Rania dan Jasmina seperti biasa di setiap event, sudah beredar memastikan tugas Wedding organizer di acara pernikahan Adelia Adnan dan Bastian Abraham berjalan lancar. Adelia dan Bastian mungkin bukan selebriti terkenal atau anak pejabat di negara ini, tapi mereka tentu saja sangat penting bagi Jasmina dan Rania. Sebagai pasangan pewaris 2 perusahaan yang memperkerjakan mereka, tentu saja acaranya harus terbaik. Apalagi orang tua mereka mengundang seluruh keluarga, orang-orang penting dan juga klien-klien kakap mereka.
Adelia dan Bastian terlihat sangat serasi di pelaminan. Adelia menggunakan gaun pengantin berwarna putih, dengan renda-renda indah full di bagian bahu sampai pergelangan tangannya. Rok yang terbuat dari satin kualitas tinggi itu menjuntai, menciptakan ilusi tinggi untuk Adelia yang mungil. Walau tentu saja, ia akan tetap terlihat mungil karena berdiri di samping Bastian dengan tinggi 185 cm.
Bastian sendiri terlihat super gagah. Mantan atlit voli itu terlihat begitu pas dengan jas tuxedo yang dipilih Adelia. Rambutnya yang biasanya berantakan di bagian dahinya, kali ini tersisir rapi ke belakang, yang membuat tampilannya begitu segar. Mata elangnya yang indah sesekali melirik Adelia yang terlihat begitu cantik malam ini. Jasmina dan Rania merasa, benih-benih cinta itu sepertinya akan tumbuh lebih cepat dari yang mereka kira.
Pasangan Adnan dan Abraham yang mengapit pengantin juga tidak kalah cantik dan gagah. Sesungguhnya mereka terlihat terlalu muda untuk menjadi orangtua pengantin. Jelas saja, Adelia dan Bastian sendiri masih berumur 23 tahun, dan keduanya anak tunggal.
Isu pernikahan kilat ini menimbulkan desas-desus yang negatif di beberapa kalangan. Pernikahan yang terhitung mendadak, membuat banyak yang curiga kalau Adelia tengah berbadan dua. Tim media dari Cecilia Marcomm langsung mengkonfirmasi dan menjelaskan secara "halus" alasan pernikahan ini di gelar tiba-tiba. Media sosial Adelia dan Bastian tiba-tiba dipenuhi oleh foto Prewedding dadakan yang diambil di studio.
Beberapa foto candid di ambil di beberapa kesempatan, memamerkan kemesraan instan antara Adelia dan Bastian. Mulai dari butik baju pengantin, tukang cukur rambut, tempat mereka mencoba makanan di hotel, sampai di cafe tempat mereka semua makan siang. Semua disiapkan oleh tim fotografer yang mengekori Adelia, Bastian dan tim selama 3 hari. Kata-kata yang mengisi media sosial itu pun disiapkan dengan apik oleh tim, penuh dengan kata-kata puitis yang mengundang banyak komentar mendukung dari teman-teman mereka. Tentu saja tim juga bertugas untuk menjawab komen-komen itu. Adelia dan Bastian sudah pasrah. Semua disiapkan agar sebuah imej pernikahan indah akan di gelar karena 2 orang anak manusia yang sedang dilanda cinta dan tidak sabar untuk bersama.
"Ternyata perjodohan itu masih ada ya jaman sekarang", tiba-tiba Bagas yang entah dari mana datangnya, sudah duduk di meja Rania dan Jasmina. Kedua gadis itu sedang berusaha menikmati snack kecil setelah berjam-jam berjalan keliling memantau acara.
"Loh, kok lu ada disini sih?", tanya Rania. Ia sudah bisa menduga, bila ada paparazzi dadakan yang mengirim kebersamaan Bagas dan Jasmina, pasti akan membuat sang abang kembali meradang.
"Ya jelas donk gue diundang. Gue kan karyawan pak Adnan dan pak Abraham. Kirain tadi gue bisa jadi calon menantu pak Adnan, eh ternyata uda keduluan Bastian", kata Bagas sombong.
"Ah kalian sama-sama halu, lu ngarepin kawin ama Adelia, noh yang onoh ngarepin kawin ama Bastian Abraham. Gimana kalau kalian berdua aja kawin?", tanya Jasmina santai sambil menyesap jus jeruk dinginnya. Bagas dan Rania kontan melotot dan berpandangan penuh kengerian.
