Louis masih saja berdiri di balik pintu bertuliskan, Tuan Matthew. Siluet biru memejam sejenak beriringan dengan pergerakan jemari kekar pada handle pintu. Perlahan tapi pasti pintu pun terluka lebar membuat sang empu terperenyak.
Tidak hanya Matthew, Louis juga merasakan hal yang sama. Terlebih ketika dihadapkan pada satu kenyataan bahwa sahabat lamanya terbaring di ranjang rumah sakit dengan sebelah kaki terpasang gips.
Entah sudah berapa lama mengunci tatapannya dengan tubuh mematung yang jelas hal yang sama juga menyergap Matthew, dan juga Olivia. Inilah hal yang tak pernah mereka sangka bahwa takdir akan mempertemukan kembali dengan cara seperti ini.
"Louis ... " lirih Olivia. Seketika matanya memanas berselimut binar - binar kebahagiaan. Sungguh, tak pernah terbayangkan olehnya bisa dipertemukan kembali dengan sang pujaan hati.
