Chereads / Hourglass // Dreamer / Chapter 4 - Kurva 2 - Kou Sakura

Chapter 4 - Kurva 2 - Kou Sakura

Alter Dimension: 3:30 pagi

Masih pagi sehingga aku masih merasa mengumpulkan nyawa. Aku pun kemudian bergegas ke wastafel menggosok gigi. Khawatir aku air ludahnya berlimpah saat tidur. Baunya jadinya, tidak enak. Aneh ya. Semua pengalaman disini semuanya nyata. Aku bener bener menggosok gigi. Aneh juga. Aku ingin mencari kedua cewek itu. Aku pun keluar dan mengunci kamarku lalu turun ke lantai 1 mengecek di ruang tamu. Eiko apakah ada? Manami apakah ada? Ternyata pintu keluar apartemen terbuka. Aku pun berjalan keluar dari apartemen. Kulihat Eiko sedang sendiri duduk di taman. Merenungi sesuatu.

Kuhampiri dia dan kutanyakan beberapa pertanyaan seperti "kamu kenapa?" dan "sedang ngapain?" namun tidak direspon. Aku pun duduk disampingnya.

Tiba-tiba dia melihatku dengan wajah muram.

"Eiko, ada apa?" tanyaku heran.

"Aki..." ujar Eiko lirih.

"Kamu tumben tidak manggil dengan -kun lagi?" tanyaku lebih heran.

"Akihito, Aku... Aku sedih. Aku merasa ga punya pengalaman masa kecil seperti yang kamu rasakan selama ini..."

"Bukankah kalian besar dan melewati masa lalu kan?"

"Betul. Tapi yang kulihat hanya orang lain. Cewek lain yg mirip aku tapi bukan aku. Aku merasakan masa lalu bersamanya."

Jangan-jangan.

Sebentar...

"Aku boleh pegang tanganmu?" tanyaku.

Eiko mempersilahkanku. Aku pegang tangannya lalu tiba-tiba kepalaku sakit lagi. Aku tidak bisa menahannya hingga aku berteriak.

Manami yang dari kejauhan lantai 2 ternyata mendengar suaraku. Ia kaget dan langsung menghampiri kami berdua.

"Akihito! Kamu ada apa?!" seru Manami cemas sekali.

Eiko makin sedih mukanya. Eiko bener bener sedih hingga menangis. Eiko pun pergi meninggalkan Manami dan Akihito.

Aku tak lama kemudian tenang kembali. Aku merasa ada memoria tapi kenapa tidak terlihat.

Ternyata aku melihat sesuatu, kilas balik. Aku menceritakan hal ini kepada Manami. Lalu, aku panggil Eiko ke taman.

Eiko masih sedih. Lalu aku dorong dia, namun dia masih tidak mau. Akhirnya aku pegang tangannya. Dia dengan terpaksa mengikutiku.

Setelah sampai di taman, Manami kemudian bertanya kembali.

"Eiko, apa yang terjadi denganmu? Kenapa kamu sesedih ini?" tanya Manami.

Aku yang jawab!

"Oke. Aku yang jawab. Eiko susah menjawab perkataanmu. Dia terus diam dari tadi. Dia kepikiran masa lalunya. Lalu, aku coba pegang tangannya. Namun tiba-tiba aku kepalanya sakit lagi. Kondisi Awakening pun berjalan seperti waktu kemarin itu." jawabku.

"Apa yang kamu lihat?" tanya Manami.

"Aku melihat... Perempuan yang mirip dengan dia. Perempuan itu..." ujarku terbata-bata.

Tidak salah lagi. Dia adalah...

Kou...

Kou-chan...

Tapi mereka berdua adalah entitas yang berbeda. Aku sadar itu. Kepribadian mereka ada perbedaan walau banyak kesamaan.

"Kou Sakura. Gadis yang kutemui di Forum Mahasiswa Jepang. Dia adalah sosok gadis anggun, elegan, cerdas juga. Dia sangat fasih berbahasa inggris. Kebetulan dia sekarang jadi guru bahasa inggris di beberapa sekolah."

Kou... Ya! Kou Sakura.

