Chereads / Aku, Kamu & Cerita Yang Telah Usai / Chapter 25 - Melepas Rindu

Chapter 25 - Melepas Rindu

Krisnanda sudah bersiap, kemudian berpamitan dengan ibu Mirna dan Aditya. Dia akan menjemput Sonya di kampusnya. Sudah tidak sabar, dia ingin segera menuntaskan semua rindu yang sempat menyesakkan dada. Menggunakan aplikasi penunjuk jalan untuk menuju kampus Sonya, memang benar kata Aditya, tidaklah begitu jauh dari rumahnya. Ketika sampai, dia melihat Sonya di sana, di pintu masuk kampus, menanti dirinya.

Berhenti di depan Sonya, membuka helmnya kemudian turun dari motor. Senyumnya merekah begitu pula Sonya. Setelah sekian lama, dapat Krisnanda rasakan lagi tatapan hangat itu. Tatapan yang amat sangat dia rindukan. Kebahagian mereka tidak dapat digambarkan dengan apapun. Mereka saling bertatapan, hingga akhirnya Krisnanda memulai pembicaraan.

"Hi, kamu apa kabar?" tanya Krisnanda.

"Sangat baik. Lalu, kamu apa kabar Kris?" tanya Sonya, masih tidak percaya Krisnanda ada di hadapannya.

"Seperti yang kamu lihat, kabarku baik juga kok," jawabnya, "Ayo naik, kita berangkat sekarang," ajak Krisnanda.

Mereka berangkat, sama seperti waktu itu, Sonya tetap menjadi pemandu jalan kali ini.

Dikenal sebagai kota Pahlawan, Surabaya memiliki beberapa objek wisata yang erat hubungannya dengan masa lampau. Kawasan Kota Tua salah satunya, tempat itulah yang mereka kunjungi pertama hari ini. Banyak bangunan yang mereka kunjungi, terutama bangunan di tujuh jalan pertama kawasan Kota Tua Surabaya.

Gedung dengan bentuk yang berbeda-beda, ada gedung dengan menara berbentuk cerutu si atasnya, mereka menyebutnya Gedung Cerutu. Ada pula hotel bergaya kolonial, Hotel Arcadia dan gedung lainnya yang tidak kalah megah dengan sejuta cerita di dalamnya. Mereka berdua sangat menikmati perjalanan mereka mengunjungi satu per satu gedung yang ada. Seolah kembali ke masa lampau, mengungkit kembali semua sejarah. "Jadi ingat pelajaran sejarah waktu SMA," ucap Krisnanda.

Puas mengunjungi semua gedung dengan kepala yang terisi penuh dengan pengetahuan baru. Waktu berjalan begitu cepat, tak sadar makan siang pun terlewatkan. Tak hayal, perut mereka mulai keroncongan. Mereka melanjutkan perjalanan, mencari beberapa makanan. Masih dekat dengan kawasan Kota Tua, mereka memutuskan untuk mencoba beberapa makanan khas Surabaya.

Masih banyak waktu yang tersisa, setelah selesai dengan wisata kuliner mereka. Perut penuh, semangat pun penuh kembali. Sonya teringat satu tempat yang dari dulu sangat ingin dia kunjungi. Sebuah taman dengan banyak lampu layaknya kumpulan kunang-kunang. Sangat indah, apalagi sebentar lagi malam menjelang.

"Kris, aku ingat satu tempat, dari dulu aku pengen banget ke sana," ucap Sonya.

"Tempat apa?" tanya Krisnanda.

"Namanya Taman Kunang-Kunang, tempatnya bagus banget. Kita ke sana yuk," ajak Sonya, "Nggak jauh kok, cuma 45 menit dari sini."

"Boleh juga, ayo kita ke sana," Krisnanda setuju.

Melaju secepat mungkin menuju tempat yang Sonya inginkan. Mereka sampai ketika senja mulai meremang, lampu-lampu mulai jelas terlihat cahayanya. Begitu indah dan menenangkan. Sonya sudah tidak sabar, dia berlari lebih dulu memasuki taman, "Ayo, Kris," ucapnya. Krisnanda tersenyum, mempercepat langkahnya menyusul Sonya. Dia meraih tangan Sonya, tepat sebelum dia terjatuh karena tersandung sebuah batu.

"Pelan-pelan jalannya, jangan jauh-jauh dari aku. Awas kesandung lagi," ucap Krisnanda memperingati Sonya.

"Iya-iya, aku pelan-pelan jalannya," jawab Sonya.

Mereka akhirnya jalan berdampingan karena Krisnanda terus menggenggam tangan Sonya. Wajahnya sedikit memanas, mungkin saja memerah. Bersyukur karenan lampu yang temaram, wajahnya yang memerah bisa sedikit tersamarkan. Lelah berjalan, Krisnanda mengajaknya duduk, tetapi dia menolak. Akhirnya dia duduk sendiri, memandangi Sonya yang berlari ke sana ke mari menikmati indahnya kerlip lampu. Sonya terlihat begitu cantik, dikelilingi lampu-lampu bak kunang-kunang. Krisnanda terdiam, matanya terus mengikuti ke manapun langkah Sonya.

Krisnanda tidak ingin melewatkan momen ini, dia mengeluarkan handphonenya, mengambil foto Sonya secara diam-diam. "Setidaknya, dengan ini aku bisa mengobati sedikit rasa rinduku," katanya dalam hati. Hampir saja ketahuan oleh Sonya, karena dia tiba-tiba berbalik, berjalan menghampiri dirinya.

"Kris, ayo ke sana. Pemandangannya lebih bagus kalau di sana," ajak Sonya.

"Iya, nanti kita ke sana. Sekarang kamu duduk dulu, aku mau ngasih kamu sesuatu," ucap Krisnanda.

Sonya duduk, sedang Krisnanda mengeluarkan kotak yang terbungkus begitu rapi.

"Ini buat kamu," kata Krisnanda, menyodorkan kotak tersebut.

"Ini apa, Kris?" tanya Sonya.

"Buka aja, semoga kamu suka," Krisnanda tersenyum.

Sonya membuka kotak tersebut, terlihat olehnya sebuah gantungan kunci berbentuk teddy bear dan jepit rambut berbentuk pita. "Terimakasih, Kris. Cantik banget, aku suka," ucap Sonya sembari memakai jepit rambut yang dia dapat.

"Iya, baguslah kalau kamu suka. Kita ke sana yuk," ajak Krisnanda.

Mereka berjalan bersama, menyusuri lebih jauh Taman Kunang-Kunang. Semakin malam, semakin indah kerlip lampunya. Memang benar, terlihat layaknya kumpulan kunang-kunang. Menenagkan jiwa, ditambah semilir angin yang sejuk menerpa kulit. Bahkan tertangkap mata oleh mereka, kunang-kunang sungguhan yang berterbangan. Sonya dengan riangnya menunjuk ke arah kunang-kunang itu. Krisnanda hanya tersenyum, sesekali tertawa kecil melihat tingkahnya.

Rindu yang sempat membelenggu, menyesakkan dada, kini terobati sudah. Walau sebentar lagi rindu akan menyapa kembali. Karena pada akhirnya Krisnanda harus kembali lagi ke Melbourne, meninggalkan Sonya di Surabaya. Jarak akan menghalangi lagi, rindu mereka untuk sebuah temu.