Chereads / Love In The Action World / Chapter 23 - Twenty-Four. Masalah Hidup Cassandra

Chapter 23 - Twenty-Four. Masalah Hidup Cassandra

Author POV.

Dengan perasaan marah, Cassandra menarik lengan adik nya untuk ikut turun kebawah. Di ruang keluarga sekarang dia berada, dengan airmata yang terus mengalir, Cassandra menatap Pria yang juga sedang menatapnya dengan raut wajah bingung.

"Ada apa Nak?" Tanya Risa, sebagai nenek Cassandra.

"Ayah? Ayah tega nyakitin anak kandung Ayah sendiri?" Dengan suara parau dan nada yang dingin, Cassandra beralih menatap Mira yang kini sudah berada dibalik tubuh Ayahnya.

"Jawab Sandra Ayah!"

"Apa gara gara wanita itu hah?! Ayah tega nyakitin Lecia?!"

"SANDRA CUKUP!"

"Ayah tau kamu tidak suka pada Ibumu, tapi kamu tidak boleh meyalahkan nya atas perlakuan Ayah terhadap Ciana!"

"Apa? Ibu? AYAH SADAR GAK?! DIA UDAH BIKIN AYAH BERUBAH! AYAH TAHU AYAH NGELAKUIN INI KARENA SIAPA?! KARENA MULUT BUSUKNYA!"

"AYAH HARUSNYA SADAR YAH SADAR! IBU MANA YANG TEGA NYAKITIN ANAKNYA SENDIRI HAH?! DIA, DIA CUMA NGEHASUT AYAH BUAT BENCI SAMA ANAK ANAK AYAH!"

"Dan itu, itu kan YANG MEMBUAT AYAH TEGA MENINGGALKAN LUKA MEMAR DITANGAN LECIA, IYA KAN YAH?!"

Dengan nafas yang tersenggal senggal karena amarah, Cassandra menunjukkan luka yang ada ditubuh Lecia. Ia tahu, sangat tahu, luka itu bukan hanya diciptakan Ayahnya, namun juga Mira, yang bernotabe sebagai 'Ibu Tirinya'.

"Kak, kakak jangan cari masalah malem malem.."

"Diem kamu! Kamu gak ada hak buat ngomong disini Ceera!"

Plak!

Satu tamparan, berhasil mendarat mulus di pipi Cassansdra setelah mengucapkan kata kata tajam pada adik, ralat, anak mantan pembantunya itu.

"Tampar Yah! Tampar Sandra! TAMPAR!"

"Kalau Ayah gamau ngurusin Lecia, biar Sandra yang ngurus dia! Sandra bisa Yah! GAK PERLU AYAH NGANDELIN ISTRI KEBANGGAN AYAH DAN ANAKNYA!"

"SANDRA CUKUP! KAMU UDAH KETERLALUAN!"

Plak!

Bukan, bukan Canssadra yang ditampar. Ardan, Ayah Cassandra lah yang kini menerima tamparan dari Risa, Bibinya.

"Kamu Ardan yang keterlaluan! Sebagai seorang Ayah, harusnya kamu bisa adil dan tidak menghakimi anak anakmu sesuka hatimu tanpa bukti yang jelas! Apakah dulu ajaran kakak Saya tidak cukup untuk membuatmu menjadi contoh yang baik bagi anak anakmu hah?!"

"Kamu Mira, sebagai pengganti Sitta harusnya kamu bisa lebih baik dari dia! Bukan malah dengan sengaja membuat hubungan Anak dan Bapaknya menjadi renggang! Asal kamu tahu saja, walaupun Ardan berpihak padamu, hak waris itu tidak akan pernah diturunkan kepadamu!"

Risa juga tak kalah emosinya dengan Cassandra, terlebih lagi, mereka menjadi tontonan beberapa sanak saudara yang memang belum pulang ke hotel atau kerumahnya.

"Saya tahu, kalian benci saya karena kejadian itu. Lagi pula, Selamat atau tidaknya mba Sitta dari kebakaran itu akan tetap membuatnya pulang kesisi tuhan!"

Lihat? Dengan tidak tahu dirinya, Mira masih punya muka untuk membela dirinya dihadapan orang orang yang dulunya 'Majikan'nya.

"Huh...Tau gak? SEENGAKNYA KALO AYAH NYELAMATIN BUNDA HARI ITU, AKU! AKU! MASIH BISA LIHAT JASAD IBU UNTUK TERAKHIR KALINYA!"

Semua orang diam, tidak ada yang berani membuka suara, seolah ucapan Cassandra adalah gembok yang bisa membuat mulut terkunci dengan rapat, tanpa celah sedikitpun.

