Chereads / Wide Awakening of Very Human Existence: RESONATE / Chapter 4 - Kurva 2 - Perlawanan Pertama pada Illuminati

Chapter 4 - Kurva 2 - Perlawanan Pertama pada Illuminati

26 Juni 2025

Aku berjalan bersama Akihiko menikmati Amerika setelah sembuh dari tembakan waktu itu.

Akihiko kemudian berlari. Aku mengejarnya hingga naik ke suatu bangunan menggunakan tangga lalu di ujung dia...

Dia hanya berdiri saja dengan tenangnya.

Dia pun membuka sedikit bagian dari jendelanya dan berkata dengan nada serius.

"Akihito-kun, aku ingin berbicara rahasia padamu." ungkap Akihiko.

"Aku sudah bilang padamu ketika di pesawat. Aku akan tetap membawamu pada Lucifer. Sekarang aku akan paksa kamu untuk ikut Illuminati, tak peduli responmu apa!" seru Akihiko melanjutkan pernyataannya.

Ini.. Pertarungan???

Tidak Mungkin!!

Bagaimana aku bisa melawanmu?

Suasana sekitar mulai hujan gerimis. Aku berhadapan dengan kekuatan yang bangkit dari Akihiko. Lagi aku merasakan ini pertarungan yang tak wajar tapi ini... Aku diajak keluar dari ruangan itu dan aku lihat Akihiko melayang di udara.

Aku tak bisa menghindari pertarungan ini. Aku akan melawan Akihiko sebagai Animus Lucifer.

"Jadi kau tidak paham juga, Akihito-kun?" tanya Akihiko.

"Animus Lucifer jauh lebih tahu apapun yang akan kau lakukan payah!" lanjut Akihiko.

Mungkin ini saatnya...

"Aku terima tantanganmu. Bersiaplah!" seruku.

Kami pun bertarung, aku menyerang Akihiko dengan segenap kekuatan yang kupunya. Aku berusaha untuk mengerahkan tinjuan kepadanya tapi selalu meleset. Aku selalu terluka parah. Kekuatan macam apa ini?!

"Bahkan kau tidak bisa menyamai kekuatanku payah! Kau tidak pantas bahkan menempati posisi Messiah. Lucifer, tuhan kami lebih pantas dari kau yang payah ini. Ingatlah Lucifer akan membawa keselamatan bagi Manusia dan kehancuran bagi kamu goyim yaitu kaum laknat seperti kalian!" seru Akihiko.

Akihiko dalam bentuk animus terus menerus mengerahkan kekuatannya, mengisi kembali aura dari luar tubuhnya dan membangkitkan beast mode!

Ini gawat. Aku tak bisa tahan ini semua! Tidak!!!

Aku tiba-tiba tidak bisa bergerak.

Apa ini?!!!! Aku tidak bisa bergerak!

Tidak! Aku tidak ingin mati!

Tidak!!!!!

Tiba-tiba, Animus jatuh tersungkur dan musnah meninggalkan tubuh Akihiko yang terjatuh ke dalam sungai sebelah lapangan tempat pertarungan ini. Seperti mati mendadak saja.

"Akihiko!" seruku.

Aku mengangkat Akihiko dari bawah genangan. Tenggorokannya penuh air dan beberapa kali sempat dikeluarkan.

"Kamu tidak apa-apa?!" tanyaku cemas.

"Aku tidak apa-apa," ujar Akihiko.

"Kamu mau aku antar?" pintaku. Ini sudah sore. Kasihan dia pulang sendiri. Ini Silicon Valley, bukan New York.

Aku untung membawa tas berisi handuk. Jadi ternyata... Dia memakai baju biasa sewaktu kejadian itu, ia meninggalkan pakaian biasanya di tasnya yang terlempar ke sisi genangan yang tidak basah.

"Atau gantilah bajumu terlebih dahulu!" seruku cemas. Takut Akihiko kedinginan.

Akihiko menuruti permintaanku. Ia pun mencari toilet terdekat untuk mengganti baju.

Tak lama kemudian, Akihiko selesai mengganti baju.

Raut mukanya terlihat berbinar-binar. Bibirnya melebar. Dan alisnya sedikit naik. Ia tersenyum.

"Terimakasih ya. Aku tidak mau repot diantar ke rumah. Tapi kalau mau singgah tidak apa-apa. Rumahku dekat dari sini. Nanti habis itu kamu pulang." jelas Akihiko.

Aku setuju dengan permintaan Akihiko. Aku antar Akihiko sampai ke rumahnya.

Sementara itu, tak lama aku pun sampai di rumah Akihiko. Akihiko mengajakku masuk. Ia bergegas ke kamar mandi untuk berganti baju.

Tak lama, ia keluar dari tirai dekat kamar mandi.

"Maaf membuatmu terlalu repot. Inilah kamarku. Buat dirimu senyaman mungkin ya," ujar Akihiko.

Aku mengangguk. Akihiko terlihat manis walau tanpa make up. Aku tidak menyangka Akihiko tinggal disini rupanya. Akihiko pun duduk menghadap kepadaku. Tatapannya terlihat menyejukkan. Aku tidak tahu harus bagaimana. Sulit menjelaskan perasaanku. Aku merasa Mana ada disini.

"Akihito-kun... Aku melihat perkembangan kamu. Kamu sudah mulai dewasa dalam berpikir." ungkap Akihiko.

"Maksudmu?" tanyaku heran.

