Ruang serba guna di salah satu hotel berbintang 5 itu dihias begitu gemerlap pada malam ini. Nuansa warna maroon dan gold begitu kentara di setiap dekorasi meja, pelaminan, bunga-bunga yang dirangkai begitu indah di setiap sudut-sudut ruangan. Jalan menuju panggung di hias karpet merah maroon, dimana di sepanjang jalannya di diapit oleh pilar-pilar kayu bercat emas, yang dibagian atasnya dirangkai bunga-bunga mawar impor berwarna maroon. Sungguh suasana resepsi pernikahan yang megah.
Jasmina mengelus tubuhnya yang sudah langsing, dibalut oleh kebaya tile prancis berwarna merah maroon. Kebaya indah itu khusus dibuat oleh salah satu designer kenamaan yang terkenal dengan desain klasik dan penggunaan payet-payet jepang bertaburkan Kristal Swarovsky. Jasmina mengelus rambutnya yang sudah di sanggul rapi di bagian atasnya, sedangkan ujung-ujung rambutnya di gelung seperti spiral, dan disampirkan dengan anggun ke bagian depan tubuhnya. Tidak hanya baju, dan rambut, bahkan make-upnya pun sempurna pada malam ini. Bibirnya yang jarang menggunakan warna merah maroon, seakan membuat penampilannya malam ini menjadi begitu spesial.
Jasmina melirik ke arah samping kanannya. Seorang cowok gagah dan berwajah rupawan, berdiri kokoh mengenakan jas hitam tuxedo. Rambutnya yang tidak pernah serapi ini, berkilau-kilau di terpa pencahayaan gedung. Ia tau, cowok itu juga grogi. Beberapa kali Jasmina memergokinya meremas-remas kedua tangannya sambil merapatkan bibir, seperti biasanya. Ketika ia menatap Jasmina, mata mereka bertemu. Jasmina tersenyum manis, berusaha menenangkannya. Ingin rasanya ia menggenggam tangan Devon, namun kedua tangannya sekarang sedang sibuk menggenggam sebuah buket bunga yang berwarna merah maroon juga.
"In position semua! Ok dalam hitungan ketika, lagu Shania Twain-From this moment akan diputar. Ketika lirik, From this momentttt, langsung jalan ya. Kaki kanan duluan. Liat tangan saya untuk aba-aba", seru sang wedding organizer (WO). Jasmina dan Devon mengangguk. Begitu juga dengan kedua orang tua dari kedua belah pihak.
Intro lagu Shania Twain itu berkumandang, dan seluruh rombongan pengantin yang berdiri di pintu gerbang gedung serba guna itu tampak tegang. Sebentar lagi prosesi sang pengantin memasuki gedung menuju pelaminan akan di mulai. Ketika aba-aba dari sang WO sudah ada, belasan orang tersebut berjalan pelan menuju pelaminan dengan senyum terkembang. Tampak tamu-tamu yang sudah hadir, tak kuasa menatap rombongan itu dengan wajah penuh bahagia. Jasmina mampu melihat beberapa teman yang berdiri dan melambai kepada mereka. Tak ayal membuat dirinya tambah grogi. Begitu juga Devon.
Ketika akhirnya rombongan pengantin itu mendekati panggung, kedua orang tua dan sang pengantin akhirnya berjalan ke tempat di kursi-kursi yang disiapkan dengan sangat indah di atas panggung. Nuansa panggung berwarna maroon dengan tentu saja, ratusan bunga berwarna maroon dengan hiasan gold dimana-mana. Ketika akhirnya semua sudah duduk rapi, sang MC langsung mempersilahkan tamu untuk duduk di meja-muja bulat yang tersebar di seluruh ruang serba guna, tanda acara akan segera di mulai. Jasmina dan Devon tersenyum lega. Jasmina menyerahkan buket bunga itu kepada Devon dan segera mengambil walkie-talkie dari asistennya dan mulai memantau keadaan.
