Hubo merasa semenjak Chu Yue sembuh dari sakitnya dia seperti menjadi orang yang berbeda, tapi walaupun begitu Chu Yue yang dulu maupun yang sekarang tidak mungkin akan dengan mudahnya membenturkan dirinya ke pilar karena rasanya sakit.
"Tapi kuil Long'an sudah membantu kita jadi aku harus pergi ke kuil Long'an untuk berterima kasih." Kata Chu Yue.
Hubo kemudian berkata, "Obatnya akan segera matang, Nona minum obat dulu baru pergi ya."
"Ini untuk menguatkan tubuh, kamu saja yang minum, tubuhmu lebih lemah daripada diriku." Kata Chu Yue sambil sambil melambaikan tangannya lalu dengan 'lemas' pergi ke tempat biksu itu.
Tapi sebelum menemui biksu itu, Chu Yue pergi ke dapur terlebih dahulu untuk memasak air agar bisa mencuci kaki biksu itu, karena sudah lewat jam makan malam, dia tidak akan sempat untuk memasak dan dia merasa biksu itu pasti sudah makan malam juga.
Biksu itu melihat Chu Yue yang datang membawa ember berisi air, hal itu membuatnya langsung bertanya, "Kenapa kamu tidak istirahat saja?"
"Saya datang kemari untuk berterima kasih karena Tuan Besar karena sudah membantu saya untuk menyelesaikan masalah saya." Kata Chu Yue dengan suara lembut.
"Masuklah, di luar dingin." Biksu itu mengambil ember dari tangan Chu Yue dan mempersilahkannya masuk.
Chu Yue ragu-ragu, sesaat kemudian dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Saya tidak perlu masuk ke dalam."
"Kenapa?" Tanya biksu itu sambil melihat ke arah Chu Yue.
"Dengan status saya, Tuan Besar sudah memberikan sebuah pekerjaan kepada saya dan membuat saya bisa melewati musim dingin dengan baik saja saya sudah merasa puas, saya tidak ingin membuat Tuan Besar terseret masalah karena diri saya, sebab di dunia ini ada banyak orang-orang yang melihat dan membuat penilaian tanpa mengetahui kebenarannya." Kata Chu Yue tersenyum lembut.
Biksu itu kemudian berkata, "Kamu tidak perlu memikirkan pandangan orang lain. Tubuhmu lemah, masuklah bersamaku."
Dia mengatakannya sambil membawa ember yang berisi air hangat itu masuk ke dalam.
Chu Yue yang melihat biksu itu berjalan masuk akhirnya memutuskan untuk mengikutinya masuk ke dalam, lalu menutup pintunya menjadi setengah tertutup.
"Kamu tidak perlu bersikap begitu waspada." Biksu itu tahu apa maksud Chu Yue dan dia mengatakannya sambil menutup pintu itu agar udara dingin tidak masuk ke dalam.
"Tuan Besar, terima kasih banyak atas bantuan Anda." Chu Yue tidak mengatakan hal lain dan hanya dengan lembut mengatakan hal itu.
"Aku hanya membiarkan mereka mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, apa mereka meminta maaf kepadamu?" Tanya biksu itu sambil melihatnya.
"Iya." Chu Yue tersenyum lalu melihat ke arah biksu itu dan berkata, "Tuan Besar, biarkan saya mencuci kaki Anda."
"Baiklah." Melihat tubuh Chu Yue yang lemas, awalnya dia ingin menolak, tapi saat melihat sorot mata Chu Yue yang terlihat seolah menantikan hal ini, dia hanya bisa menghela nafas dalam hati kemudian menganggukkan kepalanya.
Dia melepaskan sepatunya lalu memasukkan kakinya ke dalam ember yang berisi air hangat.