"Iya, kamu jauh lebih dewasa dibandingkan dulu. Mana sering cerita padaku soal kamu. Dan soal penelitian kamu tentang DMT, kenapa tidak dijadikan proyek besar padahal sudah dapat nobel?" tanya Akihiko penasaran.

"Aku tidak tahu... Aku hanya sedikit bingung. Entah kenapa aku tidak mau mengajukan DMT itu," ungkapku.

"Kenapa tidak diajukan saja? Kamu sudah pernah mencobanya?"

"Aku belum pernah mencoba satupun tentang DMT. Aku hanya menganalisis dari respon jasad orang mati beberapa tahun yang lalu,"

"Mana ingin penelitian pertama itu dilanjutkan. Lanjutkanlah penelitian pertama itu sepulangnya dari Jepang. Kalau kau mau coba bobol Illuminati, silahkan! Tapi, kau harus buktikan janjimu! Kau bukan seorang pengecut. Aku tahu itu!" seru Akihiko kepadaku.

Disatu sisi dia yakin kepadaku, disisi lain dia masih membela Lucifer. Entah kenapa pikiran anak ini sekeras batu. Aku bingung. Dia sudah dibuat tidak sadar dan masuk ke beast mode namun yaa seperti itulah.

Akihiko menunjukkan foto terakhir Mana kepadaku. Foto dimana dia membawa tulisan yang sampai sekarang aku tidak paham apa artinya.

"Mana mengajar di beberapa universitas di Jepang kau tahu? Kenapa dia marah ketika kamu minta dia memotong rambutnya seperti waktu kuliah? Karena dia ingin membuat citra baru bagimu dan bagi Jepang," lanjut Akihiko.

Aku menatap Akihiko dengan menyembunyikan kesedihanku. Aku tidak mau membahas ini lagi, ini cukup membuatku rapuh. Tapi, aku harus tahu apa yang terjadi. Aku tetap tersenyum penasaran.

"Aku sudah bilang padamu kan aku pernah bertemu Mana?" tanya Akihiko.

"Iya, aku sudah pernah bertemu dengan Mana. Sebulan yang lalu sebelum kejadian kecelakaan Mana waktu itu," ujar Akihiko.

-Flashback: Mei 2022-

-Akihiko's P.O.V-

Aku sedang berjalan-jalan malam itu, kota dipenuhi riuh ramai. Maklum malam minggu waktu itu. Pandanganku tiba-tiba teralihkan oleh sosok seorang gadis, rambutnya sedikit panjang. Aku sepertinya kenal, tapi belum pernah bertemu.

"Salam, Aki-chan." ujar Gadis itu.

Dia Mana Tendou. Sahabat Penaku! Akhirnya aku bisa bertemunya setelah sekian lama!!

"Salam juga. Apa kabar? Bagaimana penelitianmu?" tanyaku.

Mana terlihat tersenyum lebar dengan raut muka hangat biasanya. Bukan itu sebenarnya yang aku tanyakan. Yang aku tanyakan adalah...

"Bagaimana kabar Akihito-kun?" tanyaku.

Mana kaget mendengar pertanyaanku.

Ia pun masih tersenyum. Ia mengajakku berjalan-jalan sekeliling kota sambil mengobrol.

"Penelitianku? Aku akan jalankan bersama Akihito-kun, tapi tidak buru-buru. Ngomong-ngomong, Kamu masih menyukainya?" tanya Mana kepadaku.

"Aku mencintainya Mana-chan. Aku benar-benar bodoh. Tapi hanya ini yang bisa aku lakukan. Aku jujur selama ini minta kamu cerita tentang Akihito-kun karena aku ingin tahu perkembangan kepribadian dia," ungkapku.

Masih tersenyum Mana padaku. Ia pun bertanya kembali.

"Kamu pernah bertemu Akihito-kun?"

"Aku tahu Akihito-kun dari semua media sosial, lalu aku juga mengikuti Akihito-kun dari belakang kemanapun ia pergi kecuali ke toilet. Aku tidak tahu kenapa tapi aku selalu terikat dengan Akihito-kun...," ungkapku.

"Tanggal lahir kalian sama, makanya kalian terikat. Lalu, sebenarnya kamu hampir mirip dengan Akihito-kun kalau dilihat sekilas pertama kali bertemu. Tapi, bedanya kamu mirip aku kalau soal ketegasan. Mungkin karena kita sering balas surat dan lain lain. Kamu belajar menyamakan frekuensi. Aku cuma pesan. Jagalah Akihito-kun," jelas Mana.

Hah? Aku?! Jaga Akihito-kun. Bagaimana bisa? Akihito-kun dan Mana-chan adalah musuh bagi Illuminati dan ayahku. Bagaimana bisa?

"Aku tidak bisa. Aku harus setia dengan perjanjianku dengan ayahku. Aku harus menjadi animus Lucifer untuk menyebarkan paham tatanan dunia baru." ungkapku sedih.

"Hentikan makanya dari sekarang. Kamu harus berkhianat!" jawab Mana tegas.

"Tapi, aku... Aku akan mati Mana-chan. Aku akan mati!" seruku sambil tidak kuasa menahan aliran sungai di mataku.

Aku meluap. Aku benar-benar sedih. Aku sakit Mana-chan. Aku harus menjadi musuh orang yang kusayangi sedangkan aku sangat mencintainya.

Mana malah tersenyum dan memelukku.

"Carilah cara. Kamu pasti bisa. Aku jauh lebih percaya denganmu. Ingatlah, kamu tidak akan pernah sendiri," ujar Mana menenangkanku.

