Chereads / Pacaran Paksa (Dengan Ketua OSIS) / Chapter 80 - BAB 80: Proposal To Die For

Chapter 80 - BAB 80: Proposal To Die For

Empat tahun kemudian…

Jasmina sedang makan bakso tepat di depan fakultas kedokteran Unpad. Ia sedang menunggu kak Tyas, mereka sudah janjian via chat WA. Gayanya super santai dengan celana jeans, kaos merah tanpa lengan dan cardigan hitam. Rambutnya yang panjang ia ikat sebahagian di tengah kepalanya, membuat ujung rambutnya yang mengikal jatuh ke pundak dan dada depannya.

Kak Tyas akhirnya muncul. Ia mengenakan gaun pendek dibawah lutut dengan motif bunga sakura berwarna merah, dan menutupnya dengan Jas pratikum dokter. Sepatu putih kets sangat serasi dengan penampilannya yang feminine namun santai.

"Oiii Jasmina! Uda sampe aja! Ngebut ya dari Jakarta?", tanya Kak Tyas. Jasmina menggeleng. Saat ini dia adalah mahasiswa semester 7 di fakultas ilmu komunikasi UI. Impiannya untuk menjadi seorang PR consultant di ambang mata. Saat ini saja dia sudah menjadi MC Langganan untuk acara ulang tahun dan kawinan, dan menjadi freelance salah satu EO terkenal di kota Jakarta.

"Iya buru-buru tadi, soalnya mau meeting dulu sama tim di Dago pas makan siang. Mau ada acara pameran lukisan dan live band di taman situ deh. Untung cepet beres, jadi aku bisa ketemu kakak kesayangankuuuu", puji Jasmina sambil memandang kak Tyas. Jasmina memandang sekilas ke cincin yang dikenakan kak Tyas. Mahal dan berkelas.

"Kabar kak Naga gimana kak? Masih lama dia kuliah?", tanya Jasmina.

Tyas tertawa. "Udah beres kuliahnya. Bentar lagi wisuda, gueee disuruh dateng! Gilak gak? Ya gue ogah lah. Tunangan belon, kawin belon, mau diboyong aja. Gue sih pasrah yaaa dia disana mau ama bule kek, mau Indian kek, ama burung unta kek, yang penting gue jadi dokter dulu, baru ngomong!", kak Tyas masih tergelak.

"Ih ga bole gitu donk kak, nanti tangkapan besar lari loh. Godaan kak Naga tu banyak banget tau gak? Artis-artis, anak-anak pengusaha, temen kuliah, itu paribannya aja di Medan masih pada ngantri mau jadi istrinyaaa", ancam Jasmina.

Kak Tyas tertawa. "Iyeee visa gue uda beresss. Minggu depan gue berangkat ke US bareng papa mama dan adek-adeknya. Eh kak Gading apa kabar? Praktek dimana dia sekarang?", tanya kak Tyas.

"Kagak, sekolah lagi diye, ambil spesialis anak kayak papa. Uda merit kak. Anaknya lutchuuu banget. Namanya Misha. Yang anehnya tu papa, ga berani ngobatin si Misha kalo lagi sakit. Takut katanya. Padahal dia sendiri dokter anak berpuluh-puluh taon kan ya? Heran dehhh", Jawab Jasmina tergelak.

"Tapi mayan loh gara-gara Misha tuh, rumah jadi rame. Sejak Rania kuliah di Aussie, gilak sepi banget rumah. Biasanya anak itu tiap hari maen kerumah", kata Jasmina sambil menatap pohon-pohon yang bergoyang di tiup angin. Ia merindukan sahabatnya itu…

"Eh tau gak, si ituuu. Gileee popular banget di sini. Adek-adek kelas tu pada ngantriii ngintilin dia. Dia makin cuek, cewek-cewek makin agresif. Dia disini di panggil Senior Samurai! Hahahahah", Kak Tyas dan Jasmina tertawa sambil memegang perutnya.

"Kok samurai kak?", tanya Jasmina.