"Ok, pengantin sudah di atas panggung. Tim acara harap segera merapat ke belakang panggung. Pastikan seluruh pengisi acara stanby! Tim acara STANDBY. Tim konsumsi, segera keliling dan pastiin semua makanan sudah on set ya. Pasti sekarang pada mulai rame di prasmanan dan stall makanan. Langsung segera diisi kembali walau baru habis setengah!", Jasmina mulai memberi perintah sambil melirik Devon yang sudah bisa bernafas lega sekarang. Mereka berdua akhirnya menatap panggung, melihat Naga dan kak Tyas yang masih tampak tetap tegang. Malam besar sang pengantin.
"Kamu mau makan duluan gak? Aku sama Rania kayaknya masih harus muter-muter dulu mastiin semua beres. Kamu duduk aja di meja pojokan itu tuh. Khusus WO sama pengiring pengantin disitu", arah Jasmina sambil menunjuk sebuah meja yang terletak di pojokan, di sambil area VVIP. Devon mengangguk. Percuma mengekori gadis ini, karena walau ia berkebaya ketat dan memakai sepatu cantik yang sepertinya menyiksa, ia akan tetap memantau pesta ini sampai. Orangtua kak Naga sengaja menyewa Cecilia Adnan Event Organizer untuk acara ini. Padahal biasanya, perusahaan PR ini fokusnya lebih ke acara korporat dan Brand building.
Kak Tyas tampak cantik bukan kepalang. Ia mengenakan kebaya brokat prancis berwarna gold dengan songket berwarna merah maroon dengan hiasan emas. Tidak hanya itu, ia juga mengenakan ornament-ornamen dan aksesoris khas pengantin Batak yang dipesan khusus, sehingga penampilannya begitu mewah dan bercahaya. Kak Naga Bonar jangan ditanya, gagah luar biasa. Ia mengenakan jas hitam dengan songket yang juga berwarna merah maroon. Di kepalanya, terdapat bulang Batak untuk laki-laki, yang seakan menabalkannya menjadi raja yang gagah perkasa malam ini.
Sebagai keturunan Batak, sang papa bersikeras agar acara pernikahan pertama di keluarganya itu di gelar dengan nuansa Batak yang kental namun juga modern. Musik-musik Batak mengalun, tarian tor-tor di gelar, begitu juga dengan kata-kata sambutan dari tetua-tetua dan orang-orang yang berpengaruh. Para pendukung acara dan panitia juga memakai pakaian khas Batak, termasuk Jasmina. Hanya saja, setelah iring-iringan pengantin, ia melipat ulosnya dan memberikannya kepada Devon agar bisa berlari-lari bebas mengawal acara.
"Fiuhh, akhirnya bisa makan sebentar nih", kata Rania sambil mengambil posisi di samping kiri Devon sang abang. Di depannya, sudah ada sepiring kecil lasagna dan jus apel. Jasmina yang juga butuh istirahat, mengambil posisi di samping kanan Devon. Ia juga mengambil lasagna dan jus jeruk. Dengan kemben dan kebaya yang menyesakkannya, ia memang tidak sanggup makan apa-apa lagi setelah ini.
"Gila ya, pestanya mewah banget!", kata Rania lagi. Jasmina tersenyum lemas mendengarnya. Ia sedikit kelelahan. Pesta sudah berlangsung selama 2 jam setelah prosesi iring-iringan, dan sepertinya tamu masih belum sepenuhnya pulang. Musik-musik semakin hot dan beberapa tamu tampak berjoget di depan panggung! Tarian tor-tor dengan iringan musik "Sinanggar Tulo" bolak balik diputar. Beberapa tamu akan berdiri dan ikut berjoget sambil mengibas-ngibaskan uang yang akan mereka selipkan diantara jari-jari para penari tor-tor. Tapi setidaknya panitia-panitia seperti Rania dan Jasmina bisa istirahat sejenak sambil menyaksikan "hiburan itu".