Hatiku terasa sejuk setelah mendengar penjelasan darinya. Aku merasa menemukan seorang kakak yang bisa aku andalkan.

Aku mengagumi Mana-chan dari segi akademiknya yang jauh lebih dariku. Aku bukan apa-apa ketimbangnya. Aku hanya butiran debu. Selain itu, Mana-chan orang yang care sekali dengan orang lain. Aku benar-benar terharu. Tapi, Mana-chan tetap musuhku. Aku tidak bisa menjadikan musuhku sebagai orang terdekat. Tapi rahasia pun cukup.

Mana kemudian menarik nafas. Kemudian berbicara padaku lagi,

"Ini adalah janji diantara kita. Kamu harus tepati janji itu. Bagaimana pun posisimu. Entah kau mendukung Lucifer atau kau mendukung kami. Apapun itu, kamu harus jaga Akihito-kun. Kamu pasti lebih tahu caranya ketimbang aku. Aku percaya padamu!" seru Mana.

Mana pun pamit meninggalkanku sendiri. Aku pun berjalan kaki sendiri. Aku membayangkan apa yang terjadi. Bibirku pun melebar. Aku tersenyum. Terimakasih Mana-chan.

-Flashback End-

-End of Akihiko's P.O.V.-

"Begitulah ceritanya Akihito-kun, makanya ingat waktu di pesawat? Aku sudah bilang ke kamu," ujar Akihiko.

Ternyata Mana sebegitu percayanya dengan musuh ini.

"Berarti aku boleh bunuh kamu?" tanyaku iseng.

"Aku ini tidak bisa mati," jawab Akihiko.

"Maksudmu?!" tanyaku kaget.

"Aku ini diberikan hidup oleh The Beast. Sehingga aku kekal. Tapi jika The Beast dibunuh maka aku akan mati." ungkap Akihiko.

Aku kaget mendengar ungkapannya. Sekarang aku benar-benar bingung. Akihiko itu musuh atau teman?

"Apa rencanamu?!" seruku. Aku tidak tahan dengan semua ini.

Akihiko pun diam membisu. Menatapku dengan tegas.

Entah dia musuh atau apa. Aku tidak paham lagi. Tapi ya sudahlah. Buat apa memusuhi. Aku ikuti saja permainan Akihiko. Mungkin ada jalan yang menghubungkan antara Jenderal Moriyama, Lucifer dan Mana. Sehingga aku harus bisa pecahkan misteri ini!

Aku pamit pulang.

Aku permisi meninggalkan Akihiko untuk menuju ke ruang tempat tim DK PBB berada.

27 Juni 2025 Pukul 03:00 Pagi waktu New York.

Aku terbangun dan melihat Tsukasa tidak bersamaku. Aku pun kaget dan cemas. Aku melihat Tsukasa bersama David berbicara tepat di ruang tamu dekat kamarku.

David sedang duduk di kursi sementara Tsukasa menjulurkan pedangnya ke leher David.

"Hentikan semua leluconmu dan bekerjasama denganku!" seru Tsukasa.

David kaget.

"Baiklah. Apa yang kau mau?" tanya David.

"Jauhi adikku selamanya!" jawab Tsukasa.

"Itu tidak mungkin!" seru David.

Pistol pun ditodongkan ke kepala Tsukasa begitupun Pedang masih mengambang di leher David.

"Aku sangat mencintai Yurika dengan sepenuh hatiku. Kamu mau bunuh aku? Apakah kamu tega? Aku ini sahabatmu sendiri! Kakak dari tunanganmu!" seru David.

"Aku tidak peduli lagi. Aku sudah sakit hati." ujar Tsukasa. Tsukasa terdiam.

Mereka bertarung. Bahaya!

Tiba-tiba pedang Tsukasa terlepas dari tangannya.

Pistol David terlepas dari tangannya.

Tsukasa pun terdiam dan menangis.

"Mary..." ujar Tsukasa lirih.

"Terimakasih kau pinta aku membawa Yurika sampai ke apartemenmu. Aku merasa tersanjung. Kau pun menyuruhku diam-diam agar Yurika tidak bangun dan mengamuk. Aku pikir kamu membenciku. Ternyata kamu melakukan yang terbaik untuk adikmu. Sama sepertiku dengan Mary. Aku melakukan yang terbaik bagi Mary." ujar David.

-Flashback: 25 Juni 2017-

-David's P.O.V.-

I want to make apology. I'm such a foolish, numb, jerk. I hurt my love's feeling. I was reckless.

I then go searching Yurika and shouting her name in any side of the city until Tsukasa which bringing Yurika comes to me. He lied Yurika down and slapped me.

"You foolish!"

That's my fault, Tsukasa. My Fault.

"Now, you must bring Yurika to my apartment and you must bring her in silent. No voice, don't let Mary knows this okay?"

I accepts his offer. And I bring Yurika.

-End of David's P.O.V.-

"Kita saling mencintai pasangan kita, aku akan melakukan sesuatu sebagai balasan dari apa yang telah kamu berikan. Terimakasih. Sebagai kakak dari Mary, aku memberikan apresiasi kepadamu yang telah menjaga Mary dengan baik." ujar David.