"NEVER!", kata Rania.
"Cih Ogah", kata Bagas hampir bersamaan.
"Eh Rania, never say never. Kalau kamu bilang never, justru suka back to you. Jadinya FOREVER", kata Jasmina lagi sambil menahan tawa dengan punggung tangannya. Kata-kata Jasmina membuat gadis setengah bule itu menggeleng-geleng dengan kencang.
"Amit-amit ihhh ama adek Devon", kata Bagas sambil mengetuk-ngetuk meja bundar itu. Seakan-akan ada sihir yang bisa membalikkan karma yang di ucapkan Jasmina.
"Kenapa dengan Devon?", tanya Rania berang. Gadis itu menatap Bagas dengan penuh kekesalan karena telah menghina abangnya. Bagas balik menatapnya dengan tampang dingin ala es kepal milo.
"Gak ada, gak suka aja sama klan Burnwood. Jangan sampe....", kata Bagas dingin.
"Bagasssss, gak boleh bilang ga suka ga suka begitu. Nanti lama-lama jadi..", Jasmina ingin berceramah namun langsung dipotong oleh Bagas.
"Ya ya ya ya aku gak bilang gak suka. Maksudnya, aku tuh mau bilang kalo, ya, masih banyak cewek lain yang lebih pantes buat gue. Ga usah adek Devon", katanya dingin sambil melipat tangannya.
"Emang aku kenapa?" Tanya Rania. Ia mengibaskan rambut setengah pirang setengah coklatnya yang ikal sempurna. Dengan refleks ia membusungkan dadanya yang tidak rata, dan melipat kaki panjangnya sehingga kaki jenjangnya menyembul dari belahan rok gaun. Gaun bridesmaid berwarna biru tosca dari satin, bergoyang lembut seiring dengan gerakan anggun gadis itu. Seakan-akan ada cahaya keluar dari aura Rania. "Tidak ada yang bilang dia tidak cantik", gumam Bagas dalam hati.
"Aku sukanya dengan Jasmina...", kata Bagas santai, yang membuat Jasmina tersedak jus jeruk.
"No Bagas, kamu tuh sukanya sama Sharon!", kata Jasmina mengingatkan cowok itu. Bagas mendelik, ia sedang tidak ingin membalas mantan pacarnya itu.
"Cewek bule yang suka sama Naga bukan?", tanya Rania. Jasmina mengangguk.
"Dua kali loh aku diputusin gara-gara Sharon loh," kata Jasmina sambil tergelak. Bagas semakin tidak nyaman. Memang benar ia menyukai Sharon dulu. Tapi itu tentu saja sebelum ia benar-benar mengenal Jasmina.
"Udah ah gak usah ngomongin masa lalu", kata Bagas.
"Lah kamu yang mulai", kata Jasmina. Rania tiba-tiba berdiri.
"Jas bentar ya, aku baru inget sesuatu. Kado untuk Adelia sama Bastian masih di mobil. Aku mau turunin dan drop di honeymoon suite dulu ya", pamit Rania. Jasmina mengangguk dan memberikan jempolnya. Gadis itu meninggalkan Bagas bersama Jasmina berdua saja. Waktu istirahat Jasmina tinggal 20 menit lagi. Acara resepsi akan segera berakhir, ia dan tim harus bersiap-siap menutup proyek ini.
"Aku benar-benar suka sama kamu Jas, I really did", kata Bagas.
"No Bagas, it was not love. Itu pacaran paksa, karena kamu sedang berusaha membuat pacar beneran kamu untuk cemburu. You loved Sharon.", kata Jasmina santai.
"Iya aku akui saat itu aku suka dengan dia. Aku suka karena dia cantik, menarik, manja, dan selalu buat aku penasaran. Tapi setelah beberapa saat, aku lelah sama dia. Bukan bosan ya. Tapi lelah. IQ cewek itu ngepas-ngepas aja, susah di ajak ngobrol, terlalu bergantung ama aku, dan egois. Rasa penasaran yang tadinya aku nikmatin, lama-lama buat aku capek karena selalu harus menebak-nebak, selalu mikir harus kesel atau kesel banget, marah atau marah banget. Belon lagi kadang dia suka sengaja bikin aku cemburu.", jelas Bagas dengan tampang frustasi. Jasmina tergelak mendengar curhatan Bagas.