"Banyak cowok cakep Dev, kayaknya anak-anak yang papanya kuliah di Harvard, atau malah mungkin lulusan sana tuh, temen-temen si Naga", kata Rania lagi sambil tertawa penuh. Devon langsung mementung kepala Rania dengan buket bunga kecil yang tadi dipegang Jasmina ketika iring-iringan.
"Awwww, hurts you knowww", kata Rania lagi. Jasmina tertawa. Setelah hampir 5 tahun berteman, akhirnya gadis itu mampu berbahasa Indonesia yang benar. Bukan EYD, karena gadis itu tidak berencana untuk mempelajari bahasa Indonesia secara formal. Setelah lulus dari SMA Internasional, ia melanjutkan kuliah di Australia. Namun ia sengaja tinggal bersama teman-teman dari Indonesia, agar ia tidak kehilangan "identitas" sebagai orang Indonesia. Ketika 3,5 tahun disana, ia justru makin fasih berbahasa Indonesia!
"Kalo mau, nanti aku minta kak Naga kenalin. Ntar aku bilang kamu lagi ngincer calon CEO atau pewaris tahta hahahah", kata Jasmina yang berhasil membuat Devon mendelik ke arah kedua gadis itu. Jasmina dan Rania kontan tertawa. Membayangkan menjalani kisah bak di novel-novel romantis, membuat Rania dan Jasmina tidak berhenti terbahak-bahak.
"Skalian donk, cari buat kamu juga Jas", seloroh Rania lagi sambil melirik kea rah Devon. Cowok itu kesal dengan adiknya, dan membuat ia sekali lagi mementung kepala Rania.
"AWWWW Devoonnnn, aku kan Cuma becanda!!", kata Rania sambil meringis. Ia buru-buru membuka kamera depan HP miliknya, untuk memastikan dandanan paripurna rambutnya tidak terganggu oleh pentungan sang abang.
"Ganjen banget jadi cewek", kata Devon.
"Apa itu ganjen Jas?", tanya Rania. Ia belum sepenuhnya paham dengan kosakata bahasa Indonesia.
"Heemmm kayak naughty girl gitttuhh, kata Jasmina menjawab asal. Karena sesungguhnya ia juga bingung mengartikannya dalam bahasa Inggris.
"Iyuuhhh Devon, aku bukan seperti itu. Enak aja. Makanyaaa cariin donk aku cowok yang menurut kamu okee. Biar aku gak repot nyari. Kamu kira gampang wanita karir seperti kami ini mencari pasangan hahh? Susah tauu, kita ini super sibuk dan super sukses. Jasmina mah enak, uda gak harus mikir dan nyari-nyari lagi. Tinggal lompat pagar, ehh nemu deh. Nah aku?", cerocos Rania.
"Noh, cariin Dev. Dokter ajaaaa dokterrrr", kata Jasmina mengusulkan sambil mengedip matanya berulang kali kea rah Rania. Rania kontan menggeleng.
"Gak mau, mau yang kayaaaa", kata Rania sambil tertawa terbahak-bahak. Jasmina yang sedang minum menjadi tersedak karena ingin ikutan tertawa. Devon berpura-pura tidak dengar. Setelah bertahun-tahun berada di antara 2 gadis itu, ia tahu ia TIDAK AKAN PERNAH menang dengan argument apapun. Seakan-akan Rania dan Jasmina selalu bersengkongkol untuk memojokkannya dengan cara yang usil. Lebih baik ia diam.
"Eh Dev, kamu kok masih grogi sih? Acara udah mau selesai Bang, santaiiii santaaiiii, relax", kata Rania lagi sambil pura-pura mengelus punggung Devon yang tampak tegang. Cowok itu juga tidak tampak makan terlalu banyak. Mungkin ia lelah?
"Kamu masih laper Dev?", tanya Jasmina. Devon menggeleng namun ia tidak menatap Jasmina. Tatapannya kosong kea rah tamu-tamu yang masih tetap bersemangat. Musik bernuansa Batak masih terus mengalun. Kali ini lagu "Sai anju ma au", yang terkenal sedih dan memilukan.
