Semua keluarga Burnwood plus Jasmina plus kak Miko sudah berkumpul di Lobby. Sebuah minibus berkapasitas 15 orang telah terpakir di depan lobby yang akan membawa mereka berlima menuju airport. Butuh waktu belasan menit untuk memuat semua koper dan barang-barang lain ke dalam minivan itu. Beberapa lukisan dan pajangan untuk rumah keluarga Burnwood bahkan sudah dikirim langsung dari galeri. Jasmina dan Rania langsung merasa bersalah karena memang, barang-barang mereka yang terbanyak disitu. Hihihi
Devon dan kak Miko mengasingkan diri sejenak. Jasmina menatap dengan was-was kearah cowok-cowok itu. Tadi malam setelah ia mendengar percakapan cowok-cowok itu, ia langsung berlari secepat kilat menuju kamarnya. Untung aja sepertinya Devon mengambil langkah santai sehingga baru sampai villa 10 menit lebih lama dari dirinya. Jasmina memandangi kulitnya yang bentol-bentol digigit nyamuk tadi malam. Semoga tidak ada nyambuk DBD diantara itu yah.
"Inget janji loh tadi malam Dev! Awas aja kalo lo ga cepet-cepet make a move. Paham?", ancam kak Miko tapi dengan ekspresi senyum jahil. Devon tertawa dan mereka toss ala ala penyanyi rap dengan genggaman tangan keduanya. Jasmina makin salah tingkah. Waduhhh ngomongin apa itu mereka kok pake tos tosan senyum begitu. Jasmina lantas menurunkan kacamata hitam jumbonya dan pura-pura ngajak Rania ngobrol.
Ketika akhirnya semua harus naik ke minivan, ada rasa sedih yang teramat sangat di hati Jasmina. Mungkin juga Rania dan Devon. Jasmina merasa, berat sekali meninggalkan pulau dewata ini. Mungkin benar apa kata orang, pulau ini ada kekuatas magis. Tidak hanya indah dan ramah, ia bisa melepaskan emosi-emosi indah yang membuat suasana menjadi lebih ceria, romantis, sebuah emosi yang kadang hanya keluar ketika kita mengunjungi luar negeri.
Tapi ini di Indonesia loh! Baru kali ini Jasmina benar-benar merasa bangga bisa mengunjungi Bali yang notabene masih di negaranya sendiri. Mungkin karena kali ini dia mengeksplor Bali seperti menurut sudut pandang yang berbeda dari sebelumnya. Tiba-tiba ada rasa super bangga di dada Jasmina. Bali, Jasmina will come back!
Miko menatap kepergian minivan itu dengan tersenyum. Ia benar-benar berharap Devon mampu menjadi laki-laki tangguh seperti tampangnya. Badan boleh segede pintu, tampang bisa lah kayak mafia Italy, tapi hati kayak penyanyi dangdut euyy. Maju mundur maju mundur cantik doank, batin Miko. Tapi setidaknya misi Miko untuk datang ke Bali sudah sukses.
Ketika ia berniat datang kesini, tujuannya hanya 1, membuat Jasmina ceria lagi. Entah dengan menculik Jasmina dan membuatnya bahagia, ATAU, meyakinkan Devon untuk membuat Jasmina bahagia. Iya yakin tidak semudah itu untuk bagi Devon sang pemalu membuat sebuah gebrakan besar. Tapi setidaknya tadi malam, ia melihat itikad baik yang besar di mata anak itu. Hemmm... good.
Ketika sampai di airport, adegan tangis-menangis kembali terjadi di salah satu gerbang. Mereka sudah check-in ke masing-masing penerbangan, dan mama papa Burnwood akan bersiap-siap berangkat menuju penerbangan mereka. Pertemuan mereka berikutnya adalah beberapa bulan lagi, ketika mama papa Burnwood akan secara permanen tinggal di Jakarta. Masih lama lagi donk ya.