"Terimakasih telah menjaga Yurika selama di Amerika. Aku tak akan pernah lupa denganmu. Maaf aku emosi. Aku benar-benar meluap emosinya semenjak kejadian 2 hari yang lalu. Ngomong-ngomong hari ini Pertemuan umum DK PBB kan? Selamat ya atas terpilihnya dirimu sebagai Presiden Amerika Serikat. Kita sekarang berbicara sebagai kepala negara masing-masing." ujar Tsukasa

"Santai saja, kita teman satu program pascasarjana juga. Aku ambil Pascasarjana di Universitas PBB Jepang. Kamu ingat kan?" tanya David.

"Betul. Aku berpacaran dengan Mary semenjak dia tingkat 1. Mary seangkatan dengan Mana. Oh iya bagaimana kabar Ayah? Ibu?" tanya Tsukasa.

"Hari ini mereka akan datang." jawab David.

Tiba-tiba dari belakangku ada Yurika mengintip pembicaraan mereka.

"Aki~~~~~" ujar Yurika sambil tersenyum lebar.

"Ampun! Aku kaget!" seruku kaget melihat Yurika dibelakang.

Suaraku terdengar oleh mereka berdua. Mereka berdua kemudian menemui Yurika.

Yurika terdiam dan sedih melihat muka David.

David tiba-tiba berkata. "Aku akan lakukan apapun untuk selamatkan Jepang."

"Kau bohong! Kau lakukan ini karena perasaanmu padaku kan?!" seru Yurika marah.

"Bukan. Aku sudah berbicara dengan Tsukasa."

"Kakak mau mengkhianatiku?!" tanya Yurika pada Tsukasa

"Bukan Yurika!" seru Tsukasa.

"Terus apa ini? Aki-kun tolong jelaskan. Kamu sudah daritadi disini kan?" tanya Yurika heran.

Aku menjelaskan seperti apa? Aku bingung. Keringat dingin.

"Yurika, kakakmu tidak mengkhianatimu. Justru David memang merencanakan akan mengkhianati negaranya sendiri." jawabku.

David kaget. Tsukasa mengelus dada.

"T-Tapi... Benarkah itu?" tanya Yurika ragu.

"Aku sayang kamu Yurika. Rencana selama ini memang salah. Aku menyadarinya ketika bertemu kamu tapi aku tidak bisa melawan. Ini perintah keluargaku." ujar David.

Tsukasa pun membuka dompetnya, ia melihat foto...

"Mary..." ujar Tsukasa lirih.

Tsukasa terus melihat foto kenangannya bersama Mary atau Maria.

Yurika menghela napas panjang dan berkata.

"Baiklah."

David pun mengarahkan tangannya ke pipi Yurika.

Yurika menahan tangis sambil berkata.

"Aku... Aku... Minta maaf atas kejadian kemarin."

David tersenyum.

"Yurika, aku akan lindungi Jepang dan hentikan New World Order. Dan ini berarti nyawaku akan dipertaruhkan hari ini. Sepertinya pertemuan DK PBB hari ini tidak akan lama karena hampir semua negara inti tahu masalah kita." ujar David panjang lebar.

Kemudian David mengangkat tangan Tsukasa

"Ehhhhh~~~~" ujar Tsukasa kaget.

"Kita akan rekonsiliasi dengan Rusia!" seru David.

"Aku sudah tebak ini, David. Aku memang berpikir kamu adalah Presiden paling baik hati selama sejarah Amerika Serikat." ujar Arthur mengagetkan semuanya.

"Gila! Kamu sudah mandi dan bawa bunga segala?!" tanya Tsukasa.

"Itu bunga buat siapa?" tanya Yurika heran.

"Pertama untuk merayakan rekonsiliasi, kedua aku ingin menyatakan cintaku pada seseorang." ungkap Arthur.

Arthur menyembunyikan bunganya sementara perempuan berbaju tradisional tiongkok datang dan memberikan Yurika Permen Tusuk.

"Yurika, Halo namaku Li Xiaoli, perwakilan dari Republik Rakyat Tiongkok. Aku lihat kamu sedih sekali 2 hari yang lalu sampai suaranya terdengar olehku. Aku berikan kamu permen tusuk." ujar Xiaoli.

"Aduh, repotin dasar. Terimakasih ya Nona Xiaoli!" seru Yurika.

Yurika berubah ekspresi menjadi biasa kembali sambil menatap heran Xiaoli.

"Nona Xiao Li!" seru Arthur.

"Eh, Arthur! Ada apa?" tanya Xiaoli sambil tersenyum.

Aku hanya bisa terdiam melihat semua keanehan ini. Benar-benar seperti simulasi sidang PBB yang pernah kuikuti dulu semasa mahasiswa.

Arthur tiba-tiba memeluk Xiaoli.

"Eh~~~ Kamu apa-apaan?!" seru Xiaoli kaget sambil tersipu malu.

"Aku mencintaimu. Aku sudah mengejarmu semenjak Kuliah S1 dulu." ujar Arthur.

Arthur memang aneh. Tapi dia benar-benar berani.

Xiaoli malah membalas pelukan Arthur.

"Ni you wo. I have you now." ujar Xiaoli.

"What? Cepat sekali. Dasar master. Ajarin dong master!" seru David.

Aku cuma bisa tepuk jidat lihat kelakuan mereka.

"Hei-hei, maaf mengganggu kalian yang lagi asyik!" ujar seorang gadis yang tiba-tiba datang dari antah berantah.

"Aceline Du Pont?!" ujar David kaget.

"Semua Negara sepertinya sudah berkumpul disini kecuali Britania Raya." ujar Aceline.

"Advent!" seru Gadis yang ternyata adalah Annie Russell, perwakilan dari UK.