"Eh kenapa sih kalian udah bertahun-tahun bareng masihhh juga pangil Dav Dev Dav Dev Jas Jus Jas Jus… panggil sayang donkkkk. Honeeyyy, Babyyyy…", goda Rania dengan wajah mesum, yang sukses membuat Jasmina dan Devon kikuk. Sangking kikuknya, Jasmina terbata-bata ingin membalas sindiran Rania.
"Kan aku manggil biar spesifik. Ntar kalo aku panggil dia sayang, semua cowok pada noleh, gimana donk?", jawab Jasmina asal sambil memasukkan sedikit potongan lasagna ke mulutnya. Rania mendelik, seakan ia menemukan celah untuk mencerca tetangganya itu.
"Jadi maksud kamu, semua cowok yang ada di gedung ini, udah pernah kamu panggil sayang???", tanya Rania dengan mengikik. Devon langsung memasang mata mendelik dengan becanda, dan memutar lehernya bak robot ke arah Jasmina. Ia meminta penjelasan. Padahal ia tau itu Cuma becanda. Sekarang mereka berdua malah bersengkongkol untuk menyudutkan Jasmina.
"Eh bukan gitttuuu. Maksudnya… kan panggilan sayang itu udah biasa. Kita juga gak biasa kok ya Dev. Bener kan?", Jasmina meminta dukungan Devon. Cowok itu menatap Jasmina dengan datar.
"Aku gak keberatan kok kalo kamu panggil aku sayang, atau baby, atau honey", jawabnya masih dengan ekspresi datar sambil melipat tangannya di dada bidangnya. Seakan-akan ia kesal karena selama ini Jasmina enggan memanggilnya dengan mesra seperti itu. Jasmina panic. What??? Reaksi Devon menimbulkan gelak tawa Rania. Hayooo Jasminaaa kok jawabannya gak kompak ama pacarnya.
"Lah, kenapa kamu gak ngomong dari kemaren kalo kamu suka dipanggil begitu? Lagian kamu juga, kenapa gak manggil aku begitu duluan? Panggil cantik kek, manis kek, kesayangan kek, gak ada tuh kamu panggil-panggil aku begitu", kata Jasmina yang pura-pura emosi. Rania mulai menyantap pasta di depannya dengan seru, karena ada tontonan pasangan yang sedang berantam seru. Andai ada popcorn, pikirnya. Ini drama cinta sungguhan.
"Yang bilang kamu cantik siapa? Yang bilang kamu Manis siapa? Apalagi kesayangan? Panggilan itu harus mesra, tapi juga….realistis", jawab Devon lagi masih dengan ekspresi datar tapi jahil. Kelihatan dari bibirnya yang mulai bergetar karena menahan tawa. Jasmina geram. Ia mencubit perut cowok itu yang penuh otot. Ia yakin pasti sakit.
"Awwww awww awwww. Nah bener kan. Next time aku panggil kamu kepiting aja", kata Devon sambil tertawa ngikik diikuti oleh Rania. Jasmina menatap adik kakak itu dengan pandangan tidak percaya. Abang dan adik, sama saja.
"Perhatian, perhatian. Sebentar lagi, pengantin wanita akan melemparkan buket bunga kepada para lajang-lajang wanita yang ada di gedung ini. Harap para wanita single yang ada di ruangan ini, ayo berkumpul di depan panggung sekitar 15 menit lagi", begitu pengumuman dari MC.
"Jasmina! Kamu harus kesana!", kata Rania sambil menggoyang-goyangkan punggung tangan Jasmina. Gadis itu akhirnya bisa menyantap pasta dan jus dengan tenang. Kenapa ia harus mengorbankan waktu istirahatnya yang sebentar ini untuk berebut bunga? Bahkan buket bunga itu, ia yang pesan!
