Chereads / Lebur / Chapter 2 - Boneka dan pohon besar itu

Chapter 2 - Boneka dan pohon besar itu

Sari Nur widiah itu nama ku, aku terlahir normal, tidak melihat dunia 'mereka' selama 9 tahun. Keadaan ku saat ini sangat menyedihkan. Semenjak aku bisa melihat 'mereka' aku tidak terbiasa dan sering kaget dengan mereka yang biasa mengikuti kami manusia.

Karena keadaanku aku mulai tidak disukai oleh teman-temanku. Mereka menganggapku menghayal dan berbohong. Padahal aku ingin memberitahu mereka agar berdoa kepada Tuhan agar dilindungi tapi mereka tidak mendengarkan. "Yasudah lah yang penting aku sudah memberitahu mereka" pikirku selalu.

Aku bersekolah seni, di kampus yang sudah menjadi incaran anak seni seperti ku. Sekolah ku di Bandung.

Sebagai orang Jawa Barat asli aku hanya bisa menggunakan Bahasa Sunda yang terbilang ga jago. Terlahir di Bogor membuatku tidak terlalu fasih seperti daerah Bandung.

Aku tinggal di kostan yang sudah tua, bersama temanku Widari, kami sering menceritakan kisah kami melihat hantu.

Ya, yang kami lihat itu seperti mbak kunti, lolipop pocica, mbah besar dan bertaring, anak kecil berlari-lari dan hantu lainnya.

Widari bisa melihat sejak ia dari kecil, karena memang Ayahnya pun memiliki kelebihan seperti kami menjadikan ia memiliki juga. Ia lebih jago dariku, terlahir di Bandung dan memiliki ayah yang berpengalaman menjadikan ia sudah terbiasa dengan mereka. Meskipun ia sudah terbiasa tetapi ia masih takut akan mereka.

"Sar, makan yuk aku haus nih" ujar widari.

"Yaudh yuk, aku juga laper nih pengen es mpok cinta" jawab sari sama konyolnya.

"Haha" ketawa mereka berdua.

"Tadi aku ketemu petunjuk tentang cerita rumah yang udah lama kosong itu. Ternyata dulunya ia seorang pedagang" cerita Widiah sembari berjalan ke kantin.

"Udah berapa lama ditinggalin Wid?" Tanya aku.

"Katanya sih udah sepuluh tahunan gitu, ya pantes aja ya kita lewat banyak jenisnya" jawab Widiah.

"Betul Wid, rumah eta teh meuni serem" kata Sari menggunakan bahasa sunda acak-acak.

"Terus juga itu teh rumahnya ditinggalin gitu aja, barang-barangnya masih ada. Tapi sebagian sudah di ambil orang" ujar Widiah

"Ada sesajen juga katanya Sar" bisik widiah

"Hah? Pantes ya Wid banyak tuyulnya" jawab Sari berbisik juga.

Rumah yang kami bicarakan itu rumah dekat kostan kami, setiap pulang kami harus melewati rumah tersebut. Ga terlalu dekat sih, pokoknya kalau mau deket ke kost harus lewat rumah itu. Jalan jauh pun ada. Kalau ada yang deket ngapain harus muter. Ia gak?

siang hari memang tidak terlalu seram, tapi karena rumah itu besar tetap saja kalau tidak ada orangnya pasti seram.

Aku setiap lewat rumah itu selalu melihat Mbak Kunti di atas rumah, ramean loh saling ngobrol. Kadang mereka jahil banget. Kadang aku kepergok melihat mereka, jadi mereka tau kalau aku bisa melihat mereka, begitu pun dengan Widiah. Mereka dengan sengaja terbang kearah kita dan menakuti kita.

"Hihihiiii" ketawa setiap mereka ada didepan kita.

Aku selalu langsung baca doa agar dia menjauh, yang aku liat sih dia memang langsung kabur gitu. Kadang juga mereka tiba-tiba berada disisi kita dan tertawa kencang di telinga.

"Hihiiii" ya sekarang dia beneran ada disisi kita. Tepatnya berada disisiku.

Kalau sudah gitu pasti kita langsung lari, mereka akan senang kalau kita ketakutan. Katanya sih tidak boleh takut tapi mau gimana lagi mukanya kadang bopeng dan berdarah kan kita takut.

Okey kita sudah ada di kantin, kantin pastinya rame. Banyak orang disini ada yang hanya ngobrol maupun mengerjakan tugas kuliah.

Widiah mengajukan diri untuk membeli makanan, karena aku sudah makan jadi aku hanya memesan minuman saja. Aku hanya disuruh mencari tempat duduk.

Aku mencari tempat duduk yang keadaan sepi, aku tidak terlalu suka keramaian, kadang mereka melihat ku seperti berkata. "Masih ada ya cewek yang begitu"

Mereka memang tidak salah, penampilan aku sangat menonjol, tapi itu hal yang biasa di anak seni. Tetep saja aku insecure dikira cewek jorok. Aku hanya malas berdandan diri saja, padahal Widiah pun sudah membantuku untuk menentukan style ku. Tapi ga untuk saat ini deh. Ouh ia, ini kantin semua fakultas jadi wajar aja lah. Kalau di fakultas seni kan memang hal biasa kalau seperti ini.

"Tau gak, semalem gua lewat rumah kosong buat ke kostan temen gua, terus gua liat anak kecil kan di depan rumahnya. Gua kira siapa, gua samperin dong anak kecil itu. Eh anak kecil nya kabur ke dalem rumah terus ngebalik badannya, nah disitu gua tau itu bukan anak kecil biasa, masa mukanya tua tapi masih kecil, dia juga bau anyir banget. Gua kaget banget mukanya item gitu semuanya. Terus tiba-tiba dia balik lagi sambil lari ke gua. Gua teriak dong lari, takut banget gila liat seyumnya" cerita orang di sampingku.