"Iyalah, rambutnya gondrong sebahu, di ikat setengah kayak yakuza yakuza jepang gitu. Badannya tinggi. Jadi kalo dia pake jas pratikum tuh, dengan tampang seram, kayak mau nebas orang aja hihihi. Tapi anak-anak tu pada doyaaannn", kak Tyas mulai tergelak lagi. Jasmina bisa membayangkan.

"Tapi tenang aja, gue yakin, walau banyak cewek pada ngantri nawarin diri, dia kagak peduli. Santai aja kayak di pantai, karena doi Cuma cinta Jasmina eaaaa", ejek kak Tyas.

Jasmina hanya tersenyum. Andai itu benar. Tapi memang di hatinya selama bertahun-tahun ini, hanya cowok itu yang ia perdulikan. Hanya cowok itu yang ia inginkan. Tapi…

"Eh bentar, gue uda suruh si Samurai keluar. Gue ga bilang ada lo Jaz, jadi biar jadi kejutan aja. Dia uda beres kuliah kok. Tadinya iseng gue mau ngajak dia makan. Wait ya…begitu dia dateng ntar gue kabur ya. Kita bisa ketemua next time. Ok?", jelas kak Tyas. Jasmina mengangguk.

Tidak berapa lama, sesosok cowok dengan kaos turtleneck berwarna hitam, celana jeans biru, dan sepatu kets putih berjalan menuju arah mereka. Rambutnya panjang sebahu, dan ia ikat sebahagian dengan asal kebelakang. Jas pratikumnya sudah ia lipat dan disandingkan di lengan kirinya. Pemandangan seperti disebuah webtoon. Cowok yang sungguh indah. Ia masih belum tau bila Jasmina ada disitu.

Ketika akhirnya sang samurai benar-benar sampai di dekat cewek-cewek itu, kak Tyas langsung pamit kepada mereka berdua dan berlari kembali ke gedung kampus. Ia ingin meninggalkan mereka berdua. Sang samurai terpaku… Jasmina…

Jasmina menatap sang cowok. Sang cowok tampak begitu kaget sampai jas pratikumnya hampir merosot dari tangannya. "Jasmina…kapan mau dateng?", tanyanya ramah. Jasmina hanya tersenyum dan menggapai kedua tangan cowok itu. Mereka saling berpandangan dan tersenyum.

---

Saat ini mereka sedang makan malam di sebuah restoran steak yang terkenal di kalangan mahasiswa. Letaknya tidak begitu jauh dari tempat pameran yang akan diadakan oleh tim Jasmina. Tadi sang cowok menunggunya di mobil ketika Jasmina harus briefing sama tim. Pameran akan diadakan besok malam.

"Besok aku libur, aku pengen ngajak kamu besok pagi ke sebuah tempat. Atraksi baru di kota Bandung gitu. Jadi konsepnya menarik, jadi kayak taman bunga, ada treewalk gitu, ada restorannya, bagus buat edukasi ama relaxing gitu. Mau ikut kan?", tanyanya. Jasmina mengangguk-angguk.

"Kalo sama kamu, diajakin ke bulan juga mau…", jawab Jasmina sedikit menggombal. Iya tau sang cowok paling tidak bisa digombalin seperti ini. Kontan saja sang cowok mengatupkan kedua bibirnya dengan paksa, sehingga kedutan di pipi dan rahangnya mulai terlihat mengeras. Ia sedang mencoba menahan senyum atau tertawa. Tapi wajahnya memerah.

"Jasmina stop it", katanya pelan tapi masih berusaha untuk menahan tawa atau tersenyum. Ia mencubit pelan tangan Jasmina.

"Tadi kata kak Tyas, antrian yang mau jadi pacar kamu, ngular dari Dago ampe Cihampelas!", kata Jasmina sambil pura-pura cemberut. "Uda berapa cewek yang kamu jadiin, HAH??" tanya Jasmina lagi.