Sinta dan Agung dengan spontan berjalan kearah Cassandra yang kini sedang terduduk lemas dilantai. Selalu saja seperti ini, pada akhirnya Ardan akan tetap membela Istrinya itu, dan membuat luka baru dihati seorang Cassandra.

"Ayah...kalau Ayah gak mau ngurusin Leciana, biar Cassa, biar Cassa yang ngurusin."

Setelah mengucapkan hal itu, Cassa berdiri dari duduknya, dia berjalan menaiki tangga dan meninggalkan orang orang yang masih diam tanpa suara dan pergerakan layaknya sebuah patung.

Baru kali ini, mereka mendengar Cassandra menyebut dirinya dengan nama panggilan itu, seingat mereka, panggilan Cassa adalah kata kata terakhir yang Cassandra dengar sebelum Ibunya hangus terbakar dan hanya tersisa tulang belulangnya. (Setau aku, tulang itu engga bisa terbakar apalagi hangus ya guys).

"Lihat Ardan, karena awal yang kamu tempuh itu salah, hubungan kalian bukanya membaik, malah makin memburuk."

Setelah mengucapkannya, Risa melakukan hal yang sama seperti yang Cassandra lakukan, yaitu pergi meninggalkan Ardan dan yang lain.

"Paman, Agung kecewa sama Paman."

Baru kali ini Ardan mendegar kalimat itu dari keponakan kesayanganannya yang kini sudah berumur 27 tahun. Semua anak kecil yang ia kenal, satu persatu beranjak dewasa dan mulai mengerti banyak hal, yang juga sudah ia ketahui.

******

"Neng..udah subuh.."

Cassa membuka matanya perlahan, melihat kesekeliling kamarnya yang tidak pernah berubah sama sekali sejak 3 tahun lalu.

"Iya bu, Sandra udah bangun.."

Cassa segera melihat jam diponselnya, pukul 04.15, itulah yang ia lihat untuk pertama kalinya.

Setelah kejadian semalam, Cassandra memang langsung tidur, bayangkan saja, sudah lelah, ditimpa masalah pula.

"Ana..bangun yuk, sholat subuh dulu.."

Leciana yang ia panggil hanya menggerakan kepalanya keatas dan kebawah. Cassa tahu, pasti adiknya juga lelah dengan apa yang dia lewati kemarin malam.

Author POV Off.

Rehan POV.

Kejadian tadi malam benar benar membuatku kaget bukan main. Selama tujuh tahun aku hidup bersama kak Cassa, baru kali ini aku melihatnya semarah dan seemosi itu.

Dia tipikal orang yang sabar, dan tida mudah tersulut emosi. Namun apa daya, jika sudah menyangkut keluarga, Cassandra yang terkenal seperti malaikat akan berubah menjadi Iblis dalam waktu singkat.

Yang menjadi pertanyaanku, apa yang di katakan nenek lampir itu? Sampai bisa mempengaruhi Paman Ardan untuk melukai Leciana yang bahkan usianya setahun lebih muda dariku.

'Ting'

Aku segera mengambil ponselku, kulihat, ada notifikasi dari Email dan dengan cepat aku membuka email itu.

Mr. X

Said to your sister, i have mission for her.

Me

Okey Mr.X

"Hadeu, gimana gue bilangnya?" Gumanku pada diri sendiri.

'Ting'

Mr.X

For Sinta, and only Sinta.

Aku menghembuskan nafas lega ketika melihat pesan kedua dari Mr.X. Setidaknya, dalam keadaan terpuruk, kak Cassa tidak harus di pusingkan dengan pekerjaan yang sebenarnya sangat membebankan diri.

"Kak Sinta mana Mas?" Tanyaku pada Mas Agung ketika sudah duduk dihadapannya.

"Tadi keluar sebentar. Tunggu aja, Han." Jawabnya yang masih fokus dengan sereal yang dia makan.

Untunglah, Paman dan Nenek lampir itu tidak menginap disini. Jika saja mereka menginap, pagi ini pasti akan menjadi sangat runyam.

Masalah tujuh tahun lalu, aku memang tidak terlalu mengingatnya. Namun, kilasan kilasan buruk itu pasti akan datang ketika waktunya telah ditentukan.

"Rapih amat Dek."

Dengan senyun simpulnya, kak Cassa mengambil tempat untuk duduk sembari mengotak ngatik sebuah alat yang kini berada ditangannya.

"Apa itu Sa?" Tanya Mas Agung yang kini meninggalkan Serealnya.