"Konon, yang mendapat buket bunga ini, akan segera dilamar oleh pasangannya. Atau yang gak punya pasangan kayak aku, ya langsung cepet dapat pasangan!", kata Rania lagi. Namun akhirnya ucapannya itu mengundang tatapan aneh Jasmina dan Rania ke arah Devon. Ya bagaimanapun, Jasmina kan sudah punya pacar. Jadi kalau ia mendapatkan bunga itu, bukankah itu artinya ia sedikit memaksa hubungan mereka untuk berjalan secepat jet menuju pernikahan? Padahal saat ini mereka seakan-akan belum keluar gerbang SMA.
"Ya, kalo kamu dapet bunganya sekarang, bukan berarti minggu depan kamu kawin. Ya awetkan aja dulu bunganya sampe waktu itu tiba. Simpan di lembaran buku lah, semprot hairspray ato masukin freezer sekalian. Yang penting, samber dulu bunganya, kawin bisa nanti-nanti", kata Rania.
"Hemmm…", Rania menggumam sambil masih mengulum pasta di mulutnya. Ia masih menimbang-nimbang. Sebenarnya ia lebih kuatir akan perasaan Devon sih. Ia tidak mau dianggap sebagai cewek yang tidak sabaran. Kurang sabar apa Jasmina? Ia menunggu 4 tahun agar Devon mau meruntuhkan dindingnya. Mitos yang belum tentu bener, tapi nanti malah bikin hubungan sama Devon keruh. Uda sukur setelah 4 taon mereka akhirnya benar-benar jadian.
"Gimana Dev? Menurut kamu, kami harus rebutan bunga gak?", tanya Rania jahil. Cowok itu mengangkat bahunya dengan pelan.
"Mungkin lucu juga buat sosial media kalian. Nanti aku bantu videoin deh", kata Devon diluar dugaan mereka. Rania dan Jasmina langsung terpekik seperti mendapat ide brilian! Benar juga! Sosial Media! Ini bakal jadi konten yang VIRAL!
"Ok hayuuu kita rebut. Bentar aku abisin ini dulu", kata Jasmina. Rania bertepuk tangan dengan girang. Akhirnya kedua gadis itu dan Devon mulai bergerak menuju dekat panggung. Devon sudah siap dengan HP milik Rania di tangannya. Ia berjanji akan mendokumentasikan segalanya. Tidak diduga, ada begitu banyak para perempuan single yang berkumpul di dekat panggung. Ini akan menjadi pertempuran yang sengit, gumam Jasmina. Ia tidak menyangka, gerombolan itu selain single, juga gragas.
Alunan musik Batak yang semangat berkumandang, dan rombongan para single itu menarikan tor-tor dengan gembira. Rania dan Jasmina pun turut dalam kemeriahan itu. Telapak tangan mereka diangkat hampirsetinggi ketiak, dan mereka gerakkan ke atas dan kebawah, dengan jari-jari sedikit terbuka. Tapi kok tidak seperti sesi tor-tor yang tadi, ketika banyak tamu muncul ke depan untuk menyematkan uang seratus ribuan ya? Hihihi
Ketika akhirnya kak Tyas berdiri dan menuju bibir panggung, sorak sorak bergema dari para wanita-wanita lajang itu. Mereka mulai berdempet ria, merapat kea rah panggung, memohon kepada sang pengantin untuk memberikan mereka sumbanagn… Eh maksudnya sang bunga keberuntungan. Kak Tyas tampak mengayun-ayunkan buket bunga itu, seperti mengayun-ayunkan daging ke puluhan singa lapar.
"Kasih aku kakkk kasih aku kak. Uda 40 umurku, belom juga aku kawin kak! Urgent aku kak!", seloroh salah satu wanita lajang itu. Jasmina tertawa ngakak. Ia mengenalinya sebagai salah satu tante kak Naga Bonar, yang memang terkenal sangat kocak namun hangat. Begitu-begitu, ia salah satu Direktur di salah satu perusahaan keluarga milik keluarga besar kak Naga Bonar.
