Boneka itu sangat kotor, terus aku bersihkan saja pake kain basah. Mungkin nanti aku cuci. Penampilan boneka setelah dibersihkan terlihat bahwa ini memang boneka yang lucu.
Memiliki penampilan boneka antik, memakai pakaian dress bergaya classic. Membuat ia terlihat seperti boneka koleksi.
Sangat cantik untuk sebuah boneka seram. Semakin aku melihatnya semakin aku menyukainya, tapi mengigat wanita jelek aku menjadi ragu-ragu kembali.
"Sari, Sari! Buruan kita harus ke kampus. Jangan lupa bawa bonekanya. Sari lama banget di kamar mandi, cepetan aku juga mau buang air kecil" kata Widiah diluar.
"Krek" suara kamar mandi terbuka.
Aku ingin menakuti Widiah, pertama aku buka kamar mandi dengan pelan. Aku taruh boneka tersebut di depan mukaku. Berdiri di depan kamar mandi dan berteriak. "Dorr!"
"Ah kaget banget" kata Widiah biasa aja.
"Dorr! Pasti kagetkan! Dorr dorr dorr!" Balasku masih membuat lelucon garing.
"Aww, aku kaget banget. Cepetan awas aku udah ga kuat aku mau pipis!" Ucap Widiah dengan menarikku keluar kamar mandi.
"Jangan lupa doa, soalnya aku baru bersihin boneka disitu. Siapa tau wanita itu dateng hihi hihi" kataku tetep menakuti Widiah.
"Hmm, terimakasih untuk membuat aku takut" balas Widiah.
"Haha, aku siap-siap dulu ya. Bye" kataku pergi untuk bersiap.
Aku menunggu Widiah di depan kostan. Aku sudah bersiap, aku siap untuk meluncur dan menunjukan kepada dunia bahwa aku siap! Sayang penampilanku sangat abstrak. Yaudahlah ya.
Aku membawa boneka itu, boneka tersebut aku masukan kedalam totebag. Aku sebenarnya sedikit ragu untuk membawa boneka tersebut ke kampus. Aku takut ada kejadian yang tidak mengenakan tentang itu.
Tapi aku juga takut untuk menaruhnya di kostan. Gimana ya, aku jadi bimbang gini.
"Ayo berangkat, jangan lupa bonekanya. Kita mau lewat mana?" Tanya Widiah.
"Lewat rumah besar itu aja" jawabku.
"Engga takut dia muncul lagi?" Tanya Widiah kembali.
"Kita jalan cepet aja, jangan nengok sana-sini gimana?" Balasku.
"Ongkey, kita juga harus lari kalau dia ada" jawab Widiah.
Kami pun memutuskan melewati rumah besar itu. Pohon besar itu, masih suram saat kami melewatinya. Wanita tersebut sudah tidak ada, kenapa aku tau? Karena aku memberanikan diriku untuk menengok ke arah pohon besar tersebut.
"Wid dia ga ada, tadi aku liat ke pohon itu, jadi gini ya degdegan karena hantu. Sedikit menegangkan" kataku mulai menyukai aksi ini.
"Iya juga, aku juga degdegan karena dia takut dateng" balas Widiah.
Tanpa kami sadari, ia mengikuti kita. Ia bersembunyi dan menghilang dengan tiba-tiba. Ada yang berbeda dengan wujudnya, hantu tersebut sekarang sangat rapi. Dengan kebaya sunda dan senyum manis menyimpan banyak rahasia didalamnya. Berdiri didepan rumah kosong itu.
Sembari bersenandung ia mengawasi Sari dan Widiah. Terseyum semakin cantik dan tertawa tiba-tiba. Wanita itu terus mengikuti Sari dan Widiah ke Kampus.
Aku dan Widiah ingin menaruh boneka itu di loker ku. Kampusku menyediakan loker untuk menyimpan sesuatu. Jangan barang haram ya.
Untungnya boneka ini muat di dalam loker meskipun mengambil banyak ruang. Widiah menepuk pundakku. Saat ku lihat dia sedang menatapku senang.
Aku sangat ingin mencolok matanya, sangat menggelikan. Ia juga menaruh barang di lokernya, yaitu pembalut.
Kita pun pergi ke kelas kita.
...
Saat Sari dan Widiah pergi, mereka tidak menyadari bahwa hantu wanita tersebut berada di kampus mereka. Ia melihat loker Sari dan tertawa. Tetapi tidak ada yang menyadari kehadirannya.
Kampus Sari memiliki fakultas tari, suara gamelan terdengar. Ruangan itu berada dekat dengan lapangan Outdoor dan seberangnya adalah asrama Kampus.
Banyak Mahasiswa tari yang sedang melakukan praktek tari. Menari dengan sangat luwes dan anggun. Menggunakan selendang untuk aksesoris tarinya. Ada yang menggunakan kipas lipat dan berbagai macam.
Ada seseorang di sudut ruangan yang sedang melihat marah dan kesal kearah teman-temannya. Ia terlihat marah karena iri terhadap seseorang yang menyebalkan.
