek memperkenalkan temannya kepada komite 300.
"Yang mulia, tamu itu adalah Akihito Hashimoto." ungkap Jenderal.
"Suami Mana ya? Ah. Masa-masa itu. Aku teman kuliahnya Mana sewaktu itu. Kami pernah bertemu di Jepang. Aku bertemu Mana dengan nama samaran." ujar Mary.
"Benarkah yang mulia? Namanya apa yang mulia?" tanya Akihiko penasaran.
"Maria. Maria Ayasaki." jawab Mary.
"Ini tidak mungkin." Akihiko kaget.
Mary pun mendekati Akihiko dan berbisik.
"Bawa Akihito padaku. Ini perintah!"
"Baik yang mulia." jawab Akihiko takut.
"Jangan panggil yang mulia! Panggil aku Mary." ujar Mary.
"Baik... Mary..." ujar Akihiko lirih.
Kembali ke apartemen tamu, Akihito dan Arthur masih berbicara hangat mengingat masa-masa kuliah online di MIT.
Tiba-tiba...
"Permisi, boleh saya masuk?" tanya seseorang gadis berambut ikat.
"Oh, Ayu, silahkan masuk." ujar Arthur.
"Ah! Akihito!" seru gadis itu.
Tunggu, dia?? Dia???
Ayu Rahmawati!
Ah temanku waktu di Kyoto University!
"Ayu! Apa kabar?" tanyaku sambil berjabat tangan dengan Ayu.
"Alhamdulillah baik. Aku saat ini menjadi perwakilan Indonesia mengingat karena bantuan vote dari Amerika Serikat, Jepang dan Rusia maka kami bisa berada di Dewan Keamanan PBB." ujar Ayu.
"Wah keren-keren. Jadi reuni disini!" seruku sambil tertawa.
Kami bertiga pun minum teh bersama.
Tak lama kemudian, seseorang datang lagi...
"Aki, akhirnya saya bisa kesini juga. Kita disini saja rapatnya." ujar seseorang yang mengintip dari sebelah pintu.
"Rapat ap.... Sebentar. Pak Perdana Menteri?!"
Betul, Perdana Menteri Tsukasa Hanabira. Perdana Menteri Muda yang berumur 30 tahun ini membantu kaisar dalam menjalankan tugas dimasa sulit ini.
Tsukasa pun masuk dan bergabung dengan yang lain. Mereka pun meminum teh bersama...
Akihito dan Tsukasa dulunya bersahabat, umur mereka walau beda 5 tahun tapi mereka akrab sewaktu kuliah di Jepang. Mengingat Tsukasa adalah asisten laboratorium praktikum Akihito semasa kuliah. Selain itu, Tsukasa mengambil double degree dengan Kuliah Akuntansi mengingat prestasi dia yang cukup excellent.
Tsukasa pun flashback mengingat masa-masa waktu mengoreksi jurnal praktikum farmasetika beberapa tahun yang lalu.
-Tsukasa's POV-
-Flashback, 10 tahun yang lalu, 2015-
Aku dan adikku Yurika bersama-sama dipilih oleh Jurusanku untuk menjadi asisten laboratorium, kami pun berbicara satu sama lain sambil membawa jurnal-jurnal.
"Yurika, kamu nyaman dengan pekerjaan ini? Aku harap kamu nyaman karena kita dapat sampingan. Tidak akan susahkan ayah ibu lagi." ujarku.
"Kak, aku senang dengan pekerjaan ini." jawab Yurika tersenyum.
Yurika adalah mahasiswa semester akhir program studi Farmasi sedangkan aku sudah persiapan wisuda. Disela-sela persiapan tugas akhirnya, dia pun tetap tak jemu mengikutiku dalam soal kerjaan...
-Flashback End-
-End of Tsukasa's POV.
"Ah. Baiklah. Akihito-kun, kamu masih ingat dengan Maria Ayasaki?" tanya PM Jepang.
Yang mana ya. Aku sudah lama sekali. Teman sekelasku waktu kuliah.
Tsukasa pun menunjukkan fotonya.
