"Aku tidak peduli. Aku sudah punya bukti kalau kau adalah Dina."
Sesuap nasi yang akan masuk ke mulutku pun menggantung. Lalu, aku letakkan kembali ke piring.
"Mana buktinya?"
"Nanti aku ceritakan setelah kamu selesai makan." Dia terkekeh. Aku berdecak kesal. Lalu kembali melanjutkan makan. Sedikit kesal juga menanggapi perkataannya yang tidak penting.
Makam malamku sudah habis. Tiba-tiba, dia merengkuh tanganku.
"Ehh..eh, mau kemana ini?" tanyaku keheranan.
"Udahlah ikut aja." tukasnya. Jelas aku tidak bisa berkutik karena di hadapan para tamu dan karyawan. aku tidak mau menimbulkan kerusuhan karena ribut dengan anak pemilik hotel ini.
Dia membawaku sampai ke depan kamarku, aku mengernyit dahi.
"Kenapa kamu bawaku ke kamarku sendiri?"