"Jadi kenapa kamu tiba-tiba suka sama aku? Apa karena kita selalu bersama-sama, jadi bikin kamu, ala bisa karena biasa? Jadi suka karena selalu bersama?", tanya Jasmina. Bagas mengangkat bahunya.
"Enggak juga sih. Eh bisa jadi sih. Tapi yang jelas, aku suka ngobrol sama kamu. Kayaknya ngomong sama kamu tentang apaaa aja, bikin aku nyaman. Bukan cuma soal OSIS, tapi soal apa aja. Kamu tuh kayak google tanpa koneksi wifi. Selalu bisa ngimbangin aku", kata Bagas sambil tersenyum lembut. Ah, senyum yang pernah Jasmina rindukan. Setelah bertahun-tahun, senyum tulus ini akhirnya keluar juga.
"Aku juga suka kamu yang mandiri, cerdas, serba bisa, dan aku juga suka sama rasa percaya diri kamu, walau kamu gak secantik Sharon", kata Bagas yang akhirnya membuat Jasmina melotot menatapnya. Bagas tertawa ngikik.
"Tapi aku akuin, kamu sekarang jadi cantik banget. Berkat aku kan?", tanya Bagas jahil. Jasmina kontan menggeleng.
"Tau gak Jas, aku dulu bener-bener berusaha loh bikin kamu langsing. Kamu sadar gak? Aku yang ngelarang kamu makan yang manis-manis, aku ngebawain kamu makanan-makanan diet buatan mamaku? Inget gak, inget gak?", tanya Bagas lagi sambil mencolek-colek pergelangan tangan Jasmina. Gadis itu kontan menarik tangannya, dan tetap menggeleng-gelengkan kepalanya, tanda tak setuju dengan kata-kata Bagas. Ia merasa, Rania lah sebenarnya yang memntransformasi dirinya seutuhnya.
"Siapaaaa coba yang dengan isengnya ngajakin kamu meeting sambil jalan keliling lapangan selama 30 menit? Itu buat apa coba? Ya supaya kamu terbiasa untuk jalan kaki. Mana ada orang yang ngajak kecan pacarnya tiap Sabtu dan Minggu pagi lari keliling kompleks? Itu buat siapa? Ya buat kamu Jas, karena aku pengen kamu kurus dan cantik...",
"Agar aku bisa menjadi pacar yang sesuai dengan standar kamu kan? Bukan demi kebaikan aku sendiri. Tapi semua untuk mendukung ego kamu. Bener gak?", tanya Jasmina sinir. Bagas terdiam, karena itu benar. Mereka berdua terdiam dalam hening, karena kehabisan amunisi untuk saling menghujat.
"Tapi makasih Bagas... aku ngerasa, aku gak akan ada di posisi ini, berada bersama orang yang aku sayangi, kalau bukan paksaan kamu untuk jadi pacar. Aku akui, kamu udah ngebuat aku berada di roller coaster. Happy, sad, marah, kesel, lega, semua aku rasain jadi satu. Itu semua ngebikin aku jadi pribadi yang begini, aku, versi yang lebih baik...", kata Jasmina akhirnya dengan tersenyum tulus kepada Bagas.
Bagas terdiam. Ia memperhatikan tatapan Jasmina, dan mencari kebencian, kesinisan atau aura negatif yang akan keluar sebentar lagi. Tapi tidak ada....
"Sekarang, kita udah ada di posisi masing-masing Bagas, aku udah bahagia banget dengan Devon sekarang. Aku yakin, gak ada lagi tempat untuk orang lain, bahkan buat kamu Gas. Masa-masa kita udah selesai. Sekarang biarkan aku bahagia...", kata Jasmina lagi yang membuat Bagas terlihat sendu.
"Tapi ini gak adil Jasmina. Kamu dah Devon bahagia, kenapa aku enggak?", tanyanya.