Wanita tersebut bernama Hani, Hani selalu merasa iri terhadap seseorang yang menari lebih bagus daripada dia. Ia selalu ingin menjadi yang pertama dan terlihat paling mempesona. Tetapi sekarang ia digantikan oleh seorang yang dari dulu ia tidak suka yaitu Riska.
Teman-temannya memuji Riska karena dia terlihat cantik saat bernari. Membuat Hani iri dan tidak suka.
"Apaan sih mereka, Padahal masih bagusan gua kali!" Gerutu pelan Hani.
"Riska lu kok bisa sih seluwes itu, aura lu tuh kelihatan banget, gimana sih caranya ajarin dong." Ucap teman-temannya Hani memuji Riska.
Hani dan Riska itu berteman, tetapi Hani adalah teman munafik. Ia selalu tidak menyukai semua sesuatu yang selalu berada di atasnya.
Ia sudah kesal dengan orang-orang yang terlalu berlebih dalam memuji seseorang selain dia! Ia pun pergi dari ruangan untuk mengganti pakaian. Saat itu memang sudah berakhir praktek tari mereka.
"Hani mau kemana? Kamu tadi bagus banget tariannya. Bisa ajarin aku gak, aku mau belajar menari yang kamu tadi praktekan" tanya Riska meminta untuk di ajarkan Hani.
Hani terseyum, dan ia menjawab.
"Lu kan tadi lebih bagus dari gue, jangan so soan mau minta ajarin ke gua ya!" Jawab Hani dengan sewotnya.
Hani pergi begitu saja, membuat teman-temannya kebingungan ada apa dengan Hani?
Hani pergi ke ruang ganti, ia melewati ruangan latihan. Ia mendengar suara gamelan dan melihat ada perempuan cantik yang sedang menari dengan sangat anggun dan luwesnya. Mengenakan kebaya sederhana tetapi aura yang dikeluarkan sangat luar biasa. Ia terlihat sangat profesional saat menari.
Hani melihat diluar ruangan, tidak ada seorang pun selain wanita itu di dalam ruangan tersebut. Semua orang seharusnya sedang berada di ruangan praktek tari. Kenapa ia ada disini? Dia pun tidak tau bahwa ada seseorang yang bisa lebih bagus dari ia dan Riska. Ia pun tidak tau ada orang itu. "Siapa ya? Dosen baru? Atau orang dari luar untuk mengajar kita nari?" Pikirnya.
Setelah melihat orang tersebut berhenti nari, Hani pun segera pergi mengganti baju. Tanpa ia sadari orang yang di dalam ruangan latihan adalah sesosok wanita yang dilihat oleh Sari dan Widiah.
Saat ini, ia melihat kearah Hani dan terseyum. Setelah Hani berganti pakaian, ia menengok kearah ruang latihan, ternyata orang yang tadi sudah tidak ada.
Hani masih sebal dengan Riska, ia pun memutuskan untuk pergi kearah taman belakang untuk menenangkan dirinya.
"Ahhh kenapa sih, Riska jalang itu terlihat bagus dari gua! Ahhh!!" Gerutu Hani dengan keras.
"Mau aku ajarin nari neng?" Tanya seseorang dibelakang Hani.
"Ahhh, siapa lu" jawab Hani dengan kaget dan berbalik badan untuk melihat siapa itu.
Hani terkejut melihat seseorang wanita yang tadi menari di ruangan latihan. Ia bingung mengapa ia mengajak hani untuk berlatih nari. Wanita tersebut sangat cantik tetapi sangat pucat.
"Supaya neng bisa lebih hebat ti baturan eneng" kata wanita tersebut.
"Ogah, gua udah lebih hebat ya dari dia" kata Hani.
"Hihi hihi hihiii" tawa wanita itu.
Hani merasa merinding mendengar suara tawa wanita tersebut. Ia mengetahui bahwa wanita tersebut sangat jago dan beraura saat menari.
"Emang lu siapa? Tiba-tiba dateng di kampus orang." Kata Hani sewot.
"Nyai teh cuman keliling hungkul, lamun hayang belajar tari ke datang weuh kadieu. Ke nyai asup di gerbang tukang hihihiii, jam 5 sorenya neng hihii" kata wanita tersebut. Seakaan mengetahui bahwa Hani akan datang.
Memang di kampusnya ada gerbang belakang untuk ibu-ibu yang jualan di kantin belakang kampus. Tetapi taman dan kantin terhalang oleh rimbunan pepohonan. Taman sedikit berada diatas sedangkan kantin berada dibawah. Menjadikan taman ini jarang di datengin oleh anak-anak. Karena terlalu suram katanya. Hani pun jarang kesini, karena kesal saja ia datang.
Pintu belakang memang bisa diakses siapa saja, tidak ada yang menjaganya. Tetapi buat apa orang ini datang hanya untuk menari. Tadi sih bilangnya hanya keliling, memang sih ada aja orang-orang berkeliling kampus untuk melihat-lihat.
Wanita tersebut pun pergi kearah gerbang belakang yang berada di bawah taman. Ia menghilang diantara rerimbunan pohon. Karena memang disitu jalannya. Tetapi Hani tidak tahu, bahwa ia hilang secara tiba-tiba.