Pikiranku terus memutar mengingat ucapan Sica siang tadi. Apakah mungkin Pengkhianatnya benar–benar berada ditimku? Akan tetapi... siapa? Aku tidak yakin jika diantara rekan–rekanku ada yang mengkhianati organisasi ini.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya Rafael, yang entah sejak kapan susah ada di sebelahku.
Aku hanya menggeleng kecil, tidak mungkin jika aku mengatakan pada Rafael mengenai masalah ini. Toh bagaimanapun, untuk sekarang kami tidak diperbolehkan percaya pada siapapun, walau orang terdekat sekalipun.
"Engga ada yang aku pikirin Sya, cuma lagi rindu rumah aja." Jawabku asal. Padahal kalau boleh jujur, aku tidak merindukan rumah, malah sangat tenang ketika jauh dari rumah.
"Jangan panggil aku, Sya. Panggil seperti biasanya saja."
Baiklah, apalagi yang terjadi sekarang? Rafael meminta aku mengubah nama panggilan lagi? Membingukan? Tentu saja iya! Tolong ya Rafael, aku sedang banyak pikiran, jangan tambah lagi beban pikiranku sekarang.