"Hahahahaha, ya enggak lah. Berlebihan tuh Tyas. Kamu sendiri gimana! Tuh ketua tim napa dari tadi bolak-balik nelpon, bolak balik WA, trus tadi pake sentuh-sentuh bahu segala", katanya galak. Jasmina langsung tergelak memegang perutnya. Bisa juga nih cowok cemburu, batinnya.

Mereka berbincang-bincang ringan sampai semua makanan habis. Mereka berencana untuk mengelilingi kota Bandung di malam hari, sebelum akhirnya sang cowok akan mengantarnya ke hotel tempat tim Jasmina menginap.

"Jasmina…", katanya pelan sambil menatap Jasmina dengan serius. Ia tiba-tiba menggengam tangan cewek itu.

"Hemmm", jawab Jasmina balik menatap sang cowok. Ada apa kok tiba-tiba serius?

"Are you tired of waiting?", tanyanya…

---

Saat ini mereka berdua sudah sampai ke tempat yang lagi happening di Bandung itu. Sesuai instruksi, Jasmina hari ini mengenakan celana jeans biru, sweater pink dan sepatu kets. Konon bisa dingin banget, apalagi masih pagi.

Sang cowok menggunakan Sweater berwarna putih dan celana jeans hitam. Di lehernya terdapat syal berwarna biru tua. Gak begitu cocok dengan outfitnya. Sang cowok langsung melepaskan syal tersebut dan melilitkannya di leher Jasmina. "Tuan putri gak boleh kedinginan", katanya. Jasmina tersenyum. Leher dan hatinya menghangat… ternyata buat Jasmina toh…

Mereka menyusuri aneka spot-spot menarik yang ditawarkan tempat tersebut. Jasmina merasa tempat itu so-so sih. Tapi pasti ada sesuatu yang menarik sehingga cowok ini menawarkan untuk berkunjung kesana. Mereka sampai di tempat dimana banyak dijual aneka kembang, baik satuan maupun buket. Mata Jasmina langsung teralihkan dan mulai memandang buket-buket bunga itu.

Sang cowok mengambil salah satu buket bunga dan membayarnya. Ia memegangnya sebentar, mencium bunganya dan memberikannya kepada Jasmina.

"Kamu tunggu disini bentar ya, aku mau nyapa temenku disana", pamitnya sambil menunjuk seorang cowok yang duduk di pinggir jurang. Ada rel pegangan yang dipasang mengelilingi tempat itu, karena kuatir ada yang jatuh ke jurang yang cukup dalam itu. Samurai itu berbicara sesuatu kepadanya. Jasminta tidak bisa mendengarkan, jarak mereka sekitar 10 meter, dan ada angin yang bertiup di sekelilingnya.

Ia yakin, di ujung balkon itu, mereka dapat melihat pemandangan yang super indah. Pegunungan, rumah-rumah penduduk, bahkan tempat-tempat indah di sekeliling perbukitan Bandung. Jasmina sekarang fokus kepada buket bunga yang diberikan sang cowok. Kembang mawarnya pink itu wangi sekali. Seakan-akan baru saja di petik.

Lima menit kemudian sang cowok berteriak memanggil Jasmina.

"Jasmina, liat ke dalam buket bunga!", katanya setengah berteriak.

Jasmina maju selangkah, sehingga jarak mereka tinggal 9 meter. Ia berhenti dan mulai melihat ke dalam buket bunga itu. Emang ada apa dengan bunganya? Eh, Ada sebuah cincin!!! Cincin berbentuk simpel dengan ukiran-ukiran indah dengan motif bunga dan daun. Sebuah cincin yang unik, selera Jasmina banget!

"Jasmina! Mau jadi pacarku gak?", tanya sang cowok masih dengan berteriak!

Jasmina kaget. Maksudnya apa? Jasmina maju lagi selangkah.

Sang cowok menghadap Jasmina dan tiba-tiba merentangkan kedua tangannya selebar-lebarnya. Kemudian ia menyilangkan kedua tangannya di dadanya. Ia menutup kedua matanya sekarang dan masih tersenyum.