"Bagas, Inget gak sama buku yang pernah kita baca dulu. Last Destination 5 ways to your heart,...errr... ya kira-kira gitu lah judulnya. Disitu kan dibilang, kalau soulmate itu ya 1 hati ketemu 1 hati lainnya. Seumur hidup kita disuruh mencari, siapa pasangan soul kita. Dan itu pastinya gak gampang. Kalo memang kita sudah tahu siapa dia, kita gak perlu repot donk mencari, putus sambung, daftar aplikasi kencan, dan kenalan dengan banyak orang.", jelas Jasmina sambil menatap lekat-lekat ke arah Bagas.
"Tapi ya kita malah disuruh explore dan mencoba sebanyak-banyaknya. Biar apa? Agar selama pencarian itu, kita jadi banyak belajar menghadapi banyak orang yang berbeda-beda. Satu orang mengajarkan kita pedih, satu orang mengajarkan kita cara beromantis ria, satu orang mengajarkan kita rindu, dan ada yang mengajarkan penghianatan. Semua itu akan jadi bekal sampai kita benar-benar menemukan satu hati yang menjadi soulmate kita...", jelas Jasmina lagi.
"Kamu yakin Devon orangnya?", tanya Bagas. Jasmina mengangguk.
"Gak sehari dua hari aku bertanya sama diri aku sendiri Gas, begitu juga dengan Devon. Perlu bertahun-tahun sampai akhirnya kita jadian loh. Butuh hampir 2 tahun sampe akhirnya dia yakin mau nikah sama aku", kata Jasmina sambil memamerkan cincin berlian di tangan kirinya. Bagas mendengus kesal ke arah pelaminan.
"Aku yakin kamu udah belajar banyak dari hubungan kita dan hubungan kamu selama ini. Ada berapa pacarmu selama kuliah Gas?", tanya Jasmina. Bagas menunduk malu.
"Gak ada, terlalu sibuk kuliah ama magang", jawab Bagas polos. Jasmina tergelak.
"Yang benerrr aja Bagas sang idola single terus?", tanya Jasmina.
"Justru karena aku single terus makanya aku jadi idola. Harga aku naik terus karena makin banyak cewek halu yang berharap jadian ama aku. Karena itulah para k-poper gak punya pacar Jas, biar mereka jadi idol terus", kata Bagas sambil mengelus dagunya dan membuat pose "ala idola" sambil memamerkan ketampanannya. Ia masih halu mengira dirinya kloningan Cha Eun Woo. Jasmina menepok jidatnya. Ia baru ingat, ini adalah salah satu yang membuat ia hilang feeling dengan Bagas.
"Ya udah, sebagai rasa terima kasihku, aku akan bantuin kamu untuk nemuin soulmate kamu", kata Jasmina sambil menggosok-gosokkan telapak tangannya. Seakan-akan ada jin yang akan keluar dari situ dan mengabulkan 3 permintaan Bagas.
"Siapa? Temen-temen kamu di Marcomm?", tanya Bagas. Adelia tersenyum sumringah. Matanya menunjuk Rania yang berdiri beberapa meter dari tempat mereka duduk. Gadis itu sepertinya sudah kembali dari mengambil kado untuk Adelia dan Bastian. Tampak sebuah paperbag ungu-putih di tangannya. Ia sedang berbicara dengan Bayu. Sesekali ia tertawa manis di hadapan atasannya itu.
"Adek Devon? Yang bener aja!", kilah Bagas. Perasaan sudah dibahas tadi kalo…amit-amit…
"Bagas, coba perhatiin deh. Rania itu memiliki semua hal yang kamu inginkan dari semua perempuan. Dia setengah bule kayak Sharon. Liat aja tuh badannya kayak supermodel begitu, rambutnya pirang, kulitnya putih bersih indah tanpa cacat. Dia kadang manja, tapi juga mandiri. Dia pendengar yang baik, tapi juga bisa diajak ngobrol soal apaaaa aja! Dia pintar dan punya wawasan yang luas. Dia pintar nyanyi, dia suka nari, dia juga sangat menarik, tapi dia sama sekali gak murahan. Kamu bakal kaget kalo dia banyak fans, tapi dia ga sembarangan kencan sana kencan sini. ", Jasmina dengan antusias menjelaskan kepada Bagas.
Bagas membuat mimic seakan malas mendengar ocehan Jasmina. Tapi matanya akhirnya melirik ke arah Rania juga, yang ternyata masih tertawa ngikik dihadapan atasannya itu. "Tidak ada yang bilang kalau Rania tidak menarik. Menarik banget malah", gumam Bagas dalam hati.