"Jangan kasih dia kak. Walau udah tua, banyak kali pacarnya kak. Aku aja kak, belon pernah aku bepacar!", pinta salah satu wanita single yang umurnya mungkin masih di awal 20 tahun. Jasmina mengenalinya sebagai salah satu sepupu kak Naga Bonar. Ponakan sang direktur tadi. Tubuhnya tinggi dan sangat kurus, dan ia tampak melayang di himpit-himpit oleh "para pemburu bunga" yang lain.
Jasmina dan Rania tidak mampu menahan tawa mereka akibat seloroh-seloroh lucu dari pada wanita single yang mulai terlihat seperti penonton music rock yang berhimpit-himpit dengan tangan di atas kepala mereka, bersiap menerima kaos berkeringat sang vokalis (kalau disini, ya si buket bunga itu). Mereka melompat-lompat walau memakai songket atau rok panjang yang ketat menyiksa, lengkap dengan sandal hak tinggi. Kak Tyas tertawa tanpa iba. Ia malah lebih mengibas-ngibaskan buket bunga besar berwarna merah maroon dengan hiasan gold itu di atas kepalanya, berpura-pura akan melempar, yang membuat mereka semangkin menggila. Devon masih terus merekam kerumunan yang sangat antusias itu.
"Satuuuuu…. Duaaa….. tigaaaaa!", seru sang MC. Buket bunga itu diterbangkan setinggi-tinggi dan sejauh mungkin, dan kontan terjadi pertumpahan darah eh maksudnya pertumpahan dandanan para wanita itu demi sebuket bunga yang sudah tercampai ke arah tak menentu. Pencahayaan yang menyorot mereka, membuat mata-mata mereka silau ketika melihat ke atas. Hal itu membuat mereka kelimpungan mencari jejak sang bunga yang ternyata sudah terlempat sampai 6 meter dari ujung panggung. Sang pemburu malah lari berpencar ke segala arah karena seperti kehilangan jejak sang buket karena silau. Apa kak Tyas ini exkulnya lempar lembing?
Rania dan Jasmina tidak jadi mengikuti para rombongan berlari menjauhi panggung. Mereka memutuskan untuk tidak ikut terhimpit dan jatuh terjengkang sementara ada sebuah kamera yang menyoroti acara itu. Oh tidak. Mereka harus lebih menyelamatkan image mereka. Apalagi saat ini Devon masih menyorot dengan HP milik Rania. Akhirnya sang tante berusia 40 yang mendapat buket bunga itu. Sang direktur berteriak kegirangan dan mulai berselfie ria bersama "para pejuang" lainnya.
"Jasmina! Tangkap!", tiba-tiba kak Tyas melemparkan sebuah buket bunga berwarna maroon dan gold ke arah Jasmina yang ternyata berdiri sendiri di depan panggung! Jasmina dengan refleks yang bagus, menangkap bunga itu. Kok? Buket bunganya ada 2? Jasmina berusaha untuk menganalisa keadaan. Ia refleks mencari HT. Nihil. Mencari Rania. Gadis itu ternyata mendekati Devon sang abang, dan mengambil HP miliknya, menggantikan cowok itu untuk tetap menyorot Jasmina yang saat ini sedang menggendong buket bunga dari kak Tyas.
"Kak Tyas, ini buat aku?", tanya Jasmina sambil menatap kak Tyas yang berdiri di ujung panggung. Mereka saling menatap. Tiba-tiba sang MC memberikan sebuah mikrofon kepada kak Tyas.
"Jasmina, hari ini tidak akan pernah terjadi tanpa bantuan kamu sayang. Aku dan Naga ingin mengucapkan terima kasih karena telah… menyatukan kami. Sekarang, giliran aku untuk ngebuat kamu bahagia….", jawab kak Tyas. Jasmina memeluk buket bunga di dadanya. Ya, ia bahagia karena di apresiasi begitu tinggi di depan begitu banyak orang. Bukankah agak sedikit berlebihan? Apalah apalah, yang penting Jasmina sekarang mendapat sebuah buket. Kalo mau apresiasi lebih lagi, ada sepatu yang ingin Jasmina beli sebenarnya. Itu saja kenapa? Daripada ia menjadi pusat perhatian seperti ini. Apalagi lampu tiba-tiba menyorot ke tubuh langsingnya.