"Oke. Semua lengkap ya. Seperti yang kalian ketahui Ketua Dewan Keamanan PBB adalah dari Indonesia, jadi mana Ayu?" tanya David.

"Hai... Tanya sesuatu dong sama aku?" tanya Ayu yang tiba-tiba datang.

Hari ini banyak yang ngagetin. Khawatir nanti bakal ngagetin lagi ntar pas meeting.

"Kita langsung ke tempat ya. Tidak usah dilambatkan lagi. Sudah kumpul semua masalahnya." jelas Ayu.

"Hei ayu?! Aku belum mandi ini!" seruku kaget.

Aneh memang diriku.

Kami pun bergegas pagi-pagi itu menuju ruang meeting.

Meeting itu kami mencoba selesaikan dengan cepat karena memang pembahasannya sudah tidak perlu dibahas ulang. Tiba-tiba Komite 300 datang bersama Mary dan mengacaukan pertemuan.

Terjadi pertempuran dan saling lempar meja di dalam ruang pertemuan.

Tanpa sengaja ada anggota dari Komite 300 membawa pistol dan ternyata mengenai Lucy.

"Y-You fool Mary!" seru David.

"Not Mary, but me, I AM LUCIFER. My name is Helel Nogawa."

Muncul seorang gadis berperawakan tinggi berambut panjang, dengan muka mengerikan.

"No Way." Ujar David.

David langsung memeluk Lucy yang kondisinya hampir sekarat.

"David, It's okay. No problem for that. You can leave the rest with Tsukasa." ujar Lucy.

"Lama tidak bertemu, Akihiko..."

"Shigure?!" seru Akihiko kaget.

"Terkejut bahwa kita ada di pihak yang sama? Iya tapi aku akan lenyapkan ayahmu yang tak berguna ini." Ujar Shigure.

"Tunggu, maksud anda? Saya adalah the BEAST. Saya adalah Dajjal. Kenapa saya dilenyapkan?"

"Anda hanya BONEKA!"

DOR!

"Jenderal!!!"

"Ayah...."

Jenderal Moriyama akhirnya tertembak oleh seorang laki-laki ajudan Helel bernama Shigure.

Akihiko benar-benar marah...

"ABRACADABRA!"

David mengeluarkan teknik sihir yang membuatnya jadi setengah setan, artinya darahnya setengah sudah dikorbankan untuk Lucifer.

"Good, you are truly the devotee of Lucifer, Rothschild Family." Ujar Helel.

"Not until you die, Lucifer doll!" seru David.

"Aku, David Rothschild mengorbankan diriku untuk menyelamatkan Jepang dengan menjadi Setan atas Sihir Lucifer dan mati ditangan tunanganku sendiri..." ujar David dengan terengah-engah.

David melawan Helel. Akihiko melawan Shigure.

"Akihito-kun..."

"Rin..."

Rin langsung menyerangku dengan pedang yang ia bawa.

"Kali ini kau akan kukalahkan!"

"Rin, hentikan!"

Pertarungan sengit tak terelakkan lagi. Aku melawan Rin.

"Anakku David pengkhianat. Kau harus mati sebagai tumbal untuk Lucifer." ujar seseorang.

Mereka adalah Jason Rothschild dan Rina Ayasaki. Ayah dan Ibu Mary.

"Aku tak masalah ayah!" seru David.

"Rin ambil protokol Wide Awakening dan Absolute Adjustment dari Tas Akihito." Seru Shigure.

"Beres." Pungkas Rin.

"Akihito-kun..."

"Akihiko!!!"

Akihiko tertebas oleh Shigure, lalu tewas seketika.

"Shigure!!!!!"

Aku bergegas melawan Shigure. Sementara Rin berusaha mengambil protokol yang sudah aku dapatkan, tak lama...

"You won't find that protocol anywhere." Ujar Mary.

DOR!

"RIN!!!!"

Rin tewas.

"Dasar pengkhianat!" seru Helel.

DOR!

"David!!!!"

David tertembak oleh Helel. Darahnya diminum oleh Helel.

"Hahahahahahahahahahahhaha."

DOR!

"Kurang ajar..."

Shigure mulai kehilangan keseimbangan dan jatuh setelah tembakan yang kugunakan.

Shigure sudah mati, Akihiko juga, Rin juga, David juga.

Tiba-tiba, Mary...

Mary!

"Mary!!!"

Mary seperti kerasukan setan.

Tsukasa langsung mencoba menyadarkan Mary tapi naas.

Jantung Mary berhenti.

Mary seketika mati.

"Ini adalah pengorbanan untuk Lucifer, bersama David." ujar Jason.

"Maaf pak! Kau tega sekali dengan anak bapak!" seruku

Mary tewas dikorbankan untuk Lucifer

Helel meminum darah Mary.

"Aku luar biasa!!!!! Sembah aku!"

"Aku tidak mau!" seruku.

Hanya aku sendiri tinggal melawan Helel dan keluarga Rothschild.

Aku terus menebaskan pedang Rin ke Helel tapi ia entah kenapa tidak bisa tertebas.

"Beginilah jadinya ketika kau melawan Tuhan, Akihito!"

"Aku tidak peduli lagi! Aku akan mewujudkan Perfect Harmony " seruku.

Pertarungan sengit terjadi, Jason Rothschild hanya melihat dari jauh.

Tiba-tiba ku dengar suara.

"Akihito-kun..."

"Rin..."

"Hentikan waktu..."

"Bagaimana caranya?"