Chu Yue kemudian duduk di atas sebuah kursi kecil dan mulai mencuci kaki biksu itu. Biksu tersebut melihat wajah Chu Yue yang lemah lembut dan membuatnya tidak mengira Chu Yue mau mengakhiri hidupnya dengan membenturkan dirinya ke pilar untuk menunjukkan bahwa dia tidak bersalah.
"Mereka tidak bisa melakukan apapun kepadamu atas apa yang tidak kamu lakukan. Kamu tidak perlu menggunakan cara seperti itu untuk membuktikan bahwa dirimu tidak bersalah." Kata biksu itu.
"Mereka… membuat saya menjadi bersalah." Kata Chu Yue sambil terus menundukkan kepalanya.
"Hm?" Biksu itu tidak memahaminya.
Chu Yue mengangkat kepalanya dan setelah melihat wajah biksu itu sebentar dia langsung kembali menundukkan kepalanya dan melanjutkan mencuci kaki sang biksu, "Saya… tidak memiliki kepercayaan diri untuk melawan."
Perkataan itu biasa saja tapi biksu itu merasa seperti ada bulu yang menggelitik perasaannya, dia menundukkan kepalanya dan melihat kepala Chu Yue.
Tapi Chu Yue tidak mengatakan apapun. Dia mencuci kaki biksu itu sambil berkata, "Tuan Besar silahkan istirahat lebih awal, saya akan pulang dulu. Besok pagi saya akan datang untuk menyiapkan sarapan untuk Anda."
Kemudian Chu Yue segera pulang. Sebenarnya biksu itu ingin bicara lebih banyak dengan Chu Yue tapi saat dia membuka mulutnya, tidak ada kata-kata yang keluar.
Saat Chu Yue baru saja keluar ke halaman, dia melihat Yingda menunggunya. Yingda membawa sebuah jubah berbulu yang biasanya digunakan oleh biksu itu, Chu Yue dengan kebingungan bertanya, "Bukankah itu jubah milik Tuan Besar?"
"Tuan Besar memintaku untuk memberikannya kepadamu, pakailah ini." Yingda memberikan jubah bulu itu kepada Chu Yue. Itu adalah jubah bulu kualitas terbaik, di seluruh istana hanya ada 1 buah, dan biksu itu secara khusus memberikannya kepada Chu Yue.
"Kalau begitu tunggu sebentar." Chu Yue menerima jubah bulu itu lalu dia memanaskan bola ubi dan bola ketan serta sirup manis yang dia masak beberapa hari yang lalu untuk Hubo. Bola-bola itu berukuran kecil dan jika ditambah dengan sirup manis maka akan terasa lebih nikmat, sangat cocok untuk makanan ringan.
Yingda memberikan mangkuk yang berisi bola talas dan bola ketan itu kepada sang biksu, lalu biksu itu dengan wajah lembut berkata, "Dia lebih peduli kepadaku saat ini."
'Janda itu benar-benar mendapatkan untung besar, dia menggunakan 1 mangkuk bola ubi dan bola ketan itu untuk menukarnya dengan jubah bulu dengan kualitas terbaik!' Pikir Yingda.
Keesokan harinya kasim Feng datang untuk mengantarkan tumpukan kertas lagi. Saat dia melihat Chu Yue menggunakan jubah bulu milik tuannya, dia begitu terkejut hingga matanya terbelalak.
Dia langsung bersembunyi di pojokan lalu bertanya kepada Yingda, "Cepat katakan, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia bisa menggunakan jubah bulu milik tuan?"
Kasim Feng sama sekali tidak menyangka, dirinya hanya tidak datang beberapa hari dan sepertinya sudah ada banyak hal yang terjadi.
"Master yang memberikan itu kepadanya." Kata Yingda.
"Omong kosong, tentu saja aku tahu tuan yang memberikannya kepadanya, jika tidak mana mungkin dia berani menggunakannya? Maksudku adalah, bagaimana tuan bisa memberikan jubah bulu musim dingin itu kepadanya?" Tanya kasim Feng.
