Amira terlihat menghentak - hentakkan jari telunjuk ke atas meja. Tatapannya masih saja menajam berirama dengan pertanyaan. Meskipun suaranya terdengar lirih, akan tetapi bagi Melda penuh dengan ketajaman yang mengoyak pendengarannya secara langsung.
"Kalau memang tidak berbuat kesalahan. Kenapa juga harus merasa takut, hum?"
"Soalnya tadi kan saya berjalan mengendap - endap dan mengagetkan Anda, Nona Amira." Ucapnya dengan takut - takut.
Oh, Tuhan. Sungguh polos sekali Anak ini. Batin Amira dengan mengusap kasar wajahnya.
Tidak mau menciptakan suasana yang semakin mencengkeram Melda ke dalam ketegangan. Dengan segera melembutkan tatapannya. "Bagaimana kabar, Nenek?" Jujur saja pertanyaan Amira telah membuat Melda tersentak, bersamaan dengan itu mendongak dengan tatapan meremang. "Mel. saya sedang bertanya bagaimana kabar, Nenek? Jawab dunk!" Berpadukan dengan seulas senyum geli yang coba dia tahan.
"Em, kabar Nenek ... ba-ik." Jawabnya dengan terbata - bata.