"Benamkan pedang ini ke tanah, ada beberapa hal yang aku ingin bicarakan."

Kubenamkan pedang ini ke lantai ruangan DK PBB.

Waktu sontak terhenti. Ini bukan Rin, ini adalah Kesadaran Rin yang ditransfer sebagian ke pedang ini.

"Akihito-kun, aku minta maaf..."

"Rin..."

"Pulanglah ke Jepang, selamatkan negaramu sebelum di Bom Helel dengan Bom setara Hiroshima-Nagasaki lagi."

"Tapi bagaimana dengan Helel?"

"Helel tidak akan mati selagi keluarga Rothschild berkuasa. Yang kamu harus pikirkan bagaimana menyelamatkan Masyarakat dari Illuminati. Bawa semua protokol."

"Rin..."

"Terimakasih untuk semuanya..."

Rin pun menghilang...

Waktu kemudian bermula kembali.

"Tsukasa bawa Yurika dan tim DK PBB yang lain!"

"Maafkan aku!" seru Helel.

Helel menembak Robin, dan seluruh tim DK PBB, Sehingga yang tersisa hanya Aku, Tsukasa dan Yurika.

"Puaskah kau wahai Lucifer?!" seruku.

"Aku puas membuatmu hidupmu menderita supaya kau tidak menyembah tuhan yang satu."

Aku melarikan diri bersama Tsukasa dan Yurika. Kami berdua masuk ke mobil yang berjalan ke arah Bandara.

Tsukasa memegang kepalaku dan berkata. "Jangan lihat kebelakang. Masa depan kita masih panjang!"

Akhirnya kami berangkat ke Los Angeles International Airport. Akhirnya meninggalkan Amerika yang penuh kenangan ini.

5 jam lebih kemudian. Pukul 21:40 malam Waktu Los Angeles. Kami pun sampai ke bandara. Kami langsung menunjukkan paspor diplomat untuk bisa langsung masuk. Kami bergegas menuju hanggar bandara untuk naik ke pesawat Jenderal Moriyama.

Sesampainya disana,

Akihito-kun ayo naik kata Tsukasa-senpai

Yurika juga bilang hal sama.

Awalnya aku ragu dan takut tapi akhirnya aku memutuskan untuk naik.

Selamat Tinggal Amerika. Good Bye!

27 Juni 2025

Sesampainya aku di Jepang...

Kehancuran dimana-mana...

Apakah ini yang Mana mau?

Flashback On

Mana Tendou

"Aku hanya punya file ini untuk mengetahui segala rencana busuk Illuminati"

Aku sedang mengotak atik laptopku di ruang kelas. Aku menyelesaikan segala urusan perkuliahanku, maksudku kurikulum dalam mengajar.

Tak lama aku menemukan sesuatu...

"Apa?! Kehancuran Dunia, Tokyo?!"

Ini tidak mungkin, tidak bisa kupersepsikan.

Ini gawat, tapi aku harus merahasiakan ini dari Akihito-kun.

Tiba-tiba, Akihito-kun datang menghampiriku di kelas.

"Sayang, ayo pulang." ujar Akihito-kun.

"Baiklah." anggukku.

"Apa yang ada di laptop itu?" tanya Akihito-kun penasaran.

"Sudah... Ayo kita pulang." ujarku sambil mendorong suamiku kedepan agar buru-buru pulang.

Aku sungguh tidak ingin ia khawatir.

Flashback Off

Akihito Hashimoto

Aku masih hidup, pulang bersama Yurika dan Tsukasa. Ku melihat semua kekacauan ini, dan aku tahu siapa saja yang sudah gugur. Sesampainya aku di Tokyo, aku langsung bergegas ke Laboratorium MANA. Menemui yang tersisa dari MANA, Nana Zen.

Aku seperti kehilangan sesuatu. Begitu menyesakkan melihat kota hancur dan mayat bergelimpangan...

Aku terduduk, tersandar, melingkarkan badanku, mukaku penuh dengan kegelapan, alis mataku naik, mataku sayup, dan bibirku merengut.

Mayat ada dimana-mana dan aku hanya bisa diam terkaget.

Aku tidak bisa terima ini!

"Sungguh kuat kau rupanya, Akihito-kun. Dibalik tekanan yang ada pada otak dan jiwamu, kau masih bisa bangkit dari keterpurukan. Semuanya sudah berusaha tinggal aku yang masih ada disini." ungkap Nana dengan melebarkan garis bibirnya.

"David, sepertinya kau bukan orang biasa, kau adalah keturunan Illuminati yang diberikan anugerah oleh setan namun kau gunakan untuk kebaikan, melawan setan itu sendiri. Aku yakin kau akan dibalas di akhir nanti." Ujarku memegang Buku David.

Advanced Modesty of Humanity adalah buku yang transendens, buku yang tidak lekang oleh waktu, buku itu menjadi inspirasi bagiku untuk membuat sesuatu yang lebih besar, penanggulangan efek Wide Awakening. Pengendalian Sistemnya dengan Absolute Adjustment. Sehingga dualitas metode ini kunamakan:

Wide Awakening of Very Human Existence

"Lalu apa rencanamu selanjutnya?" tanya Tsukasa.

"Aku akan membuat aliansi baru selain DK PBB, yaitu Konvensi Keselamatan Dunia atau World Security Convention menggantikan DK PBB. Aku akan jadi ketuanya."

Bunyi Monitor Detak Jantung pun statis...

"Nana!"

Nana meninggal.

Jadi hanya tinggal aku, Tsukasa dan Yurika.