Jubah bulu itu hanya ada 1 di seluruh istana, dulu Pangeran Qin pergi berburu banyak hewan buruan dan ingin menukarkannya dengan jubah bulu itu, tapi tuannya sebagai paman Pangeran Qin tidak mau memberikannya.
Jadi dia sama sekali tidak mengira bahwa tuannya itu akan memberikannya kepada Chu Yue.
"Dia menggunakan 1 mangkuk bola ubi dan ketan untuk menukarnya." Perkataan Yingda benar-benar membuat orang yang mendengarnya merasa tidak percaya.
Kasim Feng membelalakkan matanya dan tertegun ke arah Yingda, "1 mangkuk bola ubi dan ketan?"
"Di dalam masih ada beberapa bola ketannya." Kata Yingda sambil menganggukkan kepalanya.
Kasim Feng merasa tidak sabaran, "Katakan semuanya kepadaku apa yang terjadi selama aku tidak datang kemari, jangan ada 1 hal pun yang kamu lewatkan."
Yingda menceritakan apa yang terjadi kemudian kembali bersembunyi. Dia meninggalkan kasim Feng yang masih berdiri di tempatnya seorang diri, lalu dengan wajah terkejut dan kagum berkata, "Cara yang digunakan oleh janda itu sama sekali tidak seperti yang biasanya digunakan oleh rakyat biasa."
Kasim Feng bukanlah Yingda, dia sudah tinggal di dalam istana selama bertahun-tahun hingga dia sudah menjadi kepala dari semua kasim di dalam istana.
Sekarang posisi masternya kosong, sedangkan para selir yang ada di dalam istana berebut untuk bisa menjadi pasangan tuannya, tapi tuannya tidak pernah memperdulikan mereka semua.
Dia sama sekali tidak menyangka sebelum para selir di istana mulai beraksi untuk memikat tuannya, ternyata Chu Yue malah menjadi perempuan pertama yang melakukan itu. Tapi dia merasa Chu Yue melakukan perkembangan dan tuannya seolah tidak menolak hal itu.
Dia merasa Chu Yue benar-benar orang yang sangat hebat, dia menukarkan sesuatu yang sangat berharga hanya dengan semangkuk bola ubi dan ketan, yang terpenting adalah tuannya merasa senang.
Dia merasa walaupun kelak Chu Yue masuk ke istana dan memiliki jabatan yang rendah, tapi dengan kemampuan yang wanita itu miliki, maka dia yakin Chu Yue bisa mencari kesempatannya sendiri.
Kasim Feng mulai bersikap lebih ramah kepada Chu Yue.
Dia menunggu di depan pintu saat dia merasa Chu Yue akan segera keluar, tapi setelah menunggu hampir sekitar 1 jam Chu Yue baru keluar, selain itu tuannya berdiri di depan pintu untuk melihat kepulangannya dengan matanya sendiri!
Kasim Feng membelalakkan matanya dengan tertegun, 'Astaga, rubah ini sudah berubah!'
"Antarkan Nyonya turun ke bawah." Kata biksu itu.
"Baik." Jawab kasim Feng dengan cepat lalu dia mengantar Chu Yue turun gunung.
"Maaf sudah merepotkan, sampai di sini saja sudah cukup, Anda bisa kembali ke atas." Kata Chu Yue saat mereka baru di tengah gunung.
"Tuan Besar menyuruh untuk mengantarkan Nyonya turun ke bawah, jadi saya harus mengantarkan Nyonya hingga turun ke bawah." Kata kasim Feng sambil tersenyum.
Chu Yue tidak mengatakan apapun lagi dan saat mereka tiba di bawah kasim Feng baru tersenyum dan berkata, "Nyonya memiliki masa depan yang cerah."
"Kenapa Anda bisa bicara seperti itu?" Chu Yue tahu maksud kasim Feng tapi dia tetap sengaja bertanya.