Tanpa dapat tertepis percikan - percikan api gairah mulai merayapi dari otak hingga ke pangkal paha. Seketika siluet hitam terbuka ketika merasakan sesuatu yang sangat keras menekan bagian belakang tubuhnya. Ingin rasanya memberontak. Sialnya, niatnya tersebut bergantikan dengan desahan tertahan ketika jemari kekar menyusup di antara tuxedo.
Jemari kekar mulai berselancar di antara kelembutan hingga kedua tangan berhenti tepat pada bagian yang menjadi pavoritnya. Ingin rasanya meremas dengan sangat posesif lalu, memilin dengan penuh kelembutan. Namun, niatnya tersebut tertangguhnya oleh suara dering ponsel.
"Shitttt, mengganggu saja." Geramnya.
Ditatapnya Amira dengan penuh cinta. "Sebentar ya, sayang."
Amira mengangguk.