Chereads / Pacaran Paksa (Dengan Ketua OSIS) / Chapter 73 - BAB 73: Boys Talk Part 2

Chapter 73 - BAB 73: Boys Talk Part 2

"JASMINA! Ayo buruan istirahat. Besok kita harus berangkat pagi", tiba-tiba Devon muncul. Jasmina makin panik. Waduhhhh apakah cowok itu denger semua yang mereka bicarain? Terutama bagian yang Devon suka.... Jasmina suka… ahhhh entah siapa pun yang sukaaaa!

"Oooo ooo oke Dev. Siap! Bye kak Miko. Makasi traktiran seafood ama es krimnya", Jasmina kontan berlari meninggalkan meja, berjalan ke arah Devon.Tapi cowok itu masih berdiri menatap tajam ke arah kak Miko. Jasmina masih salah tingkah, dan memutuskan untuk meninggalkan Devon juga. "Aku duluan ya Dev, takut Rania nyariin. Byeeee", pamit Jasmina dan langsung berlari menuju Villa.

Tinggallah Devon dan sang kakak kelas lagi. Another boy's talk. Kak Miko kontan mengisyaratkan sang pelayan agar biaya makan di tagihkan ke rekening kamar saja. Ia berjalan mendekati Devon.

"Uda beres ngobrolnya", tanya Devon dengan suara berat. Kak Miko tertawa pelan sambil menggeleng.

"Belon semua sih, tapi lumayan lah.Cemburu?", tanyanya usil.

"Enggak!"

"Masih gak ngaku kalo mau rebut Jasmina dari aku", tanya kak Miko dengan muka lebih jahil.

"She was never yours", jawab Devon tegas. Bener juga sih ya.

"Siap ngadepin Bagas? Kayaknya cowok itu uda bosen ama Sharon. Siap-siap aja berkompetisi ama dia lagi. Gak susah ngajak mantan balikan loh", tantang kak Miko.

Devon terdiam. "Kakak sendiri? Masih mau nyakitin Jasmina?", tanyanya.

"Kakak akui, sekarang Jasmina jauh lebih menarik. Agak gemes sih pas liat Bagas kayak... menyia-nyiakan Jasmina gitu aja. Dan kakak liat, kamu juga belum tentu bisa ngebahagiain dia. Jadi sorry to say, aku belon bisa lepasin dia. Akan aku perjuangkan sampai..."

"Miko, mungkin aku blon bisa bahagiain dia, tapi yang jelas aku ga mau dia terluka lagi, apalagi gara-gara elu ama Bagas", Devon mulai emosi, telunjuknya mulai menunjuk-nunjuk dada kak Miko. Oh wait, sejak kapan dia ber-Miko dan elu ria sama kakak kelas?

"Apa kamu ada rencana mau bahagiain dia Dev? Selama beberapa hari ini kamu tuh lebih tepatnya kayak anjing herderrr yang ngikutin dia kemana-mana. Gong gong buat nakutin orang iya, gak mau orang deketin Jasmina iya. Tapi ga ada emosi disitu Dev, gak ada cintaaaa disitu, are you afraid of something?", tanya kak Miko dengan ekspresi mengejek.

Devon tidak mau menjawab. Urusan hati, dan keputusannya untuk maju atau mundur dengan perasaannya,adalah murni urusan dia. Tidak perlu dibahas dengan orang lain.

"Do you like her or not?", tanya Miko tegas sambil melotot ke arah Devon. Cowok itu tetap tidak menjawab.

"Do you want to open your hear for or, or not?" tanya kak Miko lagi. Cowok itu tetap tidak menjawab.

"Do you want to see her with another...", kak Miko belum menyelesaikan kata-katanya...

"No! Aku gak mau dia disakitin oleh orang lain lagi", katanya mantap.