"Percaya deh sama aku. Coba aja dulu temenan sama Rania. Singkirrrrrkan kebencian kamu sama klan klen klan klen Burnwood itu. Kasih dia kesempatan, buka hati kamu untuk hal yang tidak mungkin... siapa tahu...", kata Jasmina lagi sambil tersenyum jahil. Awalnya dia hanya iseng, tapi sepertinya menarik juga ini menjodohkan Rania dan Bagas.
"Ya ya yaaa aku tauuu aku tauuuu", kata Bagas sambil terus menatap Rania dari jauh.
------------------------
"Apa ini Jas?", tanya Adelia. Saat ini mereka bertiga sedang berdiri di koridor hotel lantai 35, persis di depan honeymoon suite tempat Adelia dan Bastian menginap. Acara sudah selesai, tamu dan panitia sudah pulang, dan tiba saatnya pengantin untuk "beristirahat".
"Kado dari kami", kata Rania sambil tersenyum jahil.
Adelia merogoh paperbag itu dan mengangkat isinya. Sebuah lingerie berwarna hitam yang super sexy, sebuah minyak pijat aroma lavender dan beberapa lilin aromaterapi yang juga beraroma lavender. Konon, wewangian itu sejenis pembangkit gairah atau afrodisiak.
"Ya ampuuunn kan aku udah bilang tidak boleh terjadi apa-apa malam ini gaess, aku udah bikin perjanjian dengan Bastian, jadi ini maksudnya apa gaessssss", kata Adelia gemetaran. Rania dan Jasmina saling memandang, dan kemudian tertawa ngikik sambil menatap Adelia.
"Hihihi buat jaga-jaga aja, siapa tau butuh. Minimal tuh lilin aromaterapi di pake. Lumayan untuk menenangkan jiwa dan raga setelah berdiri semalaman", kata Jasmina sambil tersenyum nakal.
"Dan minyak pijit agar kalian berdua bisa rileks setelah lelah seharian kan? Saling pijat-pijat, begitu…", kata Rania sambil tersenyum lebih nakal lagi.
"Nah ini buat apa??? Buat apa gaessss???", tanya Adelia retorik sambil berbisik. Tangannya menggenggam Lingeri hitam itu ke arah wajah Jasmina dan Rania. Tepat pada saat itu…
"Del, mama kamu telfon tuh, dia nanya kamu…", tiba-tiba Bastian keluar dari honeymoon suite itu, dan kata-katanya tercekat ketika ia melihat apa yang sedang di genggam oleh Adelia. Renda tipis dan sexy itu berkibar-kibar di tangan Adelia.
Gadis itu kaget bukan main, dan tanpa sadar lingerie itu malah merosot dari tangannya dan mendarat di lantai! Semua mata malah hanya menatap barang yang jatuh itu, tapi tidak ada yang berani atau berinisiatif mengambilnya! Adelia mencoba menatap benda itu, seakan ia memiliki tenaga telekinesis untuk membuat benda itu hilang! PUUFFF, tapi tentu saja itu tidak mungkin. Akhirnya dengan muka semerah tomat, ia berjongkok dan memasukkan lingeri itu ke dalam paperbag kembali.
Jasmina dan Rania yang merasa suasananya sudah begitu canggung, langsung mengambil aba-aba untuk segera kabur dari tempat itu.
"Ok ya Del, pesanan kamu untuk malam ini udah semua kan? Kami cabut dulu yaaaa, byeeee", kata Jasmina sambil menunjuk paperbag itu dan menahan tawanya. Mereka mengangguk cepat ke arah Bastian dan secepatnya lari menuju lift meninggalkan Adelia yang bengong dan (mungkin) marah.
Adelia ingin sekali melemparkan paperbag itu kearah dua gadis nakal yang membuatnya di situasi yang sangat canggung. Siapa yang mesan ini semua? Bagaimana caranya menjelaskan kepada Bastian? Sekarang Bastian pasti mengira ia gadis mesum!
Sebaliknya, Bastian kehilangan kata-katanya. Ia bahkan kesulitan untuk menelan ludah yang berkumpul di tenggorokannya.