"Oh! Maria, aku baru ingat!" seruku.
Maria adalah teman sekelas Mana sewaktu program sarjana di jepang. Namun, untuk profesi akuntannya dia pindah ke Amerika Serikat. Penuturan dia adalah Orang Tuanya dipindahkan kerjanya ke Amerika Serikat. Ayahnya adalah seorang intelijen. Ibunya adalah seorang ekonom terkemuka dunia, Rina Ayasaki.
"Tapi bukannya itu pacarmu ya?" tanyaku.
Maria dan Tsukasa dari mulai masa kuliah berpacaran. Tidak tahu kalau sekarang.
"Sampai sekarang dia pacarku. Kami akan menikah minggu depan." jawab Tsukasa.
Mukanya kemudian menjadi lebih serius dan berkata.
"Aki. Aku bawakan surat dari istrimu. Aku ingin kau baca surat ini keras-keras."
Surat?
Jangan-jangan...
Sementara di apartemen sebelah, Mary terlihat bersama seorang perempuan berkacamata.
Perempuan itu memanggil Mary yang sedang melewati dia.
"Mary, Do you even think that your actions is permitted?!" tanya gadis itu.
"Annie Russell, You not know and I aware. I'm wide awake on every action i did. You foolish girl. Even you want to protect Japan with all over your power and diplomacy. I know that New World Order would be inevitable. Don't even think about confronting our biggest plan. The Beast is here in this apartment. We must serve him. He is the controller of the world. And I would not change my mind. I am Mary Rothschild, one of the biggest power families in the world. You were also. And tomorrow would be our proof... to get salvation from Lucifer." ujar Mary.
Mary tampak serius dengan muka liciknya
"Akihito, Tunggu aku!" seru Mary dalam hati.
25 Juni 2025, Pukul 18:00 Waktu New York.
Tsukasa memberikan surat Mana kepadaku.
Isi surat itu adalah:
"Suamiku, sungguh aku sangat mengantisipasi hal ini. Kamu pasti ada di New York sekarang bersama Tsukasa. Aku mohon lanjutkan perjuanganku. Lusa kamu akan bertemu dengan perwakilan negara DK PBB. Kumohon hentikan Mary!"
Seketika itu aku diam, lalu tiba-tiba Tsukasa bercerita.
"Kenapa sampai saat ini Jepang tidak bisa lepas dari Amerika Serikat sepeninggal Mana? Semua karena salahku. Salahku tidak bisa mencegah adikku mencintai kakaknya Mary." ujar Tsukasa dengan muka sedih.
Tsukasa menunjukkan foto yang dikirim Yurika bersama David Rothschild, kakak Mary atau Maria Ayasaki. Mereka berdua juga berhubungan dan akan segera menikah setelah pernikahan Tsukasa menurut penuturan Tsukasa.
"Aku payah tidak bisa berbuat apa-apa. Ditambah hubunganku, aku tidak percaya bahwa Mary selama ini menyamar menjadi Maria dan dia menghasut Yurika untuk bekerjasama membangun New World Order. Dan semenjak hal itu, Jenderal Moriyama karena ingin menghidupkan kembali istrinya bergabung dengan Komite 300, menjadi Ketua, menjadi the Beast dan mengontrol semuanya. Hal itu sudah dicegah Mana semasa hidupnya tapi karena tidak ada yang mengontrol maka Jepang sekarang hilang kendali. Seumur hidupku aku tidak akan pernah mau menyetujui rencana tatanan dunia baru tersebut." lanjut Tsukasa.
Aku melihat seberapa besar kasih sayang Tsukasa sebagai kakak dari Yurika. Tsukasa sangat menyayangi adiknya itu.
"Dan... Hubunganku dengan Maria tak bisa dicegah lagi. Mungkin tak lama lagi aku akan berpindah haluan karena jika tidak aku akan mati dan tidak ada penerusku lagi." ungkap Tsukasa.
Apakah semua yang berhubungan dengan Illuminati harus mati? Tapi tak akan kubiarkan!