"Devon, belum tentu loh orang yang akan di temui Jasmina itu nanti akan nyakitin dia! Kamu gak belajar apa-apa toh dari aku??? Belajar Dev! Lamban boleh, bego JANGAN! Aku akui, aku bego. Tapi sekarang aku lebih pinter. Sekarang aku tanya, sekali lagi. Kamu rela ia bersama orang lain? Kalo kamu bilang rela, aku akan mati-matian berusaha supaya dia bisa jadi milikku. Selamanya", jawab kak Miko mantap.

Devon gelisah. Tangannya mulai mengepal. Harus jawab sekarang ya? Kok ada kata-kata SELAMANYA? Apa yang terjadi dengannya? Ia belum siap. Ia belum siap mengutarakan apa-apa dengan Jasmina. Jangankan mengutarakan, ia masih belum yakin perasaan apa yang ia punya dengan gadis itu. Simpati kah, sayangkah, seperti adikkah, cintakah? Belum! Ia cuma tidak ingin gadis itu disentuh oleh orang lain. Fisik atau mental (perasaan).

"I'm kinda new in these...", Devon berkata dengan pelan. Ia mengakui kelemahannya. Miko girang, "Heyyy, Devon mulai terbuka nih ama gue", batinnya.

"So you're stupid maksudnya kan?", tanya kak Miko ngekeh.

"Ok Dev, aku akan bantu. Ini reward buat eloooo yang udah bantuin Jasmina berkali-kali. Thank you sebelumnya yah. Ok, sekarang, coba tanya hati loooo yang kecil ini, apa yang elo liat dari Jasmina?", tanya kak Miko sambil menunjuk dada tengah Devon. Devon merasa telanjang. Apa dia harus menjawab?

"She's perfect", katanya dengan mata terpejam. Kenapa tiba-tiba kata itu yang keluar?

Kak Miko terkejut. "Wowww secepat itu loh uda yakin dia perfect? Trus apalagi?", tanyanya.

"Aku sedih kalo dia terluka, pengen cepet-cepet cari cara supaya dia bisa bangkit dan hepi lagi. Tiap hari, rasanya kalo buka mata, pengen liat dia. Pengen ngobrol sama dia. Pengen selalu tau kabar dia. Aku ga suka berbagi, bahkan kadang aku ga rela berbagi Jasmina dengan Rania. Is that bad?", tanyanya dengan nada kebingungan. Devon bingung, kenapa ia bisa sebegitu terus terangnya dengan rivalnya?

"How do you see your future with her?", tanya kak Miko.

"Like I said… aku ingin melihat dia ketika aku bangun tidur, aku ingin melihat dia sebelum mataku tertutup", jawabnya puitis."But I'm not sure she wanted that way...", jawabnya lagi. Kak Miko tercengang.

"Youuuuu! Devon! Youuuu, gak pedean? Hahahahhaha", kak Miko tertawa. "Literally speaking, sekarang kamu adalah cowok yang paling dekat dengan Jasmina. Kalian tinggal di satu Villa, di Jakarta rumah kalian cuma terpisah ama tembok. Kalian satu sekolah, dan adik elooo udah anggep dia kakak ipar. Apa yang elo kuatirin? Takut di tolak? Lo laki-laki atau bukan sih???", tanya kak Miko masih sambil tertawa.

Devon merasa ingin memukul muka tampan seniornya itu. Tapi di dalam lubuk hatinya, ia mengakui semua hipotesis kak Miko. Pertama, ia takut di tolak, kedua, kalo ia jadian, dia sama sekali ga tau tata cara pacaran yang baik dan benar. Kalau salah, gimana? Kalau ga romantic, gimana? Kalau Jasmina bosen, gimana? Ketiga, dia gak tau apa Jasmina bisa benar-benar menerima dia sepaket utuh. Gimana kalau ketika mereka makin dekat, Jasmina sadar kalau ia bocah manja yang emosional. Ia pacar yang posesif dan pengatur? Gimana kalau hubungan mereka cuma bertahan sebentar? Apakah worthed untuk berusaha?