Ketika Jasmina ingin menunjukkan buket itu kepada Devon dan Rania, ia melihat saat ini bahkan cowok itu sedang menggenggam sebuah mikrofon. APA? UNTUK APA DIA MENGGENGGAM SEBUAH MIKROFON? Devon bahkan bukan bagian dari tim acara! Dengan kekikukannya yang luar biasa, apa yang bisa ia katakannya di ACARA SEBESAR INI!
"Jasmina… aku minta waktu kamu sebentar, boleh…", kata Devon sambil memegang mikrofon itu dengan begitu erat. Tangannya sampai memutih sempurna. Kontan para rombongan wanita single yang tadinya sudah bergelimpangan karena jatuh, berdiri dan mulai menyoraki.
"Suiittt suiiitttt", kata mereka.
"Setelah bertahun-tahun kita bersama, aku merasa, kamu adalah seorang teman, sahabat, adik, pacar, dan wanita yang sangat spesial untukku…", katanya lagi. Jasmina terkejut, dan kakinya mulai bergetar. Ia sering melihat adegan-adegan seperti ini di youtube atau instagram. Sepertinya, ini adalah cara seseorang untuk…
"AWWW SWETTT SWEEETTTT", Penonton mulai menggila…
"Kita sudah melalui banyak hal yang indah, hal sedih, dan kita sering berjuang bersama. Kita melewati jarak dan waktu, melewati banyak perdebatan dan masalah bersama-sama…", katanya lagi, sambil berjalan semeter lebih dekat ke Jasmina. Penonton mulai lebih riuh lagi. Rania terus saja menyorot mereka, begitu juga dengan kamera besar yang seharusnya hanya menyorot pengantin dan acara!
"Setiap hari aku semakin yakin, tidak ada orang lain yang ingin aku miliki, yang akan mendampingiku di masa depan. Hanya kamu Jamina Winata…", kata Devon lagi. Ia berjalan dengan pelan semeter lagi lebih dekat ke Jasmina. Saat ini jarak mereka hanya terpaut 2 meter. Bedanya, kali ini Devon merogoh kantong celananya, dan mengeluarkan sebuah kotak beludru warna merah maroon! Ia membukanya, dan ada sebuah cincin yang indah di dalamnya. Itu… itu… seperti sebuah cincin…
"Jasmina, will you marry me in the future?", kata Devon tiba-tiba, yang sukses membuat Jantung Jasmina berenti berdetak sebentar dan Paru-parunya mengembang maksimal sehingga ia sulit bernafas! Apa ini? Apa ini? Kenapa Devon tiba-tiba seperti ini?
"OOOOwww Kereeenn!! Suittt suittttt", penonton mulai bertepuk tangan dan menyoraki mereka berdua. Dada Jasmina bergemuruh hebat. Kakinya yang sudah lebih karena hak 7cm itu, rasanya lumer seperti pudding sutera. Tapi ia tahu, ia tidak boleh ambruk sekarang. Terlalu banyak kamera, terlalu banyak orang, dan momen ini mungkin hanya terjadi 100 tahun sekali…
Cowok itu lantas berlutut dengan satu kakinya, dan menyerahkan cincin itu ke arah Jasmina, seakan-akan ia sedang menunggu penghakiman yang luar biasa! cincin itu seakan melayang, berada di antara kepala Devon yang tertunduk, dan tangan Jasmina yang sedang memeluk buket bunga. Penonton bersorak sorai dengan gembira. Untung saja tamu-tamu agung dan pejabat penting sudah pulang. Tinggal keluarga dan panitia yang tersisa dan menyaksikan pemandangan yang tidak biasa ini.
