Kemudian Max kembali duduk sangat pelan di samping Bruno dan di depannya melihat David yang masih saja tak sadarkan diri sejak pulang dari misinya. Tiba-tiba Bruno melonjak bangun dari tempat duduknya dan berjalan pelan tak bersuara ke lorong menuju kamar mandi.
"Aku mau mandi dulu, kutitipkan guru padamu selama aku tak ada. Jika ia sudah sadar, panggil aku meskipun aku belum selesai mandi." Max memutar tubuhnya 180 derajat melihat Bruno seraya mengangguk dan berdeham.
Bruno yang berjalan menuju kamar mandi sempat terhenti di lorong yang mana dari ranjang ia tidak terlihat oleh pandangan Max yang sedang duduk mengawasi David. Rasa lelahnya masih menyelimutinya setelah usai latihan dengan Max hari ini.
Ia sejenak tak bisa menggerakan kakinya, ia sempat terjatuh tapi badannya tidak menjejak lantai dan ia berpegangan gagang yang menempel di dinding agar tidak jatuh ke lantai atau Max akan menyadarinya.
Kemudian Bruno bangkit mencoba berdiri dan bahunya disandarkan ke dinding seraya memegang gagang itu untuk menyeimbangkan badannya. Bruno memaksa dirinya berjalan meskipun dia tau dia tak akan bisa.
Tapi justru sebaliknya, ia perlahan bisa menggerakan kaki selangkah menuju kamar mandi dan tibalah ia di pintu kamar mandi dan masuk ke dalam cepat-cepat. Sungguh meyiksa diri sendiri ketika Bruno sudah menggunakan sihirnya. Bahkan untuk melakukan hal kecil.
Max telah ditinggal Bruno selama 15 menit tak kunjung muncul juga. Max yang semakin curiga, tak pikir panjang ia langsung melonjak dari kursinya dan berjalan mengendap sangat pelan bahkan suara langkahnya tidak terdengar satu hertz pun layaknya perampok professional agar tidak ketahuan Bruno.
Ketika sampai di pintu depan, ia menekuk lututnya sangat rendah seperti orang jongkok dan menempelkan telinganya di badan pintu seraya memejamkan matanya pendengarannya fokus ke dalam kamar mandi.
Hasilnya tak diduga oleh Max, yang mana ia ditinggal Bruno dan menyuruh untuk menemani David ternyata ia sempat-sempatnya ketiduran di dalam kamar mandi dengan keadaan yang tidak akurat.
Apalagi tidurnya dihiasi dengan dengkuran yang sangat keras yang bisa saja terdengar seisi rumah. Max yang sadar jika Bruno sedang tertidur, mendadak memasang wajah absurd dan matanya mulai menyipit kesal. Kemudian ia melonjak berdiri dan mengetuk pintu itu.
Tok…tok..tok..
"Bruno, apa kau masíh di dalam?" tanya Max dengan wajah sok polos, "Bruno, sedang apa kau didalam, apa kau lupa gurumu sedang terluka?"
Tak kunjung bangun, Max sedikit mengeraskan ketukannya seraya memanggil Bruno dengan suara yang keras juga. Berkali-kali ia menggedor dan memanggil, Bruno masih saja tertidur pulas dan membuat wajah Max semakin datar dan matanya semakin menyipit.
"Ini orang kenapa bisa ketiduran di kamar mandi coba, apa ia sering melakukan ini ketika dirumahnya?" kata Max heran dengan ekspresi yang sama.
Max semakin kesal, dan semakin keras menggedor, ia menggedor bahkan sampai memukul pintu itu seraya meneriaki Bruno. "Bruno!! Bangunlah!!, tuan David sudah sadarkan, ia sudah bangun dan mencarimu", kata Max dengan sedikit tertawa tanpa suara di balik pintu.
