Wajah Amira menyirat rasa bersalah telah membuat suami tercinta merasa tak nyaman atas kehadiran Olivia beberapa jam yang lalu. Dirangkumnya rahang kokoh dengan penuh kelembutan berpadukan dengan kecupan pada kening. "Aku minta maaf karena tidak bisa menghentikan Olivia menemui mu."
"Jangan pernah lagi mengijinkan wanita lain memasuki kamar kita. Paham?" Nada suaranya terdengar lirih, akan tetapi penuh perintah tak terbantah.
Amira mengangguk.
"Tidak perduli siapa pun itu. Baik Olivia atau pun yang lain."
Siluet hitam menyipit dengan tatapan menelisik. "Lalu, bagaimana dengan, Mom?"
Sikap Amira yang menggemaskan membuat bibir kokoh mengukir senyum geli hingga berakhir dengan kekehan kecil. Tak ayal bibir ranum langsung mengerucut hingga maju beberapa senti ke depan. "Ih, sayang kan aku tanya serius. Memangnya ada yang lucu, hah?"