Aku tahu semuanya akan seperti ini, karena aku melawan kejahatan, tapi aku yakin aku pasti bisa melawan mereka.

"Kita tinggal disini." Ujarku pada Yurika dan Tsukasa.

Tsukasa dan Yurika mulai mempersiapkan komputer untukku dilakukan Wide Awakening of Very Human Existence.

"Persiapan sudah siap, Akihito-kun, kami akan pantau dari sini!"

WAVE ON!

DUARR!

"Tsukasa-senpai! Yurika!"

Aku yang berada di ruang kontrol langsung terperanjat keluar dari kapsul WAVE kemudian menghampiri suara lirih yang terdengar.

Terdengar suara lirih.

"Tsukasa-senpai! Apa yang terjadi?"

"Haruka ada di ruang kontrol sebelah, tolong bangunkan dia. Aku tidak bisa apa-apa lagi. Yurika sudah mati terkena tembakan dari Helel. Helel ada disini sekarang! Selamatkan Haruka!"

Tiba-tiba Denyut Jantung Tsukasa-senpai menghilang.

"Tsukasa-senpai!!!"

Aku harus menemui Haruka! Aku berlari sebisaku menuju ruang kontrol sebelah.

"Haruka! Kenapa kamu ada disini?"

"Akihito!"

"Kamu tidak jadi wave on berarti ya? Aku sudah berada disini sejak 2 minggu yang lalu, namun sayang Tsukasa-senpai belum beritahu kamu. Ayo kita akhiri semua ini! Dua protokol sudah dimasukkan Tsukasa-senpai ke kapsul tempat kamu ingin melakukan Wide Awakening."

Sebentar, apa yang terjadi kenapa seolah mirip dengan yang aku rasakan kemarin waktu aku masih tidak sadar.

"Bawa Bulu Burung Waktu!"

"Sudah aku scan dan telurnya sudah di inkubator sekarang. Sambungan radio elektromagnetik sudah ready."

"Baik kita akhiri semua ini, Haruka!"

"Ayo tekan tombolnya."

Aku menekan tombol start!

"Sayang..."

Aku mendengar suara yang sangat familiar bagiku. Ini terulang lagi!

"Haruka... Suara ini?"

Mana?!

"Aku kembali, maaf telah menunggumu selama lebih dari 3 tahun..."

"Akihito-kun?!"

Aku terdiam, aku melihat wujud Mana, kembali, tepat seperti waktu itu.

"Mana, jangan ganggu aku, sudah kubilang kita tidak akan pernah bisa bersama, kita sudah berbeda." ujarku pada Mana.

"Akihito-kun?!" seru Mana kaget.

Haruka hanya terdiam.

Haruka berusaha mengingatkan aku tapi entah kenapa aku hanya bisa terus mendengar perkataan Mana-chan. Jelas, Mana-chan adalah istriku. Betapa kagetnya aku dia bisa kembali.

"Akihito-kun! Menghindar dari dia!" ujar Haruka.

"Kau hanya seorang Lilith, Haruka. Kau bahkan tak tahu bagaimana memperlakukan Akihito-kun dengan baik, ingatkah kamu?!"

"Lilith? Jangan kau putar balik dunia ini dengan semua omong kosong impianmu!"

Mana dan Haruka memang dari dulu selalu berlawanan. Mereka memiliki pandangan yang berbeda mengenai kehidupan. Mana ingin mengejar mimpi sementara Haruka ingin menerima realita.

"Tentu saja aku pilih Haruka!" seruku.

Ku ambil pedang di dekat komputer kontrol lalu aku tebaskan pedang itu padanya.

"Akihito-kun! Kenapa kau keras kepala?!"

"Karena aku sudah pernah mengalami hal ini juga!"

"Aku sudah bilang, aku yang menguasai semua di bumi saat ini, kamu tidak bisa apa-apa, Lilith! Aku adalah Eve."

"Aku bukan merah, bukanlah kuning, aku adalah biru. Berubah!"

"Akihito-kun!" seru Haruka.

Timbul halo diatas kepalaku. Pedang kuning yang aku pegang disebelah kananku. Dan seluruh pakaianku menjadi berwarna biru bersayap biru putih. Seperti malaikat.

"Maafkan aku, Aku sayang kamu, tapi kamu harus aku kalahkan."

Rambutnya berubah menjadi putih, matanya menjadi merah, sekujur tubuhnya membentuk siluet dua phoenix dengan sayap berwarna merah. Inilah bentuk asli Mana Tendou, istriku yang sama sekali aku tidak ketahui.

"Ayo lawan aku."

Tang! Tung!

Bunyi Pedang yang saling berbenturan. Haruka hanya melihat dari jauh.

"Menyerahlah Akihito-kun, pada akhirnya semua akan kembali ke kita berdua. Aku jugalah yang membuat Haruka mengalami Wide Awakening tanpa pulang agar dia bisa kubunuh bersamaan dengan hancurnya Laboratorium ini. Aku sudah pasang detonator bom di sekujur Lab. Pada tanggal 28 Juni 2025, Pukul 18:28:25, Seluruh Laboratorium ini akan hancur."

"Aku tidak takut!"

Haruka hanya melihat. Ia bingung bagaimana caranya, entah yang dia rasakan kecewa yang membumbung tinggi, juga cemas karena Nyawa Akihito-kun sedang diujung tanduk.

Jika dia tidak bertindak, maka usaha dia selama di dimensi sebelumnya akan sia-sia.