"Kalau gua bukan disitu, tapi di toilet umum. Gua kan kebelet banget jadi gua gak tahan yaudh gua cari toilet umum aja, pas gua mau buka celana, tiba-tiba ada cewek nempel ditembok toilet itu, badannya kebalik. Gua kaget anjing, langsung lari dan ga jadi kencing sampe kostan" kata temen cowoknya.

"Serius? Kok serem sih Han" tanya temen satunya.

"Serius! sia-sia duit 2 ribu gua" jawab cowok yang bernama Han.

semenjak diceritakan ia datang dengan sendirinya. Aku ingin ga mau peduli tapi karena kasihan takut di ikutin lagi, aku bilang aja. "Maaf mas, nanti jangan lupa baca doa ya, sesuai ajarannya mas aja" celetuk aku tiba-tiba.

Jangan salah hantu pun ada saat siang hari, apalagi saat ini sedang hujan. Mereka kaget aku tiba-tiba bicara, mereka menoleh kearahku. Aku memang tidak sopan sih mendengarkan pembicaraan orang lain.

"Ouh, iya teh ngedengerin juga ya? Haha maaf terlalu keras" kata orang yang bernama Han.

"Ouh iya maaf a jadi ga sopan ngederin ceritanya, tapi sebaiknya jangan diceritain lagi, suka ngikut kuntinya, sekarang ada didekat mas" celetuk aku lagi dengan bebasnya.

Aku selalu ingin membicarakan itu agar mereka tau, tapi mereka seakaan ga percaya gitu. "Ahh iya ya teh, muhun" jawab Han dengan heran.

Teman-temannya pun heran aku berbicara seperti itu, melihat aku bingung. Aou balas tatap mereka aja dengan mengngkat alis ku. Mereka langsung berpaling malu.

Widiah pun sudah memesannya, ia bertanya kepadaku. "Kok ada kunti sar, serem lagi jalannya gitu, kaya kura-kura" bisik Widiah saat sudah didekatku.

"Ia tadi mereka cerita hantu tiba-tiba dia dateng" jawabku.

"Ouh pantes" Widiah tidak heran lagi.

Karena aku menyuruh masnya berdoa, kunti itu pun pergi dengan sendiri. Aku pun membahas rumah kosong yang sempat kita bahas tadi

***

Saat ini malam hari, aku dan Widiah memang main sebelum pulang kekostan, aku dan Widiah berjalan kaki untuk ke kostan kami.

Kostan kami memang sedikit terpencil dan sedikit jauh dari jalan raya. Kami baru pulang dari alun-alun Bandung untuk mencari hiburan dan inspirasi untuk karya seni kami, menjadikan kami lupa waktu. Pulang dari kampus memang sudah sore.

Saat ini sudah jam setengah sepuluh malam, jalan tidak seramai siang hari. Karena memang sudah waktunya tidur jalan kali ini sangat sepi.

Apalagi keadaan kostan kami sedikit terpencil. Sebelum ke kostan, kami melewati rumah kosong itu, saat malam hari memang saatnya mahluk halus untuk beraktivitas.

Setiap kami lewat kami selalu menundukan kepala kami.

"Sar serem ya, kita terlalu malem nih pulangnya" kata Widiah.

"Iya nih, aku sampe ga mau nengok kanan kiri" jawab aku.

Karena kami selalu mendudukan kepala selalu, kami tidak mengetahui jika ada sesosok anak kecil mengikuti kami dari belakang.

Anak kecil itu seakaan bertanya-tanya mengapa mereka selalu menundukan kepala, apakah ada sesuatu di jalan.

Ia pun tiba-tiba berdiri didepan kami, sembari melihat ke atas, memperlihatkan muka yang pucat pasi dan terlihat lebam sana-sini. Ia pun terlihat kurus.

Kami kaget dan tiba-tiba mundur 2 langkah. Ia pun terheran-heran, sekarang ia tau bahwa mereka bisa melihatnya. Ia pun terseyum dengan gigi ompong dan berdarah.

Anak kecil tersebut berlari, berhenti ditengah jalan. Ia seakaan memberitahu kami untuk mengikuti dia. Menggunakan tangannya seperti dora, come on kesini.

Kami saling bertatap muka, ikutin gak ya ikutin gak ya. Anak kecil tersebut kembali ke kami dan berbicara. "Aku akan menunjukan sesuatu"

Kami saling pandang karena penasaran, kami pun setuju untuk mengikutinya. Anak kecil tersebut membawa kami kepohon besar didepan rumah kosong.

Pohon tersebut sangat besar. Dia mengelilingi pohon tersebut untuk mencari sesuatu dan berhenti untuk ketiga kalinya karena ia sudah menemukannya.

Kami pun mengikutinya karena dia memberitahu kami untuk menghampirinya, ditempat anak kecil tersebut ada boneka kusam yang sudah tua dan tertimbun dedaunan. Kami tidak tahu untuk apa boneka tersebut, kami bingung.

Seakaan tidak terduga ada sosok perempuan muncul secara tiba-tiba. Kami kaget kembali karena perempuan tersebut sangat jelek dengan muka penuh luka dan rambut kusut panjang.

Kami langsung lari dan tidak menengok kebelakang lagi.

Setiba nya kami di kostan kami sudah terengah-engah.

"Hhhh, asli aku kaget banget Sar dia jelek banget" kata Widiah.

"Sumpah aku kaget banget tiba-tiba muncul gitu" sari pun menjawab terengah-engah.

Mereka pun memasuki kostan mereka seakaan kehilangan jiwa mereka. Mereka melupakan sesosok anak kecil tersebut.