Siang menuju sore ini, kegiatan di lanjutkan dengan latihan surfing dibawah pengawasan sekolah surfing. Rania Cuma berharap, kegiatan dapat memperbaiki mood Devon yang sempat berantakan gara-gara gelang di pasar tadi. Bahkan sepanjang perjalanan dari pasar menuju sekolah surfing saja, Devon masih menghindari menatap Jasmina. Padahal gadis itu bolak-balik mengajaknya bicara, atau menawarkan cemilan. Melihat itu, Rania Cuma bisa bolak-balik menepok jidatnya.
Sekolah surfing itu terbagi menjadi 2 kegiatan. Ada indoor dan outdoor. Sepertinya cukup professional dan sudah sering direkomendasikan di internet. Ketika Jasmina dan Rania melihat ke kiri dan kekanan, barulah mereka menyadari bahwa merekalah peserta tertua di sekolah surfing ini. Beberapa murid terlihat bahkan masih duduk di bangku SD hahahaha. Jasmina dan Rania tidak tahan untuk tidak tertawa. Hilang sudah kesempatan Rania untuk cuci-cuci mata melihat cowok-cowok di sekolah Surfing.
Kalo Jasmina sih sudah hepiiiii banget karena tubuhnya dapat memasuki salah satu outfit surfing yang disewakan di sekolah itu. "Yesss, I'm normal", batin Jasmina di dalam hati. Tiba-tiba mata Jasmina menatap Devon yang sudah memakai outfit surfing. Hatinya kembali menggelora. "Cowok itu kok ganteng banget sih pake seragam surfing", batinnya. Walau saat ini Devon masih belum mau bicara dengannya. Ada apa sih sebenarnya?
Mereka menjalani berbagai simulasi surfing yang terletak di dalam gedung, begitu juga dengan pemaparan teori-teori. Rania sepertinya cukup bosan, atau mengantuk. Mungkin akibat makanan yang terlalu banyak setelah snorkeling tadi, atau ya memang kegiatan snorkeling sendiri sudah melelahkan.
Ketika akhirnya mereka di lepas ke pantai, ada beberapa pengajar yang lengkap dengan outfit surfing bertebaran. Rania dan Jasmina dengan penuh gaya sudah memeluk papan surfing sewaan mereka masing-masing. Disaat seperti itupun, ia masih kuatir... siapa yang akan memotret mereka selama kegiatan berlangsung!!! Oh oh Rania... Akhirnya sang kamera di titipkan ke salah satu pelatih yang paling tampan, tentunya. "Please take a picture of us when we are in action, Ok?", perintah gadis itu.
Mereka mulai berjalan ke arah tengah, berenang dengan cepat mumpung ombak belum datang. Jasmina mencoba mengingat-ingat teorinya. Duduk, rasakan bila sebuah ombak akan datang, ketika ia datang, cepat berdiri dan bermainlah sepuasnya. Maksud si mas bermain dengan sepuasnya itu adalah jagalah keseimbangan agar tidak jatuh di terjang ombak. Tidakkah mereka sadar kalau keduanya adalah KEGIATAN YANG BERBEDA? Jasmina melirik ke arah Rania. Gadis itu berenang cepat sekali. Fisiknya ok bange sih!
Mereka berdua akhirnya berhenti cukup jauh dari pantai. Mereka mengatur posisi duduk di atas papan surfing mereka, dan mulai terombang-ambing. Ada sensasi seperti bermain di wahana Dufan, tapi ini jauh lebih seru. Jasmina mencoba untuk tenang dan tidak grogi. Kalau ini gagal, mereka masih ada waktu 1 jam lagi untuk terus menerus mencoba. Jasmina cuma berharap kegiatan ini akan membakar seluruh kalori yang ia makan setelah snorkeling tadi hihihi.
Ombak datang, dan sepertinyaaa.... lumayan tinggi. "Here we go Jasmina!!!", teriak Rania. Mereka menelungkupkan badan mereka di papan surfing dan mencoba mendayung tangan mereka mengikuti arus ombak. Rania berhasil berdiri! Tubuh kurusnya mulai meliuk-liuk di atas papan. Jasmina ragu. Tapi ingin mencoba. Ia mencoba berdiri, ternyata tidak gampang! Tubuhnya terus saja membuat ia jatuh ke arah kiri, sementara sang ombak sudah mulai membawanya pergi menuju pantai DENGAN KENCANG! Jasmina terus mencoba, namun akhirnya ia jatuh!