Max yang berteriak berulang kali masih saja tak mempan untuk membangunkan Bruno, bahkan dengkurannya semakin menjadi jadi dan terdengar jelas sampai luar rumah seperti babi yang mengorok.
Bruno yang seperti itu memancing emosi dan rasa kesal Max, wajahnya semakin datar lagi seperti dataran dan matanya yang menyipit mulai menutup seperti orang yang sedang tidur.
Kesabaran Max sudah habis, dengan wajah geregetan dan emosi melonjak, ia terpaksa menggempur pintu itu sampai terbuka agar Bruno tersadar dari tidurnya. Dia mengambil posisi untuk mendobrak pintu menggunakan bahu kanannya.
Ia mulai melangkah mundur hanya sebanyak 3 kali, bagaimanapun juga kamar mandi itu berada di lorong yang tak memungkinkan ia bisa berlari sambil menggempur pintu itu.
Max mengambil nafas yang sangat dalam dan mengeluarkannya dari mulut seperti sedang meniup lilin kue ulang tahun. Kemudian dia mulai melangkah cepat dan mulai menuju ke pintu dengan bahu kanannya yg berada di depan daripada badan lainnya.
Baru melangkah 2 kali, ia mendadak berhenti, menambatkan kakinya dan tak sadar saat berhenti ia sedang menginjak keset basah di depan kamar mandi dan lucunya, ia terpeleset jatuh ke lantai yang pendaratannya sangat sempurna, sebab pantatnya yang tak sengaja menjadi pijakan ketika ia tergelincir.
Max mendadak berhenti tak sengaja disertai tergelincir karena ia pikir ketika pintu itu di dobrak mungkin saja pintu itu terlepas dari engselnya yang bisa saja membuat tuan David marah besar.
Ia merasa kesakitan, sempat berteriak namun ia cepat-cepat menutup mulut nya dengan kedua tangannya dan berguling-guling diatas lantai seperti babi yang berguling dilumpur. Max sejenak berdiam ketika terjatuh dan tak kunjung bangkit seraya menundukkan kepala dan menghela nafas yang panjang.
Setelah rasa sakitnya semakin mereda, ia langsung bangkit berdiri dan lompat-lompat kecil, memeriksa apakah badannya ada yang patah atau tidak. Ia berdiam selama beberapa menit menengadah memikirkan apa yang harus ia lakukan agar bisa membangunkan Max.
Kemudian terlintas ide di kepalanya dengan memastikan apakah pintu itu benar-benar dikunci oleh Bruno atau tidak. Tak pikir lama, ia dengan cepat memegang gagang pintu itu dan sejenak terdiam seraya menghamburkan nafasnya.
Kemudian ditekanlah gagang dan membukanya sangat perlahan, terbukalah pintu itu sangat sedikit bahkan hanya bisa melihat bak mandinya saja. Sadar dengan usahanya yang ia lakukan daritadi sia-sia, ia kembali dengan memasang wajah datarnya dan berkata
"Seseorang, tolong bunuh aku. Bodoh sekali aku sampai terpeleset hanya karena membuka pintu, bunuh aku," desisnya terlihat sedih, terlihat suram.
Setelah pintu kamar mandi terbuka, Max langsung menyelonong dan mendorong pintu itu sehingga membentur tembok dan membuat suara yang keras, dan seketika Bruno terbangun kaget seperti orang bodoh yang kebingungan, melihat kanan kiri seraya mengucek kedua matanya.
"Hmm… Eh… Kenapa aku bisa ketiduran disini?" tutur Bruno setengah sadar seraya menengadah melihat atap langit dan mengelih kanan kiri dinding kamar mandi.
"Seharusnya aku yang bertanya begitu, bodoh," kata Max dengan nada kesal menunduk melihat Max yang sedang duduk di toilet seraya memegang bokongnya yang masih nyeri.
"Bagaimana kau bisa ketiduran sini? Apa di rumah ini tak ada tempat tidur yang membuatmu nyaman selain kamar mandi?"
