Kesejukan udara pagi telah mengiringi sejoli menikmati hamparan mawar putih yang keharumannya tampak merileks pikiran. "Suka?" Tanyanya dengan suara lembut.
Amira mengangguk.
"Sejak kapan kau menyipakan ini semua?"
"Apa aku harus menjelaskannya, huh?"
Amira langsung mendongakkan wajahnya ke atas berpadukan dengan tatapan merajuk. "Jika aku yang memintanya apa kau tetap tidak mau memuwudkannya, hum?"
Tidak ada satu kata pun yang mengiringi pergerakan bibir kokoh kecuali menghujani puncak kepala dengan kecupan sayang. Berulang kali dikecupinya puncak kepala Amira sembari memeluk erat. Tak ada yang mereka lakukan selain saling berpelukan bermanjakan keharuman luar biasa.
Entah sudah berapa lama dalam posisi seperti itu yang jelas Louis pun mengabaikan suara dari dering ponsel. "Sayang, ponsel mu terus saja berdering. Angkatlah dulu siapa tahu bahwa itu telepon penting."
"Biarkan saja, sayang." Memeluk erat sembari memarkirkan dagunya pada puncak kepala Amira.