Entah kenapa aku mendengar namanya menjadi sedih...

Iya, sedih. Aku masih ingat semuanya.

"Manami, Aku dulu menyukainya. Pada awalnya itu karena keterpaksaan ketika teman cowokku bernama Tatsuya Amano yang juga seorang ahli debat bahasa inggris saat mahasiswa yang juga kutemui di Forum Mahasiswa Jepang menggosipkan aku dengannya." jelasku.

Eiko pun tiba-tiba tersadar. Eiko mengalami hal yang sama. Kepalanya sakit. Ia pun teriak. Aku mencoba menenangkan Eiko. Tapi Eiko lepas kendali. Lalu secara tiba-tiba, cahaya merah melesat ke langit alter dimension. Aneh. Kenapa ini bisa terjadi juga di alter dimension? Padahal ini Eiko dan Manami adalah penunggu dimensi ini.

"Berarti aku tinggal tunggu waktunya saja. Baik, Aki-kun, kita mungkin akan sedikit tidak teratur dalam regresi kali ini. Tapi ini sangat penting. Menurutku, kamu punya beban emosi terhadap Kou, benar?" ujar Manami.

"Betul. Aku masih sedikit benci dengannya. Apalagi ketika waktu itu..." jawabku terpotong oleh Eiko yang tersadar dengan cahaya biru jingga meliputi dirinya. Dengan kupu-kupu biru jingga yang banyak sekali.

Jumlahnya ada 12.

"Eiko... Kou... Aku sadar sekarang. tapi kenapa hal ini bisa terjadi juga padaku?" tanya Eiko heran.

Eiko mengemukakan keinginannya ingin bertemu dengan Kou.

"Kamu juga ingin bertemu dengan Kou, Eiko? Oke. Kita coba flashback ke masa Forum Mahasiswa Jepang. Aku tertarik melihat seberapa dekat Akihito-kun dengan Kou." ujar Manami.

Akhirnya, kami bergegas untuk flashback ke Forum Mahasiswa Jepang.

-Flashback: 18 April 2016-

Kami sampai di lokasi yang benar benar rindang dan sejuk. Kalau dalam penglihatanku ini berada diatas bukit yang cukup tinggi dari perkotaan. Cuacanya cukup dingin dan sejuk. Aku suka daerah ini. Iya jelas, aku pernah disini. Lokasi bergulirnya Forum Mahasiswa Jepang, Bukit Watanabe. Villa Watanabe adalah tempat kami dilatih.

"Aku ingin lihat Kou." ujar Eiko

"Sabar dulu. Kita masih mencari dimana mereka." ujar Manami.

"Sebentar, apa kita tidak pindah tanggal saja ke tanggal 22 April?" ujarku.

Aku baru ingat disini tempat masih kosong. Kami pun skip ke tanggal 22 April 2016.

-Flashback: 22 April 2016

Kami sampai di tempat yang berbeda. Ternyata Universitas Budaya Watanabe. Kami berada di sekitaran aula universitas. Ternyata ada beberapa orang yang ingin masuk ke Aula tersebut.

Kami melihat ada yang memakai baju rapi jas dan tuxedo. Aku kenal beberapa diantara mereka. Aku pun masuk dan duduk diantara tempat duduk di depan.

"Kamu yakin Kou disini?" ujar Eiko.

"Aku yakin. Dia akan duduk tepat disebelah kita." ujarku.

Tiba-tiba, Aku melihat diriku yang lain. Sedang bersiap untuk makan. Aku duduk tenang.

Ternyata, tiba-tiba.

"Kou..." ujarku lirih.

Eiko tersenyum.

Aku melihat Eiko dan diriku yang lain berjabat tangan akrab. Aku mendengar percakapan mereka.

"Bagaimana kabarmu Kou?" tanya diriku yang lain.

"Syukur aku baik. Darimana tahu kegiatan ini?" tanya Kou.

"Aku ikut iseng saja. Eh bagaimana kabar Daerahku?" tanya diriku yg lain.