"Tsukasa sahabatku, tidak usah khawatir. Aku berjanji akan ambil tanggung jawab ini. Sebagai Ketua MANA dan sebagai warga Jepang yang baik. Aku akan perjuangkan nasib Jepang!" seruku.
"Baiklah. Aku percaya padamu. Bawa kembali Yurika! Ini perintah!" seru Tsukasa.
Aku pun mengangguk hormat.
Yang lain hanya melihat dengan tatapan heran saja.
"Masalahnya menjadi ribet seperti ini ternyata. Percintaan dan Professionalitas dipertaruhkan. Aku paham perasaanmu, Tsukasa." ujar Arthur sambil menepuk bahu Tsukasa.
"Kompleks, tapi kita bisa kok. Sekarang negara DK PBB hanya tersisa 7: Amerika Serikat, Inggris, Rusia, China, Prancis, Jepang dan Indonesia. Kita bisa kok. Kan sudah dapat persetujuan dua negara. Kita tinggal cari koalisi lagi." ujar Ayu tersenyum menyemangati Tsukasa.
Kami pun berusaha menyemangati Tsukasa dengan kesedihannya kehilangan adiknya. Aku yakin Tsukasa orang yang kuat, kalau tidak, tidak mungkin ia dipercaya kaisar.
Sementara itu... di apartemen sebelah diadakan pertemuan tertutup antara komite 300 dan Mary beserta Lucy.
"Okay, for this time I will design this meeting a little bit informal. You guys could interrput me when you really don't understand my words. I will lead this meeting. By the way, where is Yurika?" tanya Mary.
Tiba-tiba gadis rambut pendek dengan muka mirip Tsukasa datang dan memberi salam.
"Hello. Sorry for late. My name is Yurika Hanabira and I am the leader of Trilateral Commission of United States of America. I was Japanese but now I turn my nationality into United States. I serve Lucifer as my God and my Higher Soul." ujar gadis itu.
Seketika semua orang berdiri memberikan salam penghormatan kepada Yurika.
"Yurika, please cooperate with me. You are keen of ideas and strategy especially to invade Japan into our company." ujar Mary.
Yurika pun mengangguk dan duduk disebelah Mary. Urutan tempat duduknya adalah sebagai berikut:
(Dari kiri ke kanan melingkar) Yurika->Mary->Lucy->David->Norihiko->Akihiko->Maya->Ryuuto->Takeru->Yuuto->Yurika
"Lucy, Please introduce yourself!" seru Mary.
"Okay, time for certain business here. Sorry to interrupt you guys but I prefer this meeting a little bit formal. Okay, my name is Lucy Rockefeller, I was designed as partner of Mary. I am the leader of Bilderberg Company and I am one of the Illuminati bloodlines same with Mary and David. As we know David has been elected as USA's President 1 months ago and We want your commitment as member of Committee of 300 to support and serves Lucifer." ujar Lucy serius.
"General, what's your progress on making Palace of the Beast in Tokyo?" tanya Mary.
"Actually, the progress hasn't been done yet." ungkap Moriyama.
"What?! Hey! It's almost the time for sacrificing blood also tomorrow. We need to kidnap Akihito after meeting and sacrifices him in the blood of Lucifer. I want to kill him!" ujar Mary.
"I think that's irrational argumentation for you to at least meet Akihito once after a long time isn't it?!" tanya Lucy meremehkan.
"I want him to die because same with his wife, They are against us!" seru Mary.
"Did you love him?" tanya Lucy.
"I'm in love with Tsukasa. You just know that Tsukasa is my fiance."
"Do you want to make Tsukasa sad regarding your actions? Do you choose Lucifer or your love? Do you choose power rather love? I always ask this to you but you remain silent when I discuss this issue! Akihito is Tsukasa's Friend, you fool!"
Mary kemudian terdiam.
"Stop being so arrogant, Maria!" seru Akihiko.
Yurika berubah menjadi sedih raut mukanya. Terlihat air matanya.
"Ini tidak mungkin... Selama ini..." ujar Yurika dalam hati.
David kemudian mencoba menenangkan.
