Rossa segera berjalan menuju tempat Minhyun dan mulai fokus dengan pekerjaannya. Dia tidak ingin bekerja dengan Minhyun terlalu lama. namun di tempat Minhyun bekerja semua orang memandangi Rossa dengan aneh, dan Minhyun menyadari akan hal itu dan segera menatap tajam ke arah mereka seolah mengatakan "jangan menatap aneh kepada wanita itu!!" dan merekapun mengerti. Mereka segera mengalihkan pandangannya dan melanjutkan pekerjaan masing-masing.
Dan hari itu Minhyun hanya memiliki adegan sedikit sehingga dia cepat pulang, namun dia tidak langsung pulang dia meminta sopir untuk mengantarnya ke kantor terlebih dahulu.
Rossa yang semalam kurang tidur, tanpa sadar tertidur lagi saat mobil melaju menuju kantor Minhyun advertising.
Saat Minhyun menatap wajah Rossa, sesaat melintas ingin melepaskan Rossa karena dia memang tidak salah dalam masa lalunya. tapi karena wajahnya yang mirip dengan Jesica, mantan pacarnya Minhyun. rasa kasian itu hilang dan mulai di selimuti dengan rasa dendam.
Bahkan alasannya mendirikan perusahaan periklanan adalah agar mantan pacarnya dapat menjadi model. namun semua sia-sia saat dia mengenal seseorang dan memilih menjadi pelukis. Dan dia harus bersekolah lagi di suatu negara. Bahkan Minhyun dan Shine mencari di beberapa negara, namun dia tidak menemukan apapun tentang pacarnya itu.
"Aku membayarmu bukan untuk tidur di mobilku seenakmu!" tiba-tiba Minhyun membentak Rossa karena terlintas di kepalanya ucapan demi ucapan yang dikatakan oleh Jesica dulu.
"Maaf," sahut Rossa dengan suara yang masih serak.
"Maaf terus yang kau ucapkan, Bawa barang itu." Minhyun menunjuk sebuah tas hitam besar.
Shine yang melihat Rossa mulai merasa kasihan. Dan dia membantu Rossa yang terlihat kesusahan mengangkat tas itu.
"Maaf," bisik Shine pada Rossa.
"Terima kasih Pak, kenapaAnda meminta maaf kepada saya?" tanya Rossa.
"Emm, maaf atas perlakuan Minhyun barusan." Shine mengalihkan pembicaraan.
"Tidak apa-apa Pak, mungkin Pak Minhyun sedang capek."
Rossa dengan sabar menerima semua itu adalah sebagai resiko dari pekerjaannya. Bahkan sampai di ruangan Minhyun Shine masih memperhatikan Rossa. dia mulai merasa bersalah karena membantu Minhyun. otak Rossa kini penuh dengan rasa penasaran di lain sisi penasaran dengan ucapan pelayan di lain sisi dengan sikap Shine barusan.
"Kamu keluarlah dulu," ucap Shine pada Rossa.
"Baik," sahut Rossa.
Sebelum Shine memulai pembicaraan dia memastikan dulu bahwa rossa telah pergi meninggalkan mereka dan Keadaan benar-benar aman.
"Hyun, apa kamu tidak terlalu keras? Dia itu hanya mirip. Hanya mirip dengan Jesica." Shine mulai mengutarakan pendapatnya.
"Keluarlah! aku sedang pusing." Minhyun enggan membicarakan hal itu sehingga meminta Shine untuk keluar.
Shine yang sudah bersama dengan Minhyun bertahun-tahun dia hafal dengan sifatnya. Jika Minhyun sedang dalam keadaan seperti itu dia memilih menghindar daripada akan menimbulkan masalah baru dan keributan. dia memberi waktu pada Minhyun untuk berfikir sejenak dan menenangkan diri. karena bagi Shine akan percuma jika berbicara dengan Minhyun dalam keadaan dia sedang marah atau sedang dalam keadaan kecewa.
Shine keluar dari ruangan Minhyun dan menemui Rossa yang berada di kantin kantor. hanya tempat itu yang cocok untuknya karena dia tidak tahu banyak tentang kantor itu.
Shine menghampirinya dan mengajaknya berkeliling kantor, cukup lama mereka berkeliling banyak karyawan yang menatap aneh kepadanya, tapi karena dia sedang bersama Shine mereka memasang wajah ramah untuk menutupinya.
****
Hari pertama menjadi asisten pribadi dan berjalan lancar walaupun dia sedikit kecewa dengan sikap Minhyun yang sempat membentaknya di depan sopirnya.
Setelah sampai di rumah Minhyun , segera membersihkan diri dan mengganti bajunya. Pada saat Rossa sedang mengeringkan rambutnya seorang pelayan datang memanggilnya untuk ikut makan malam. namun dia menolak karena dia harus menyiapkan baju dan air hangat untuk Minhyun .
Dan seperti malam sebelumnya, Rossa menunggu hingga Minhyun selesai mandi dan menunggu perintah selanjutnya apa yang harus dia lakukan.
"Pergilah," ucap Minhyun setelah keluar dari kamar mandi.
"Baik," sahut Rossa dan segera meninggalkan kamar milik Minhyun . Sesampainya di kamar dia sempat merasakan lapar. Akan tetapi dia enggan datang ke dapur karena dia tidak mengenal siapapun selain Shine dan Minhyun . dia memilih berbaring dan memainkan ponsel menunggu matanya lelah dan mengantuk.
***
Sedangkan di kamar Minhyun , seorang pelayan sedang mengantarkan makanan.
"Makan malam telah siap," ucap pelayan itu kepada Minhyun dan sedang duduk di dekat jendela.
"Hmm," sahut Minhyun tanpa menoleh ke arah pelayan tersebut.
"Maaf, apa Bu Rossa tidak ada disini?" tanya pelayan itu kepada Minhyun .
"Tidak," jawab Minhyun dengan singkat bahkan tanpa melihat wajah pelayan itu.
"Oh baiklah." Pelayan itu segera meninggalkan kamar Minhyun namun belum sampai membuka pintu kamar itu Minhyun memanggilnya.
"Ada apa kau mencari Rossa?" tanya Minhyun dengan mengerutkan dahinya.
"Tadi saya mengajaknya makan malam namun dia menolak karena dia ingin menyiapkan baju dan air hangat untuk Anda terlebih dahulu. tapi sampai saat ini belum juga turun," jawab pelayan itu.
"Pergilah." Minhyun meminta Pelayan itu keluar setelah mendapatkan jawabannya.
Minhyun tak segera menyantap makanannya. dia melanjutkan menikmati pemandangan di luar rumahnya walaupun hanya lantai dua tetap terlihat lampu kota yang menyala. Hingga hampir lima belas menit dia menikmati pemandangan tersebut. dia beranjak keluar kamar dan menuju kamar Rossa.
Minhyun mengetuk pintu kamar Rossa. namun tak ada jawaban. Minhyun juga mencoba meneleponnya namun Rossa tidak menjawab panggilannya.
"Apa dia tidur?" tanya Minhyun dalam hatinya, dia bahkan merasa bersalah karena kejadian tadi siang. dia hanya ini mempelampiaskan kemarahan yang seharusnya dia lakukan dulu pada Jessica.
Setelah beberapa kali mencoba untuk menelepon dan mengetuk pintu kamar Rossa, tidak ada respon dari Rossa. Minhyun memutuskan untuk kembali ke kamarnya.