"Yah begitulah. Semakin maju. Semenjak kamu merantau ke kota ini. Kota lamamu makin maju. Ya lumayan. Ada salam dari beberapa senior disana. Katanya Kamu itu Aneh." ungkap Kou.

"Hahaha. Mungkin memang benar aku aneh ya..." jawab diriku yg lain.

Mereka tertawa dan mengobrol banyak. Mereka terlihat akrab.

"Aku dan Kou adalab teman akrab. Dahulu kami bersaing dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah di Universitas daerahku. Aku juara 3 dia juara 1." ungkapku pada Eiko.

"Sesuai deskripsiku selama ini, tapi dia pernah mengalami masa sulit kan?" tanya Eiko padaku.

"Aku jujur tidak tahu pasti. Hanya aku lihat dari salah satu sosial media. Dia bersyukur diberi kesempatan hidup kedua secara fisik." ungkapku.

"Dia mirip denganku. Setelah aku mengalami momen menyakitkan, aku pun bangkit kembali." lanjutku.

Eiko tersenyum.

"Ini bukan masalah, aku ingin lihat titik masalahnya dimana. Ayo Akihito-kun beritahu titik masalahnya dimana!" ujar Manami penasaran.

"Mari kita ke Selangor! Disana akan tahu kenapa masalah ini dimulai?" ujarku.

Kami pun melanjutkan regresi ke beberapa bulan setelah kejadian.

-Flashback: 15 Juli 2016-

Aku sampai di salah satu ruangan apartemen. Aku melihat ada 6 orang yang bersiap siap berangkat ke Hotel untuk menjalani lomba sidang. Saat itu aku hanya tertegun, aku mencoba mengingat semuanya.

Aku melihat diriku sedang memakai dasi. Lalu dirapikan oleh Kou.

"Dia membantumu merapikan dasi?" ujar Eiko.

"Betul. Semenjak hal itu aku yakin dialah satu-satunya dengan beberapa bukti yang kupegang sebelumnya." ungkapku.

"Jadi kau mencintainya?" tanya Manami.

"Betul. Dahulunya. Semua berubah beberapa jam kemudian setelah sidang." ungkapku.

Kami menunggu hingga jam 18:00 waktu Selangor.

Aku melihat Diriku yang lain tertidur. Sedang yang lain keluar. Aku pun bergegas keluar ruangan. Aku lihat ada tiga orang yaitu, Tatsuya, Morina, dan Hibiki. Mereka berbicara serius.

"Kondisi Kou tidak bisa kita biarkan. Dia melemah." ujar Tatsuya

"Aku pikir kita harus bawa dia ke klinik." ujar Morina.

"Tapi bagaimana dengan lombanya?" tanya Hibiki.

Mereka berbincang lama lalu masuk kedalam.

Ternyata Kou mimisan saat itu.

Morina panik dan berseru kepada diriku yang lain. Lalu diriku yang lain berlari mencari obat mimisan. Dia bertanya-tanya kepada apoteker di beberapa apotek hingga 4 apotek.

Akhirnya pada apotek ke lima, diriku yang lain mendapatkan obatnya.

Aku tertegun melihat perjuanganku saat itu.

"Segitunya kamu mencari obat untuk Kou?" tanya Eiko heran.

"Betul. Aku sangat cemas. Khawatir. Seandainya Kou tidak ikut maka aku juga batal ke Selangor. Karena hanya kami berdua yang tadinya berangkat." ungkapku.

"Tapi kenapa kalian bermasalah?" tanya Manami.

"Lihatlah ketika pulang dari apotek." ujarku.

Kami mengikuti diriku yang lain hingga ke apartemen.

Sesampainya di apartemen, hanya Kou dan diriku yang lain didalam kamar itu...

"Disini awal masalahnya." ungkapku.

Aku melihat diriku yang lain memberikan obat mimisan kepada Kou.

"Kou! ini obat mimisannya. Sudah kubeli." seru diriku yang lain dengan ngos-ngosan.

"Obat apa? Aku nggak mimisan sama sekali. Aku tidak apa-apa. Berapa uangmu beli obat ini? Aku ganti!" seru Kou.

Kou mengambil uang dari dompetnya dan diberikan kepada diriku yang lain.