"Terima! Terima Terima!",begitu sorak sorai para pentonton.
Hati Jasmina langsung tidak keruan. Ini momen pertama ia dilamar oleh seseorang. Kenapa pengalamannya harus melibatkan ruangan yang begitu luas, orang yang begitu banyak, dan suasana yang benar-benar menegangkan? Ide siapa ini? Jasmina akhirnya bisa menarik satu nafasnya, yang akhirnya melelehkan air matanya. Ia menatap Devon yang saat ini sedang berlutut di hadapannya sambil menundukkan wajahnya. "Oh Devon, kamu tidak saja baru meruntuhkan dinding tebal yang selama ini menutupi kita berdua, tapi kamu seakan mengalirkan sungai arum jeram yang berhasil meluruhkan dan mencabik-cabik perasaan senang ini. Aku harus gimana", gumam Jasmina dalam hati. Bila mereka saat ini sedang berdua, ingin rasanya Jasmina puas menjewer dan mencubit cowok itu, dan mengatakannya ngawurr ngawurr ngawur. Tapi kalau sudah begini…
Ketika cowok itu menatap mata Jasmina, gadis itu melihat ketulusan di balik pandangan buram karena air matanya. "Devon…sejak kapan kamu bisa semanis ini? Apakah ini benar-benar Devon?", gumam Jasmina lagi dalam hati. Tapi hatinya berkata, ia tidak memungkiri bahwa ia benar-benar bahagia. Ya, ia juga tidak bisa melihat ada sosok lain yang ingin ia genggam di masa depannya. Hanya Devon. Hari ini, besok, dan semoga selalu dan selamanya.
"Ya Devon. I will marry you in the future", Kata Jasmina pelan tapi mantap. Suaranya memang tanpa mikrofon. Tapi ekspresi dan bibirnya mengisyaratkan kalau ia menerima pinangan Devon, ekspresi yang di tangkap oleh sang MC
"Diterima! SHE SAID YES!", kata sang MC yang sukses membuat satu ruangan itu bersorak-sorai bahagia.
Devon yang sejak tadi merasa di ujung tanduk, terpaku menatap mata Jasmina. Ia mencari-cari pembenaran dan konfirmasi atas teriakan penonton. Jasmina menatapnya tanpa berkedip dan mengangguk-angguk berkali-kali dengan senyuman manis. Devon kontan berdiri, mengambil cincin dari kotak kecil itu dan menyematkannya di jari manis kiri Jasmina. Matanya belum berani menatap mata Jasmina, karena saat ini pun tangan besar Devon sedang bergetar hebat. Beberapa butir keringan tampak membasahi dahi putihnya. Bibirnya biru dan terus menerus ia gigit dari dalam. Devon pasti sangat tersiksa! Tersiksa karena grogi dan terlalu bahagia!
"Devon… thank you", kata Jasmina sambil masih terisak pelan. Devon menjadi lebih tenang dan menatap gadis yang sudah menemaninya selama bertahun-tahun.
"Kenapa… kok bisa… Ah Devon this is the sweetest thing…", akhirnya Jasmina berucap grogi. Devon memasukkan kota cincin itu, dan memeluk Jasmina dengan lembut. Para penonton semakin menggila. Tiba-tiba band pernikahan itu menyanyikan sebuah lagu dari Kahitna yang berjudul "sepasang merpati", yang sukses membuat suasana lebih baper…
"Terimakasih kau terima pertunangan indah ini
Bahagia meski mungkin tak sebebas merpati
Dan kubertanya maukah kau terima?
Pinangan tanpa sisa cinta yang lain
Rona bahagia perpancar dari anggukan
Saat kupasangkan pasang cincin di jemari
Terimakasih kau terima pertunangan indah ini
Bahagia meski mungkin tak sebebas merpati
Saat kupasangkan pasang cincin di jemari
Terimakasih kau terima pertunangan indah ini
Bahagia meski mungkin tak sebebas merpati"