Azriel bergeming dengan tatapan menajam. Sorot matanya menggeliat rasa tak suka atas sikap sang ayah yang penuh dengan arogansi. Rahangnya mengeras, bibir mengetat, kedua tangan mengepal hingga buku - buku jari memutih. Inilah yang paling Azriel benci bahwa dirinya diperlakukan layaknya boneka.
Disuguhi sikap sang Putra yang penuh dengan penolakan telah membuat Sanjaya mencondongkan wajahnya ke depan berpadukan dengan bisikan. "Segera temui calon Istri-mu! Jangan membuatnya menunggu!"
Geram, itulah yang Azriel rasakan. Ingin rasanya memberontak dengan sangat tidak hormat, akan tetapi niatnya tersebut terpatahkan ketika tanpa sengaja ekor matanya beradu tatap dengan Nail - Azriel. Seketika tatapan Aditya melembut dan bersamaan dengan itu langsung melenggang dari sana. "Saya permisi."
"Silahkan, Tuan Aditya." Ucap Nail dengan penuh rasa hormat. Sementara tatapan Azriel memicing dengan rasa tak suka.