Dan tiba-tiba…tiba-tiba, ia menjatuhkan dirinya kebelakang dengan slow motion! Menjatuhkan dirinya ke jurang!! Momen itu benar-benar seperti adegan diputar lambat, sehingga Jasmina mampu mematri ekspresi sang cowok yang tersenyum tenang ketika cowok itu terjatuh ke belakang...

Jasmina berlari sekencang mungkin, tapi masih sambil memegang buket bunga dan cincin itu.

"DEVVVOOOOONNNNNNNN!!"

Ketika ia sampai di balkon itu, pikirannya sudah kalut! Akhirnya! Akhirnya cowok itu mau mengakui kalo ia mencintai Jasmina. Akhirnya cowok itu mau menjadi pacarnya! Akhirnya! Tapi kenapa harus begini? Kenapa setelah akhirnya ia mampu bersama dengan kata-kata, mereka harus berpisah?

Devonnnnn!!!!!, Jantung Jasmina tercekat dan air matanya mulai meledak keluar. Ia menangis. Ia jatuh berlutut…

Sang teman yang sedari tadi menyaksikan adegan itu, tampak menutup mulutnya dan melototkan matanya. Ia benar-benar tidak menyangka akan melihat adegan seperti ini, padahal masih pagi. Ia berusaha menenangkan Jasmina. "Mbakk…mbakk….mbak….", katanya. Jasmina menoleh. Disamping teman Devon itu, ada tulisan jelas:

BUNDGY JUMPING, HARGA PERKENALAN, RP. 500.000. SUDAH TERMASUK ASURANSI.

Jasmina langsung melihat kearah bawah, ada tali yang saat ini menjulur kebawah, sedang memantul-mantul makhluk yang sepertinya manusia. Yang sepertinya Devon! Ia segera menyadari apa yang terjadi. Ia menjadi super emosi!

"Devon gilakkkk!!!! Mau mati lo yaaa! Suka banget bikin aku jantungannn!! Kagaakkk guweeeee ga mau jadi pacar lohhhh! Ogaaahhhhh!!!! Bertaon-taon gue tungguin lo ngomong, kagak ngomong juga! Sekarang lo gini ama gueeee. Ogaaahhh gueeeeee!!!", teriaknya masih sambil menangis.

Devon yang akhirnya sudah berhenti memantul-mantul Cuma bisa tertawa puas. Teriakan Jasmina seperti music yang sangat indah di telinganya. Selama bertahun-tahun ia menahan diri untuk mengucapkan hal itu di depan Jasmina. Karena baginya, itu Cuma kata-kata. Toh selama bertahun-tahun ini, mereka berdua saling menyayangi walau terpisah jarak.

Ia memberikan kebebasan bila cewek itu mau mencoba dengan orang lain, seperti seorang Bridgette. Ia membiarkan Jasmina bereksperimen dengan siapa saja, walau ia sendiri menutup diri dengan orang lain. Ia hanya ingin mencoba dengan Jasmina. Tapi Jasmina selalu setia, tidak pernah melirik cowok manapun. Walaupun mereka terpisah jarak dan mereka selalu sibuk.

Tapi akhirnya ia ingin mengatakannya juga. Ia ingin Jasmina merasa aman dan nyaman dengan sebuah status. Ia tau kalau selama ini Jasmina ingin mendengarnya. Tapi Devon terlalu malu bila hanya menyatakannya pada sebuah makan malam atau percakapan sederhana. Dengan begini, ia bisa tahu sejauh mana Jasmina mencintainya hehehehe.

"Devon cepet naik sini gueeee mau bunuh looooo!", teriak Jasmina lagi.

Ketika akhirnya Devon sudah berada di atas, ia melihat Jasmina sudah mengenakan cincin yang ia persiapkan sebelumnya, sambil memegang kembang. Matanya basah dan nafasnya masih naik turun.

Devon tersenyum. Ia siap dipukul, di jambak, di cakar atau apapun itu. Jasmina lari kearahnya dan segera memeluknya dan menangis sepuas-puasnya.

Jasmina, I know from the beginning that I only want to be with you… my eternal love.

THE END