Mata Rania sudah bengkak, bahkan mata Devon saat ini sudah berkaca-kaca. Mama Burnwood berusaha tabah dan bolak-balik mengelus rambut Rania dan memeluk tubuh Devon. Sejenak Jasmina ingat mama... wah... begini indahnya kah bila sudah dewasa tapi masih memiliki mama? Jasmina memeluk dirinya sendiri, tiba-tiba ia pun ingin menangis. Sejak tadi mama Burnwood pun sudah bolak-balik memeluknya dan menitipkan kedua buah hatinya kepada Jasmina.
Ketika akhirnya pasangan itu pergi, Rania langsung menghambur memeluk Jasmina. Devon tampak terpaku, dan kemudian memeluk Rania dari belakang. Mereka bertiga berpose sangat aneh karena saling berpelukan. Jasmina tidak menyangka, selama ini Devon dan Rania selalu menjadi tumpuan kesedihan Jasmina karena mereka sangat mandiri dan teguh. Ternyata, mereka juga manusia yah. Bisa sedih juga ketika berpisah dengan orangtuanya.
Jasmina menggapai tangan Devon, ia berharap bisa sedikit meringankan kesedihan cowok itu. Alih-alih, sang cowok malah memasang tampang kaget dan berhenti bernafas sejenak. Ia menatap lekat Jasmina. Jasmina balik menatap Devon dengan bingung. Sedih ilang, panik datang. Lah... serba salah..
Ketika memasuki pesawat, Devon dan Jasmina merelakan Rania duduk di samping jendela. Jasmina mempersilahkan Devon duduk di tengah karena ia lebih suka duduk di pinggir. Agar ga susah kalau mau ke toilet hihihi. Penerbangan ke Jakarta tidak akan memakan waktu lama, Jasmina sudah bersiap-siap dengan bahan bacaannya, majalah penerbangan. Berbeda ketika penerbangan dari Jakarta menuju Bali yang lalu, ketiganya langsung tertidur begitu sampai di atas pesawat, dan baru bangun ketika pesawat benar-benar sudah berhenti.
Jasmina mulai merengungi apa yang ia saksikan tadi malam: percakapan antara Devon dan kak Miko. Benarkah Devon menyukainya? Apakah Jasmina juga menyukainya? Benarkah kak Miko merelakannya? Jasmina cukup heran, maksudnya, aneh juga ya bila cowok-cowok ini dibiarkan berdua. Omongannya kadang bisa tak terduga dan sok dewasa.
Jasmina mencoba melirik Devon tanpa ketauan. Oke, ia pura-pura melirik Rania saja deh. Eh ternyata cewek itu langsung tertidur. Sepertinya kebanyakan menangis. Sekilas ia melirik Devon. Cowok itu sedang membaca manual penyelamatan pesawat. Untuk seseorang yang sering bepergian dengan pesawat, rajin juga ia membaca begituan ya.
Tadi malam sebelum tidur, Jasmina meminta bantuan mbah google lagi untuk menyelesaikan kegundahan hatinya. Ia mencari artikel tentang: ciri-ciri jatuh cinta. Ia menemukan sebuah artikel, dan mencoba untuk membandingkan dengan keadaannya sekarang. Benarkah ia menyukai Devon?:
1.Seperti memiliki energi tambahan bila bersamanya. "Hemm apa iya ya? Apa karena Devon suka ngajakin main basket bareng? Apa karena aku tuh uda suka olahraga, jadi lebih berenergi? Apa cuma sama Devon aja, atau sama yang lain juga ya?"
2. Suka membuat rencana bersamanya. "Heemm ya suka sih, ya... kayak di Bali ini aja, kita bertiga selalu bikin rencana besok mau kemana, lusa mau kemana, makan dimana, eh... itu termasuk gak sih?"
3. Selalu melihat ponsel. "Hemmm ga juga sih, wong dia tetangga gitu. Pergi sekolah, bareng. Pulang sekolah, bareng. Selama di Bali, bareng terus 24 jam. Selama di Bali, ponsel Cuma dipake buat foto doank. Kalo mau ngomong ama Devon, tinggal manggil doank".