"I think this meeting become inconclusive. We will meet again after the Security Council Meeting!" seru David.
David kemudian pergi meninggalkan ruangan. Begitupun yang lain mengambil udara segar.
Mary kemudian menangis.
"Tsukasa!" seru Mary dengan rintihan yang tak tertahankan.
Lucy kemudian beranjak dari tempat duduknya dan memeluk Mary.
"Do you know? This is wrong Mary. Perfect Mistake." ujar Lucy.
Mary terus menangis.
Yurika pergi meninggalkan mereka berdua. Yurika menangis.
"Aku sudah salah! Aku menentang kakakku sendiri. Selama ini aku ikut Maria karena aku pikir bisa membangun lebih baik. Ternyata aku dikendalikan oleh musuh Jepang." ujar Yurika dalam hati.
"Aku tidak menyangka. Kenapa aku masih mencintai David? Tuhan, aku mencintai David! Aku..." seru Yurika dalam hati.
Tak kuasa sukmanya berteriak. Ia terus menangis, Ia pun naik ke lantai atas apartemen.
"Kak, aku tidak mau bertemu denganmu. Aku sudah mengkhianati Jepang kak. Aku benar-benar bodoh dan payah. Aku mudah tertipu!" seru Yurika dalam hati.
David melihat Yurika naik ke atas dan mengejar Yurika sampai kelantai atas.
"Hentikan ulahmu Yurika." ujar David dengan bahasa jepang.
"Aku tidak mau dengar lagi kata penipu!" ujar Yurika keras sambil menangis.
Yurika terus naik ke sisi atas gedung dan mencoba melompat. Tapi tangannya
Ditarik oleh David dan dipeluk
"Aku minta maaf." ujar David.
"Aku sedih. Kamu bohongi aku." ujar Yurika.
Yurika menangis keras.
Annie dari bawah mendengar tangisan Yurika dan kemudian bersama kakaknya Robin mencoba menenangkan Yurika.
Yurika menolak.
"Kalian semua penipu!!" seru Yurika.
Yurika berlari kebawah. Menuruni tangga. David pun berusaha mengejar tapi tak bisa.
Yurika berlari dan berteriak. "Kakak!!!!!!"
Suara itu terdengar oleh Tsukasa dari apartemen sebelah.
"Yurika?!" ujar Tsukasa kaget.
"Baiknya kita kejar Yurika. Sepertinya ada sesuatu." saranku.
Akhirnya kami pun mengejar Yurika. Yurika terus menangis dan berlari di jalan.
-Yurika's POV-
Aku benar-benar sakit hati. Aku tidak tahu bahwa aku benar-benar ditipu mereka.
Aku mencintai David dengan sangat. Aku juga akan menikah. Aku tidak menyangka rencananya seperti itu. Aku tidak mau warga jepang jadi tumbal.
Aku mau mereka menghentikan semuanya. Aku benar-benar menyesal.
Kakak! Kakak!
Tangisanku tiada tara. Aku benar-benar sedih. Aku salah. Aku bodoh! Aku payah!
-end of POV-
Tak lama, Yurika pun pingsan.
"Yurika!" seru Tsukasa.
Tsukasa menggotong Yurika ke dalam apartemen itu sendiri saja. Bahkan ketika Akihito menawarkan untuk membantu dia menolak.
"Ini tanggung jawabku." ujar Tsukasa serius menahan tangis.
David, Mary, Lucy, Annie, Robin yang tadinya mengejar Yurika terhenti melihat Mary menangis tiba-tiba. Saat itu kondisinya hujan. Annie membawa payung, Robin menangis melihat kejadian ini.
"Aku tidak menyangka kenapa bisa seperti ini." ujar Robin.
Mary pun memeluk David.
"I love him David! I love Tsukasa! I don't want him to be sad anymore. I want to make him happy!" seru Mary menangis.
"I love Yurika. We stuck on loving the Hanabira family. I don't know. I feel depressed right now." ujar David menangis.
Semuanya tenggelam dalam kesedihan yang mendalam.
TO BE CONTINUED