Diriku yang lain heran dan tidak percaya. Diriku yang lain mencoba mendekati Kou. Dekat...

Sangat dekat...

Kou sedang berbaring di kasurnya..

Ketika diriku yang lain berusaha mengecek panasnya Kou meyakinkan dirinya yang diberitahu

Kou itu benar, ternyata Kou langsung berbalik menolak ke belakang.

"Wah? Kok dia gitu?" tanya Eiko heran sekaligus sedih.

"Dia begitu karena ada alasannya. Tapi niatku regresi adalah mengetahui alasan dalam alasan yang dia bilang kepadaku." ungkapku.

"Aku rasa kita dapat poinnya." ujar Manami yakin.

Lalu mereka tampak saling diam. Sama dengan diriku dan Eiko. Eiko sedih.

Kami menunggu hingga besok malamnya.

Kami mendengar bahwa diriku yang lain akan mengajak Kou bicara tentang segala hal yang selama ini terjadi.

Diriku yang lain menunggu di rooftop. Menunggu dengan sabar. Tiba-tiba, Kou datang dan duduk berhadapan dengan diriku yang lain.

"Aki-kun... Mereka mau apa?" tanya Eiko.

"Kita lihat saja." ungkapku.

Diriku yang lain dan Kou berbicara serius.

"Aki-kun, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kamu seperti ini?!" seru Kou tapi dengan nada tenang.

Diriku yang lain terbata-bata, kesulitan menjawab.

"Kamu menyukaiku?" tanya Kou serius.

Diriku yang lain mengangguk.

"Inilah yang kusesali waktu itu..." ungkapku sedih.

Kou pun menaikkan nada bicaranya.

"Jadi kamu mau sentuh aku? Pegang aku? Selama ini kamu hanya mau itu?! Salah besar! Hentikan semuanya. Setan semua di kepalamu itu!" seru Kou marah.

Eiko tiba-tiba menangis.

"Yes! exactly at the problem!" seru Manami.

Diriku yang lain hanya terdiam.

"Aki! Aku berusaha menghindari semua ini karena aku juga dulu pernah seperti kamu! Hentikan Aki! Aku tidak mau lagi. Tolong beri kesempatan aku untuk tetap teguh dengan pendirianku selama ini. Aku tidak akan pernah ingin lihat ke belakang lagi!" seru Kou.

"Aku paham. Dia trauma." ujar Manami kepadaku.

"Ingatlah Aki! Ketika kamu menyukai seseorang harus dilihat dulu apakah kamu memang benar menyukainya atau tidak! Kamu benar benar sayang dengannya atau tidak! Atau ini semua hanya untuk menuruti nafsumu?! Salah besar! Aku tidak akan pernah setuju akan hal itu. Kamu punya banyak kesalahan Aki-kun! Asal kamu tahu, kalau dibilang aku yang harus jaga diri, justru kamu yang harus jaga diri! Aku tidak mau dengar omong kosongmu! Kamu harus mulai bersikap professional! Aku ini temanmu! Kamu dengan sikap seperti ini akan terus diinjak injak orang! Tidak punya harga diri!"

Diriku yang lain hanya terdiam.

Tiba-tiba muncul Facade dan Anima berada disampingku masing-masing...

"Aki! Lihat, dia membencimu! Kamu memang orang lemah tak berguna. Bahkan kamu tak selevel dengannya! Dia orang pintar, sedangkan kamu cacat mental!" seru Facade.

"Aku tidak bisa menghadapi Kou. Aku lemah dihadapan Kou..." ungkap Anima.

Aku muak mendengar kedua ucapan mereka!

Tiba-tiba muncul pistol dari langit.

Hah? Pistol? Kok bisa ada pistol?

Aku cobakan kepada Facade. Iseng.

Facade terluka parah.

"Kekuatan macam apa ini?" tanya Facade dengan terengah-engah berdarah-darah.

Aku tahu? Ini adalah simbolisasi Kou. Keadilan. Ketepatan. Kesesuaian dengan aturan. Pistol dipakai oleh Polisi untuk menegakkan keadilan. Ya pistol ini adalah warisan terpendam dari Kou untukku.