"Max, bantu aku berdiri, bokong dan kakiku keram, aku tak bisa bergerak," desis Bruno pelan tak membalas perkataan Max.
Max yang melalaikan omongannya sendiri langsung mengulurkan tangan, gerak cepat membantu Bruno berdiri. Mereka saling menompang tangan mereka diatas bahu. Tangan kanan Max memegang tangan kanan Bruno, tangan kiri Max juga memegang tangan kiri Bruno, begitu sebaliknya.
Mereka mulai berjalan pelan-pelan yang mana Bruno hanya bisa berjalan dengan satu kaki karena sudah kelelahan, namun hal itu tak disadari oleh teman dekatnya.
Mereka keluar dari kamar mandi, berjalan di lorong yang panjangnya 8 meter sempit remang-remang hanya ada satu lampu yang menyala.
"Kenapa kau ketiduran di sana, apa kau baik-baik saja?" tanya Max penasaran.
"Apa kau lupa kalau hari ini aku sudah mengeluarkan sihirku, bukan?" kata Bruno pelan. "Wajar saja jika aku ketiduran, untuk sampai kamar mandi saja tadi aku sempat terjatuh dan beruntung sekali di dinding lorong itu ada gagang yang panjangnya sama dengan lorong itu, aku cukup beruntung hari ini."
"Mengapa kau tidak meminta bantuanku?"
"Hehe, aku kira aku bisa berjalan sendiri, ternyata perkiraanku salah. Selain itu aku juga tidak tega jika guru David ditinggal sendirian, sedang berbaring tak sadarkan diri," ungkap Bruno seraya menyeringai.
Meskipun Bruno selalu merepotkannya selalu menggendongnya kemana-mana, namun Max tak sekalipun pernah mengeluh padanya.
Mereka berjalan menelusuri lorong itu dan menuju ke tempat David tertidur. Niatnya mereka ingin duduk di hadapan gurunya, namun ketika lewat meja makan di dekat lorong, tak sengaja perut mereka berbunyi.
"Max apa kau mempunyai makanan? Aku lapar sekali," tutur Bruno memegang perutnya.
"Aku juga lapar, sayangnya aku tidak membawa makanan dari rumah, atau kita beli saja di luar?"
Bruno yang tak mau merepotkan temannya, melihat sekeliling rumah David berusaha mencari makanan yang ada. Ketika penglihatannya melintas meja makan, Bruno terngaga melihat banyaknya makanan, ia memanggil Max meminta bantuan mengantarnya ke meja makan itu.
Max yang baru sadar ada banyak makanan juga ternganga dan matanya bersinar seperti sinar lampu yang mencolok. Ia tak menyangka makanan di rumah gurunya bisa sebanyak ini sedangkan gurunya hidup sendiri.
Mereka tak tahu jika ada seorang pemilik restoran di desa itu memberikan sisa-sisa makanannya dan menitipkannya pada Hans.
Daging ayam panggang, daging sapi, babi, sosis, kentang bakar, kentang goreng, kentang rebus, kacang tanah, kacang polong, kue coklat, kue strawberry, jeli, eskrim, jus dan minuman bersoda.
Bruno memang sering melihat makanan yang enak, tetapi ia merasa ada yang sesuatu yang berbeda dengan semua makanan ini. Ia pikir karena memakan semua itu hanya berdua dengan temannya tanpa ada yang menganggu mereka.
"Ingat, ini pemberian warga pada tuan David, kau tak boleh menghabiskan semuanya" kata Max melihat Bruno yang air liurnya mengalir deras seperti air terjun.
"Halahh, bukankah guru bisa mendapatkannya lain kali?"
"Jangan tolol, masih beruntung para warga desa ini memberi makanan pada tuan David, tentu saja ini miliknya. Jika kau ingin makan semua makanan itu, tentu saja boleh tetapi harus kau sisakan juga untuknya."