"Devon, sekali lagi nih gue tanya ya, dengan pertimbangan jiwa pengecut elooo, sama takut kehilangan Jasmina, elo lebih berat kemana? Elo siap kehilangan dia hanya gara-gara lo takut? Gue pernah di posisi itu Dev. Gue takut! Gue ga mau hubungan harmonis gue ama Jasmina terganggu hanya gara-gara kami pacaran."

"Gimana kalo hubungan kami cuma bertahan itungan bulan kayak hampir semua hubungan gue? Akhirnya Jasmina akan menjadi mantan pacar yang ngejauhin gue! Gue takut ga bisa jadi pacar yang baik untuk Jasmina. Gue takut gue akan kehilangan fans-fans gue yang lain, IYA, gue akuin. Gua stupid and crazy. Mau kayak gue???", tanyanya lagi.

Devon masih terdiam, tapi sekarang pikirannya sudah lebih tenang. Urat-urat diwajahnya yang sempat tegang, kini mulai melemas. Ia menggigit bibirnya. Ia berfikir, tapi tidak sekeras tadi. "I dont want to be stupid...", jawabnya pelan.

"Do you think you can make her happy? Hari ini dan besok?", tanya kak Miko lagi.

"I'll try not to make her cry", jawabnya.

"Do you think you can love her just the way she is?", tanya kak Miko menyelidik.

"I'm doing it", jawabnya singkat. Oke, jadi dia mengakui kalo menyukai Jasmina donk.

"Kamu akan ada untuk dia selama Ups and Downs?" tanya kak Miko lagi.

"I'll try", jawabnya singkat.

"Will you tell her, that's she is a very important girl to you, and you want to be with her for the rest of your life? Apa kamu akan menjadi pacar yang egois? Selalu minta Jasmina untuk ngelayanin dan ngertiin kamu? ", tanya kaka Miko pelan.

Lidah Devon kelu. Pacar? Siapa yang nyinggung soal pacaran? Suka iya. Tapi pacaran? Apa iya dia berani...

Devon refleks melangkahkan satu kakinya ke depan...entah kenapa. Lah kenapa jadi canggung begini. Dia tuh Miko! Bukan Jasmina! Apa iya mau berlutut?

"Aku ga tau bagaimana masa depan kak. Tapi saat ini, berkat kakak, there is one thing I'm sure of. I want to be part of her life. I want her to be part of my life. Apa itu cukup?", tanya Devon pelan, seakan masih perlu penegasan lagi.

Kak Miko sontak mendekati Devon dan memukul pelan kedua bahu cowok itu. "Bilang ama dia secepatnya Devon, jangan sampe dia jatuh ke tangan yang salah lagi. Jangan sampe dia gue rebut. Gue percaya, elo cowok yang cukup cakap untuk bersama dia. Gue akan relain Jasmina.", kak Miko menatap Devon dengan ramah. Devon benar-benar kaget. Gak nyangka ada plot twist seperti ini. Seriously?

"Gue akan bantu sampe eloo bener-bener ngedapetin Jasmina, dan itu gak mudah. Dia mungkin masih trauma. Dia mungkin…yahh.. bakal suka sama cowok yang lebih ganteng dari eluuu hahahahaha. Tapi gue bantu. Ok?", kak Miko menyodorkan tangannya seakan ingin berjawab tangan. Devon menyambut tangan kak Miko sambil tersenyum.

Kak Miko berjalan menjauhi Devon, menuju villanya. Sejenak ia berbalik dan menatap Devon lagi, "Tapi sekali aja eloooo sakitin dia Dev, you are a dead man! Paham?", ancam kak Miko dengan muka tersenyum. Devon balik membalas senyum kak Miko dan mengarahkan 2 jempol. "Siap kak".

Yang Devon tidak tahu adalah… Jasmina sejak tadi belum beranjak dari restoran. Alih-alih, gadis itu bersembunyi di sebuah spot yang penuh dengan tanaman dan digigitin nyamuk. Hanya demi mendengarkan pembicaraan yang teramat penting itu…

Pengorbanan yang sungguh setimpal.