Ia mencekikku

"Ikut denganku! Akulah yang tahu kamu itu siapa, semua tendensimu, semua nafsumu, aku bisa puaskan semua itu! Kamu ikut denganku dan jadilah Adamku." ujar Mana mengerahkan seluruh kekuatannya. Mana-chan menggunakan sihir hipnotis.

Wushhhh

Muncul cahaya kuning abu-abu dari sekujur tubuh Haruka.

Jangan-jangan dia Awakening juga.

Ia memiliki sayap putih abu yang indah.

"Mana-chan, aku akan selesaikan ini denganmu!" seru Haruka.

"Haruka?"

Stab.

Haruka memanah tepat di jantung Mana-chan. Kekuatan Mana-chan seketika menyusut dan mulai menghilang. Aku terjatuh. Masih bisa berdiri karena pedangku.

"Ayo Haruka! Kita selesaikan ini!" seruku pada Haruka.

Aku menebas Mana hingga keluar darah dari mulutnya sendiri, Haruka melayangkan panah tepat di jantung Mana.

Setelah itu, kubaringkan Mana-chan.

"Akihito-kun, maafkan aku."

"Aku sudah maafkan kamu. Kenapa kamu harus kembali menjadi jahat? Apakah dengan kondisi kamu yang sekarang aku tidak menerimamu? Aku sudah pernah menerima Manami jadi jangan pernah kamu judge dirimu lagi. Kamu itu orang baik yang jatuh di tempat yang salah."

"Aku malu dengan diriku sendiri. Aku sudah membunuh semua manusia kecuali kamu dan Haruka."

"Sekarang semuanya selesai. Kita sudah baikan kembali, Aku sayang kamu, Mana-chan."

"Aku sayang kamu, Akihito-kun."

Mana tiba-tiba kehilangan detak jantungnya. Ya, dia sudah mati.

Aku memeluk Mana-chan untuk terakhir kalinya lalu membaringkannya lagi. Aku menghampiri Haruka setelah itu.

"Haruka, terimakasih telah banyak menolongku. Aku tidak sia sia berjuang untukmu."

"Kamu sudah berjuang, aku hargai itu."

Haruka tiba tiba jatuh.

"Haruka?!"

Tidak terdengar denyut apa-apa dari Haruka. Haruka!! Haruka meninggalkanku.

28 Juni 2025, Jam 6:13 Sore. Waktu Tokyo.

Aku hanya tinggal sendiri, orang tua dan keluargaku sudah dibunuh oleh Mana-chan.

Semua teknologi sudah musnah kecuali laboratorium ini yang masih beroperasi.

Aku akan lakukan tugas terakhirku.

COPYING SOUL DATA... 50%

75%

95%

98%

100%

Aku sudah melakukan hal yang benar.

Aku mengambil jasad Mana-chan dan Haruka.

Aku melakukan hal yang sama.

"Please create the name of the world you created."

Aku diminta memberi nama dunia yang ada dalam dimensi komputer ini.

Aku membuat dua dimensi, dimensi alpha dan dimensi beta. Sesuai yang kulihat di lompatan waktu.

Mana-chan aku letakkan di alpha.

Haruka aku letakkan di beta.

Soul Copy Complete.

Data kesadaran masih ada di tubuh setelah yang punya tubuh meninggal dunia.

Sesuai yang aku alami di mimpiku.

Sekarang tinggal aku sendiri.

Aku sudah menggandakan kesadaranku di dua dimensi tersebut.

Aku harus tinggalkan laboratorium ini sebelum meledak. 15 menit lagi lab ini meledak.

Aku akan melakukan proses terakhir.

Wide Awakening of Very Human Existence start!

Aku sudah menyambungkan dengan gelombang elektromagnetik yang ada di Laboratorium, entah tersambung atau tidak tapi aku berharap ini akan tersambung.

Now Loading... 50%

Ayo cepat.... waktu tinggal sedikit lagi.

100%

Akhirnya,

"Jika anda ingin melanjutkan proses ini, maka komputer ini setelah selesai melakukan proses WAVE akan menghancurkan dirinya sendiri, apakah anda bersedia?"

Aku pilih Iya.

Lalu muncullah cahaya dari pintu keluar dari Lab.

Muncul juga tulisan

"Exit Light."

Tadinya tidak ada tulisan itu.

Aku melihat diriku di cermin sebelum aku pergi.

"Aku, Akihito Hashimoto, telah menyelesaikan tugasku, sebagai Kepala Laboratorium MANA. Menyelamatkan dunia untuk terakhir kalinya, Menemukan Potensi Diriku yang hilang yaitu Keberanian yang didapat dari Haruka yang membelaku melawan Mana-chan yang Obsesif. Dan menerima diriku seutuhnya termasuk sisi obsesif dan sensual diriku. Saat ini aku akan meninggalkan Laboratorium sebagai tanda bahwa Laboratorium ini selesai beroperasi. Terimakasih atas segalanya."

Cermin itu langsung masuk ke dalam dinding. Aku pun pergi melewati exit light. Lahir sebagai diri yang baru. Aku harus cepat keluar. Untungnya exit light itu menuntunku ke jalan keluar. Aku menuruni tangga karena Lift tidak bisa digunakan lagi. Setelah lama turun, aku berhasil keluar dari Laboratorium.

Aku akan kemana sekarang, tidak ada portal tersisa, aku hanya sendiri disini setelah kekacauan terjadi. Aku tak punya cara lain.

DUARR!!!!!

TO BE CONTINUED