Badannyan terseret ombak yang membawa sang papan surfing. Tangannya yang terikat oleh papan berhasil membuatnya tidak tenggelam ke dasar laut. Sang papan surfing menjadi pelampungnya. Sang pelatih sudah siap dengan percobaan pertama para muridnya. Ia dengan sigap berenang ke arah Jasmina dan menarik tangan sang gadis menuju pantai. Jasmina masih dalam keadaan panik, tapi andrenalinnya justru terpacu hebat! Ia suka dan ketagihan! "Kamu gak apa-apa kan?", tanya sang pelatihan sambil memegang kedua bahu Jasmina dan menatap mata Jasmina. cuma ingin memastikan gadis itu tidak terminum air, masih sadar atau apalah. Ketika Jasmina akan menjawab...
"Jasmina, kamu gak apa-apa kan?", tanya Devon sambil menariknya sejauh mungkin dari sang pelatih. Jasmina yang tadinya baik-baik aja, langsung limbung dan jatuh ke PELUKAN DEVON!
Lebih tepatnya, kepala Jasmina membentur antara leher dan dada Devon dan cowok itu dengan refleks memeluk bahu gadis itu. Mereka seakan-akan sedang berpelukan! Baik Jasmina maupun Devon belum bisa bereaksi lebih banyak atas kejadian tercanggung itu. Mereka berdiri memaku dan mencoba memproses. What now? Jangankan mereka, para penonton termasuk Rania dan sang pelatih pun dibuat terpaku. What the? Apa Jasmina benar-benar mau pingsan? Kenapa jadi ada adegan romantic?
"A... a... aku gak apa-apa Dev. Seru sebenarnya! Aku mau lagiiiii!!", teriak Jasmina cerita berusaha untuk memecahkan kekakuan. Ia menggoyang-goyangkan tangannya dan menunjuk lautan. Sang pelatih dan Rania saling berpandangan dan tersenyum lega. Jasmina baik-baik aja. Devon masi menatap Jasmina ragu. Ia tadi benar-benar menyaksikan gadis itu tergulung ombak dan itu membuat dadanya sakit. Ia kuatir luar biasa. Tapi amarahnya lebih tersulut lagi ketika sang pelatih menyentuh Jasmina. Kok?
Devon sepertinya sudah melupakan seluruh gengsi dan amarahnya di pasar tadi. Ia benar-benar kuatir, dan juga.. yaa.. sedikit ga rela pundak Jasmina di sentuh begitu. Saat ini ia Cuma ingin Jasmina melihat ke arahnya.
"Ok, tapi kali ini aku temenin ya", perintah Devon. Jasmina dan Rania mengangguk-angguk antusian. Akhirnya mereka bertiga bermain ombak. Jasmina bolak-balik jatuh dan tergulung, tapi gadis itu masih tetap fit dan kecanduan. Entah berapa kali Devon harus menyelamatkannya. Sekarang ia tau kenapa Devon mencintai olahraga ini. Sayang sekali kalau di Jakarta tempat seperti ini jauh dari tempat tinggal mereka.
Tanpa terasa waktu bermain telah selesai. Mereka bertiga memutuskan untuk pulang ke villa dan makan malam di dalam villa aja. Rania menemukan sebuah restotan yang menyajikan makanan take-away khas oriental yang wajib di coba dalam perjalanan pulang. Wangi bebek panggang langsung memenuhi mobil sewaan mereka. Setelah bolak-balik tergulung ombak dan berenang, mereka berhak mendapatkan makanan yang lezatt... Hemmmm
"Cmon let's go! The one who gets to the villa first, can order their favourite dessert!", tantang Rania. Devon dan Jasmina cuma bisa saling pandang dan tertawa. Males ah. Capek. Paha Jasmina benar-benar pegal setelah sesi snorkeling dan surfing DALAM SATU HARI!. Perjalanan dari lobby ke villa sendiri cukup merepotkan. Ada beberapa tanjakan dan anak tangga yang harus mereka lewati. Tapi Jasmina sungguh puas. Capek tapi puas. Hanya saja, sekarang ia cuma ingin cepat-cepat sampai di kamarnya, mandi sekali lagi, memakai salah satu dress bali, dan makan.
Ketika mereka bertiga akhirnya hampir mencapai villa mereka...
"Heiiii, akhirnya kalian pulang juga. Udah makan malam belum?", tanya seorang cowok tampan yang berdiri di depan mereka. KAK MIKO!