Eiko dan Manami kaget. Lalu, aku mengerahkan Energiku kepada Pistol itu. Entah kenapa aku bisa. Aku pun berseru.

"Qistice Judge!"

Laser besar melesat mengarah pada Facade. Lalu, Facade musnah.

Tatapanku mengarah pada Anima. Aku benar-benar muak!

Aku tampar dia!

"Apakah kamu lemah dikarenakan Kou? Bodoh kamu! Kou memberitahu kebenaran dan kamu harus terima, bukan kamu takut dengannya! Kamu salah! Kou juga manusia ingat itu! Jika kau menyayangi Kou maka perlakukanlah Kou dengan sebaik mungkin! Bukan malah memaksakan egomu sendiri!" seruku marah.

Eiko tersenyum lebar. Manami merasa Bangga.

"Akihito-kun sudah mulai dewasa dalam memahami orang lain. Bahkan tetap berpikir positif. Hadiahmu akan diberikan!" seru Manami.

Eiko menangis terharu. Lalu berlari memelukku dari belakang.

"Terimakasih Aki, Aku benar benar sayang padamu."

Maksudmu apa?! Jangan buat mukaku memerah! Aku hanya membantu dan belajar dari apa yang terlihat!

"Dasar Eiko. sudah tidak sedih lagi?" tanyaku sambil menggaruk kepala keheranan.

Eiko hanya tersenyum.

Tiba-tiba, seseorang Gadis datang. Seperti hologram tapi aku kenal siapa dia. Kou.

Kou Hologram datang dan menghampiriku.

"Aki, Aku minta maaf atas apa yang telah terjadi. Tapi dengan semakin dewasanya kamu maka aku semakin paham. Kamu bisa berubah. Tetap semangat boy!" ujar Kou.

"Baiklah." ujarku.

Tiba-tiba, Kou hologram berubah menjadi memoria.

"Memoria!" seruku.

Aku ambil memoria lalu aku buka tutupnya. Dan aku sentuh.

Aku tiba-tiba tidak merasakan sakit sama sekali. Hanya cahaya biru kuning yang makin kuat dan kupu-kupu keluar meliputiku lagi.

Sudah dua kupu-kupu yang meliputiku.

Eiko pun bercahaya.

"Aku benar benar merasa penuh. Aku sempurna." Seru Eiko.

Aku tiba-tiba melihat lintasan memori.

Aku melihat bahwa Kou benar benar salah satu istriku. Aku juga melihat bahwa Kou juga teman masa kecilku. Kou juga pembunuh ibuku. Kou juga anakku.

Aku sadar bahwa ini bukan kebetulan. Ini adalah tersurat.

Oke. Aku benar benar merasa baikan. Aku ingin pulang ke Alter Dimension dan istirahat.

"Aki... Boleh aku temani kamu malam ini dan siapkan perlengkapan tidurmu?" tanya Eiko penuh harap.

Aku kaget. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu.

Aku hanya bisa tertawa dalam hati.

Kami pun kembali ke Alter Dimension. Tidak ada monster hari ini. Untunglah.

-Alter dimension-

Kami sampai di alter dimension. Hari ini melelahkan. Manami langsung duluan karena capek.

Aku dan Eiko pun berangkat ke kamarku.

Sesampainya di kamarku, dia melihat kamarku berantakan.

"Aki-kun! Kamu tidak pernah diajarin membereskan rumah ya?" tanya Eiko heran.

Lalu kami berkelahi. Akhirnya Eiko pun membantu membereskan kamarku.

Kami pun berbicara banyak hal setelahnya.

"Aki... Aku mencintaimu..." ujar Eiko.

"Tak usah pakai omongan lah. Kan dengan kamu bantu aku sudah menunjukkan itu." jawabku.

Terimakasih ya Eiko. Ini diluar dugaanku.

Aku bahagia sekali.

Namun, aku yakin perjalananku belum selesai. Aku harus regresi ke beberapa titik agar bisa menyelematkan dunia. Aku pasti bisa!

TO BE CONTINUED