Wajah tampan masih saja berselimut penyesalan mendalam atas kejadian mengerikan yang baru saja dialami oleh istri tercinta. Dengan gerakan perlahan mulai mendudukkan bokongnya pada sisi ranjang. Meskipun gerakannya dibuat sepelan mungkin, akan tetapi hal tersebut tetap saja mengusik Amira dari tidurnya.
"Maaf karena sudah membangunkan mu, sayang." Lirihnya berselimut rasa bersalah dan Amira tidak pernah suka bermanjakan wajah tampan menyirat ekspresi berbeda seperti ini.
Jemari lentik terulur mengusap rahang kokoh membuat manik biru memejam sejenak sebelum menghujani sang istri tercinta dengan tatapan penuh penyesalan mendalam. Bersamaan dengan itu mengecupi punggung jemari dengan penuh kelembutan. "Sorry." Lirihnya beriringan dengan setetes kristal bening yang telah membasahi permukaan kulit.