4. Peduli penampilan. "Hemmm emang sekarang aku lebih stylish sih berkat Rania. Tapi bukan gara-gara Devon juga sih. Malah cowok itu kayaknya uda biasa tuh liat aku bangun tidur, muka masih ada iler, rambut berantakan, hayo gimana donk?".
5. Senang dengan lagu cinta. "Yahhhh dari jaman SMP juga doyannya lagu cinta aku mah, jadi sekarang ya tetep senang-senang aja. Walau kadang kalo liat Devon pas lagi ganteng-gantengnya, hati ini seakan mengeluarkan soundtrack sendiri hahahahaha".
6. Penasaran tentang dia. "Dulu penasaran sih, abis orangnya pendiem dan cool banget, tapi ga angkuh kayak Bagas. Sekarang....hemm.... sejak tadi malam entah kenapa kok jadi penasaran abis ama cowok ini! Apa mungkin yang aku liat selama ini cuma kulit-kulitnya aja?".
7. Move on dari mantan. "UGGHH jelas donk uda move on dari mantan. Wong dari awal juga Bagas itu bukan mantanku, cuma mantan kontrak. Tapi kalau dipikir-pikir sih, Devon dan Rania jelas-jelas sangat membantu proses per-lupaan itu menjadi lebih cepat."
8. Yang lain sudah tak menarik lagi. "Hem....ini mungkin ada benarnya juga sih. Setelah terkurung 8 hari bersama, sulit banget untuk tidak melihat kemilaunya. Cakep, baik, family guy banget! Kalo jalan di kerumunan pun, Devon udah pasti jadi pusat perhatian siapa aja. Gimana aku donkkk yang terkurung 8 hari bersamanya?".
Lah jadi gimana ini? Sebenarnya Jasmina tertarik gak sih sama Devon? Jasmina mengacak-acak rambutnya. Kalaupun memang iya, berarti ini jenis suka/cinta/naksir yang lain. Ketika ia menyukai kak Miko, itu jelas-jelas jenis CINTA PADA PANDANGAN PERTAMA. Begitu liat, langsunggg cinta.
Ketika ia pacaran kontrak dengan Bagas, itu jelas jenis BENCI JADI CINTA. Ketika ekspektasi rendah terhadap Bagas, dibales dengan perlakuan manis bin ajaib bin sok romantis cowok itu, membuat Jasmina terkapar-kapar. Akhirnya jadi suka dehhhh... Kata orang, benci dan cinta itu dindingnya setipis tisu.
Nah kalo memang ternyata Jamina (kalau loh yaaaa) suka sama Devon, mungkin ini jenis CINTA KARENA TERBIASA. Bener gak? Karena terbiasa bersama, terbiasa ngobrol, terbiasa menatap wajah tampannya, terbiasa mengagumi badan kekarnya, terbiasa dengan suara beratnya.... waduhhhhhh....
tiba-tiba... deggggggg.... Kepala Devon yang berat jatuh di pundak Jasmina. Ternyata cowok ini juga tertidur... dan secara tidak sadar memutuskan menjadikan bahu Jasmina sandarannya. Huaaaaa Jantung Jasmina berdegub sangat kencang. Diantara ke-8 ciri orang jatuh cinta, kok tidak ada di sebutin tentang jantung berdegub kencang, paru-paru seakan di peras, dan perut yang diaduk-aduk kayak semen mau dipake? Termasukkan itu? Huuaaaaa... wangi shampoo cowok itu membuat Jasmina semakin mabuk kepayang.
Jasmina memutuskan untuk mencoba tidur sambil menghitung kepala-kepala para penumpang di dari barisan depan sampai ke barisan mereka. Mulai berhitung.... suka... enggak... suka... enggakk... sukaaa... enggak....lahhh kok ngitungnya jadi giniiiiii, batin Jasmina sambil mengepalkan kedua tangannya. Jakarta masih jauh kahhh???