Chapter 105 - Kecewa

Saat ini Amira tengah di sibukkan dengan layar laptop. Dia pun sedang memantau perkambangan bisnis sang ayah. Seketika bibirnya mengulas senyum disuguhkan pada satu kenyataan baru bahwa bisnis yang dikelola oleh sang ayah sudah mengalami kemajuan.

Meskipun kita saling berjauhan tapi, Amira selalu berdoa yang terbaik buat, Papa. Jaga kesehatan selalu ya, Pa. Amira, sayang Papa. Amira, rindu senyuman, kata - kata menenangkan, dan juga pelukan hangat, Papa. Gumamnya dalam hati.

Tanpa sengaja ekor matanya menangkap pada bingkai foto keluarga. Jemarinya terulur meraih foto tersebut lalu, mengusap wajah mendiang sang Mama. Seketika matanya memanas hingga air mata sudah menggenang di pelupuk. Diusapnya air mata bodoh tersebut secara kasar. Meskipun sekuat tenaga coba menahan supaya air mata tersebut tidak sampai jatuh. Nyatanya, lajunya pun tak dapat dihentikan hingga membasahi pipi mulus.

This is the end of Part One, download Chereads app to continue:

DOWNLOAD APP FOR FREEVIEW OTHER BOOKS