"Ini tab IOs, yah sebut aja gitu mas. Tab ini fungsinya buat ngelacak plus nyari data orang dengan sangat spesifik. Ini dirancang sama salah satu perusahaan yang memang memproduksi alat alat pintar, ya ini salah satunya, Tab IOs."

Sambil menunjukkan Tab yang berwarna hitam, dengan beberapa tombol dipinggiran sisinya, kak Cassa mulai menyalakannya, dan muncullah kalimat 'Welcome to IOs' dengan latar berwana abu abu dan sedikit warna putih dibawahnya.

"Dijual dipasaran?"

Kak Cassa menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Mas Agung. Dia mulai mengaplikasikannya, membuka sebuah aplikasi yang latarnya adalah gambar bendera dari berbagai negara.

"Sebenernya ini limited edition. Cuma beruntung aja bisa dapet ini." Ucap Kak Cassa sembari terus mengutak ngatik layar tabnya.

Kini aplikasi ini menunjukkan kalimat, 'Who do you want to find?'

Kemudian kak Cassa mengetikan nama seseorang, yang ternyata itu adalah namaku. Aku hanya memandangnya dengan tatapan jengkel, menyebalkan sekali kakaku yang satu ini.

"Reihan Halther Moaran, ada tu nama lo! Hahaha"

Kulihat layar itu dengan segera, ternyata benar, itu adalah aku. Data dari sekolah dasar, hingga saat ini benar benar terkumpul di aplikasi itu. Bahkan sampai riwayat hidupku yang memiliki traumatik pun ikut tercantum di dalamnya.

"Kamu tahu aplikasi itu darimana dek? Nginstallnya gimana?" Sambil mengambil alih Tab IOs itu, Mas Agung yang bernotabe sebagai penyidik kepolisian ini membolak balik Layar berukuran 10 inch dengan lebar sekitar 15 centimeter itu.

"Itu perangkat bawaan, Mas. Tab ini emang khusus dibuat untuk para penyidik, sama organisasi Kayak, CIA, FBI, MI6, RAW, sama organisasi rahasia lain. Bahkan Geng mafia Camorra juga ikut beli, gak semua sih." Jelas kak Cassa.

Aku dan mas Agung hanya mengangguk kecil mendengar penjelasannya. Setiap bulan, pasti ada saja barang baru yang dia beli, dan itu juga sangat sangat canggih.

"Dan lagi, ini bisa nyari data orang lewat foto, entah itu foto muka, retina mata, atau bahkan hidung dan bibir sekalipun." Lanjutnya sambil mengambil kembali Tab itu dari mas Agung.

"Nih, Cassa contohin ya."

Kak Cassa mengarahkan kamera belakang ke mata mas Agung, setelah Kamera itu mendapatkan fotonya, deskop layar itu mulai berubah. And amazing. Dengan lengkap, semua data diri mas Agung keluar darisana.

"Keren juga ni alat. Tapi, harus difoto dulu?" Tanya mas Agung yang mendapat gelengan kepala dari kak Cassa.

"Engga, kita juga bisa kirim fotonya ke tab ini, jadi tinggal di scan."

Kami berdua secara bersamaan megatakan 'ohhh' yang hanya dibalas senyum simpul oleh kak Cassa.

"Cassa balik kamar dulu, masih ada yang harus dikerjain."

Setelah kak Cassa pergi, aku melanjutkan menonton kartub Upin Ipin, dan mas Agung kembali sibuk dengan serealnya sambil tertawa kecil kearah ponselnya.

"Assalamualaikum."

Aku dan mas Agung menjawab salam dari kak Sinta. Setelah melihatnya masuk, aku segera berdiri dan berjalan kearahnya, dengan niat ingin memberitahukan apa yang Mr.X katakan padaku tadi.

"Kak, Mr.X ada job buat lo."

Kak Sinta hanya menoleh kearahku dengan tatapan malas. Yah, mengingat kejadian pada saat tahun baru, dia jadi agak malas bekerja sama dengan Mr.X itu.

"Yang penting halal" Ujarku seraya menepuk pundaknya.

"Bilang aja, langsung email gue."

Aku mengangguk seraya mengatakan 'oke' menggunakan jariku. Setelah itu, aku pergi meninggalkan kak Sinta yang sedang sibuk dengan tepung dan telur.

Waktu menunjukkan angka 08.37 A.m. Masih sepagi ini ternyata. Daripada aku bosan, aku membuka instagramku untuk sekedar menjernihkan pikiranku yang beberapa hari ini sedang kacau balau.

Rehan POV Off.

~~~~~~